Makalah Jama'ah salafi dan Jamaah Tabligh

MAKALAH UNTUK MEMENUHI TUGAS PENDIDIKAN AGAMA
“JAMA’AH SALAFI & JAMA’AH TABLIGHT”
  





PROGRAM STUDY
ILMU ADMINISTRASI BISNIS S1

DOSEN PENGASUH :
ADE SOFA, S.Ag, M.Si

DI SUSUN OLEH
KELOMPOK 7
DILAA AYU SETIA NINGSIH
1610069632110
KARFITA NURANTI
1610069632110
MUHAMAD NUR ROHMADI
161006963211035
PUSPA CITRAWALA PERTIWI
1610069632110
DICO SUMENTRI
1610069632110


SEKOLAH TINGGI ILMU ADMINISTRASI (STIA)
YAYASAN SETIH SETIO
MUARA BUNGO
2017


KATA PENGANTAR

Puji syukur atas segala nikmat yang Allah berikan kepada kita semua, sehingga masih dapat bernafas dan menjalankan kewajiban sebagai mahasiswa, yaitu mencari ilmu dengan sebaik-baiknya.
Solawat serta salam yang selalu kita sampaikan ke pada Nabi Muhamad SAW, yang telah membawa kita semua dari alam kegelapan ke pada alam yang penuh dengan pengetahuan seperti yang telah kita rasakan pada saat ini.
            Dalam hal ini kami sebagai penyusun makalah mengucapkan banyak syukur, karena atas rahmat Allah kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini dengan sebagaimana mestinya yang di perintahkan oleh dosen pengasuh kami.
            Dalam penulisan makalah ini kami sebagai penyusun menyadari akan banyaknya kekurangan. Namun dengan demikian kami sebagai penyusun makalah menyampaikan permohonan maaf yang tak terhingga kepada para pembaca sekalian.






     Muara Bungo, 01 Maret 2107



                    Penyusun


DAFTAR ISI

COVER
KATA PENGANTAR................................................................................................. i
DAFTAR ISI................................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang.......................................................................................................... 1
1.2  Rumusan Masalah..................................................................................................... 2
1.3  Tujuan Penulisan...................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1    Jama’ah Tablight...................................................................................................... 3
2.2    Jama’ah Salafi.......................................................................................................... 13
BAB III PENUTUP
3.1    Kesimpulan.............................................................................................................. 18
3.2    Saran........................................................................................................................ 19
DAFAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Jamaah Tabligh merupakan pergerakan Islam yang mendunia, hal ini menjadi fenomena perjuangan Islam di jaman sekarang ini.Saya melihat fenomena pergerakan Jamaah Tabligh ini sangat cepat dan mudah diterima oleh pengikutnya.Jamaah Tabligh telah menjadi kelompok Islam tidak hanya di Indonesia di setiap Negara Jamaah ini ada.
Gerakan islam yang bernama Jamaah Tabligh ini menimbulkan dua perspektif di kalangan ulama, hal ini merupakan hal biasa. Karena setiap perspektif ulama atau orang pastilah berbeda-beda tidak selalu sama.
Jamaah Tabligh adalah merupakanpotret  gerakan dakwah islam kekinian yang bersifat lintas negara. Islam yang terlihat pada wajah Jamaah Tabligh adalah santun, rendah hati, dan cenderung menghindar khilafiyah (perbedaan pendapat).
Jamaah salafi, Perbedaan pemahaman merupakan suatu fenomena yang sudah ada sejak terbentuknya komunitas manusia, sekecil apa pun komunitas itu. Perbedaan tersebut dapat meliputi seluruh aspek kehidupan termasuk agama dan keyakinan. Al-Qur’an mengakui keniscyaan perbedaan antara lain dengan firman-Nya:

وَ لَوْ شاءَ اللهُ لَجَعَلَكُمْ أُمَّةً واحِدَةً وَ لكِنْ لِيَبْلُوَكُمْ في‏ ما آتاكُمْ فَاسْتَبِقُوا الْخَيْراتِ إِلَى اللهِ مَرْجِعُكُمْ جَميعاً فَيُنَبِّئُكُمْ بِما كُنْتُمْ فيهِ تَخْتَلِفُونَ
Sekiranya Allah menghendaki, niscaya Dia menjadikanmu satu umat (saja). Tetapi Allah hendak mengujimu terhadap pemberian-Nya kepadamu. Maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan. Hanya kepada Allah-lah kembali kamu semuanya, lalu Dia beritahukan kepadamu apa yang telah kamu perselisihkan itu,” (QS. Al-Ma’idah [5]: 48). (Quraish Shihab, 2007).

Di dalam Islam perbedaan telah ada sejak zaman Rasulullah SAW, Namun setiap perbedaan pendapat dan permaslahan umat yang muncul dapat langsung diselesaikan melalui beliau.

