Rohmadi, Salam sejahtera sahabat redaksi dimanapun berada, inilah informasi sekilas sumber daya manusia di Indonesia.
SEKRETARIS Jenderal Gerakan Indonesia Pintar (GIP) Alpha Amirrachman, Ph.D. mengatakan bahwa walaupun Indonesia telah merdeka, namun belum menjadi bangsa yang betul-betul berdaulat. Ini ditandai dengan masih belum terbukanya akses yang merata bagi mereka yang berusia sekolah untuk mengenyam pendidikan yang layak.
"Kurang lebih 2,5 juta anak tidak bisa melanjutkan sekolah, enam ratus ribu anak usia sekolah dasar dan 1,9 juta anak usia sekolah menengah pertama. Sementara masih terdapat 54% guru yang masih belum memenuhi standar kualifikasi dan 13,19% bangunan sekolah dalam kondisi tidak layak,†ujarnya di Jakarta. Selasa (18/8).
Ada dua faktor utama yang menjadi penyebab anak-anak ini tidak melanjutkan sekolah: mereka bekerja untuk membantu perekonomian keluarga dan adanya pernikahan dini yang juga tidak terlepas dari peran keluarga yang masih kolot.
Mengenai akses pendidikan untuk anak-anak berkebutuhan khusus (ABK) memang telah terjadi peningkatan. Jumlah ABK yang bersekolah sekitar 75.000 pada tahun 2011, dan pada 2014 meningkat menjadi 125.000. Saat ini tujuh provinsi dan 34 kabupaten/kota telah mendeklarasikan sebagai daerah inklusif.
Namun ini masih belum cukup karena dari 354.707 ABK untuk jenjang pendidikan dasar, baru 2.430 yang tertampung di sekolah inklusi dan 1.774 di sekolah luar biasa (SLB).
"Penyelengaraan sekolah inklusi masih menghadapi banyak hambatan karena masih langkanya ketersediaan guru pendamping khusus dan juga dana dari pemerintah yang dirasa masih kurang untuk membuat sekolah bukan hanya menjadi visitable (bisa dikunjungi) tapi juga friendly (ramah) yang sebenar-benarnya bagi ABK,†ujar Alpha. (J-3)
Posting Komentar