Salafi yaitu suatu aliran yang mengajarkan syariat secara murni tanpa adanya tambahan dan pengurangan, berdasarkan syariat yang ada pada generasi Muhammad SAW dan para sahabat, setelah mereka dan orang-orang setelahnya. Pada kesempatan kali ini penulis mencoba untuk memaparkan skelumit tentang salah satu aliran yang ada dalam islam ini yaitu; salafi.
1.2  Rumusan Masalah.
A.    Bagaimana Jamaah Tabligh di Indonesia?
B.     Bagaimana hubungan Jamaah Tabligh dengan dunia Islam?
C.     Bagaimana metode dakwah Jamaah Tabligh?
D.    Bagaimana konsep khuruj Jamaah Tabligh?
E.     Apa definisi kata salafi baik secara etimologi maupun terminologi ?
F.      Siapa tokoh pendiri ajaran salafi ?
G.    Apa pokok ajaran dasar salafi ?
H.    Sejarah masuknya salafi ke Indonesia ?
1.3  Tujuan Penulisan
A.    Mengetahui Jamaah Tabligh secara menyeluruh tidak melihat sisi negatif.
B.     Mengetahui ajaran-ajaran Jamaah Tabligh.
C.     Mengetahui konsep dakwah dari Jamaah Tabligh.
D.    Mengetahui definisi kata salafi baik secara etimologi dan terminologi.
E.     Mengetahui siapa tokoh pendiri ajaran salafi.
F.      Mengetahu pokok ajaran salafi.
G.    Mengetahui sejarah masuknya salafi ke Indonesia.

 BAB II
PEMBAHASAN
2.1  JAMAAH TABLIGH
2.1.1        Sejarah Jamaah Tabligh.
Jamaah Tabligh ("Kelompok Penyampai") (bahasa Arab: التبليغ جماعة) adalah gerakan dakwah Islam dengan tujuan kembali ke ajaran Islam yang kaffah (sempurna). Aktivitas mereka tidak hanya terbatas pada golongan Islam saja. Tujuan utama gerakan ini adalah membangkitkan jiwa spiritual dalam diri dan kehidupan setiap muslim. Jamaah Tabligh merupakan pergerakan non-politik terbesar di seluruh dunia.
Sejarah gerakan Islam, pastinya lebih mengutamakan sejarah dari tokoh pendirinya itu, karena dari tokoh yang mendirikan suatu gerakan atau organisasi memegang peran penting, sejarah Jamaah Tabligh didirikan pada akhir dekade 1920-an oleh Maulana Muahammad Ilyas bin Muhammad Ismail al-Kandahlawi al-Deoband al-jisti di mewat, sebuah provinsi di India. Kandahlawi adalah nisbat kepada sebuah kampung yang  beranama Kandahla di Saharanpur india. Dia lahir pada tahun pada tahun 1303 H.
Deobandi adalah nisbat kepada Deoband, salah satu madrasah terbesar bagi pengikut mazhab Hanafi di India. Madrasah ini didirikan pada tahun 1283 H. Muhammad Ilyas menghabiskan masa kecilnya di Kandala, sebuah desa di kawasan Muzhaffar naghar di wilayah Uttarpradesh, India. Ayahnya bernama Muhammad Ismail, tinggal di Nizhamuddin, New Delhi, India yang kemudian menjadi markas besar Jamaah ini. Muhammad Ilyas meninggal pada tahun 1364 H.
Muhammad Ilyas tumbuh berkembang di lingkungan keluarga sangat agamis dan dengan tradisi keilmuan yang sangat kental. Ayahnya, Muhammad Ismail adalah seorang penganut tasawuf yang sangat abid dan zahid. Dia telah mengabdikan hidupnya dalam ibadah dan tidak lagi terlalu disibukkan dengan urusan dunia. Hari-harinya disibukkan dengan Al-Quran.
Muhammad Ilyas telah hafal Al-Quran dalam usia yang sangat muda. Dia belajar kepada kakak kandungnya sendiri yang bernama Syaikh Muhammad Yahya. Selesai itu, dia belajar di madrasah Mahahirul Ulum, di kota Saharanpur. Dan pada tahun 1326 H, di berangkat ke Deoband.


Sekolah ini terbesar untuk pengikut  Imam Hanafi di anak benua India yang didirikan pada tahun 1283 H/1867 M. Di sini dia belajar hadist Jami Shahih Turmudzi dan Shahih Bukhari dari seorang alim yang bernama Mahmud Hasan. Kemudian melanjutkan belajar Kutub al-Sittah pada kakaknya sendiri, Muhammad Yahya yang wafat pada tahun 1334 H.
Setelah belajar di Deoband dia ditugaskan sebagai tenaga pengajar di madrasah Madhairul Ulum pada tahun 1328. Setelah itu dia kembali ke tempat kelahirannya pergi ke hijaz, Saudi Arabia, untuk menunaikan haji. Sebagai seorang yang memliki kepedulian yang sangat tinggi pada kelangsungan ajaran Islam, kesempatan menuaikan ibadah haji ini dia gunakan untuk bertemu dengan berbagai kalangan ulama untuk memperbicangkan cara pengembangan terbaik dakwah Islam di India khusunya.
Dia pergi ke Madinah dan tidur di masjid Nabawi selama tiga malam. Di saat itu dia puasa, shalat dan berdoa meminta petunjuk pada Allah jalan terbaik untuk kelanjutan dakwah Islam. Kemudian kembali ke India dan memikirkan apa sebenarnya yang telah membuat umat Islam kehilangan roh Islamnya yang hakiki. Pada saat itu umat Islam India sedang mengalami kerusakan akidah dan degredasi moral yang sangat dahsyat. Umat Islam sudah tidak akrab lahi dengan syiar-syiar Islam.
Di samping itu, terjadi percampuran antara yang hak dan yang batil, antara iman dan syirik, antara sunah dan bid’ah. Lebih dari itu, juga telah terjadi gelombang permusryikan dan permutadan didalangi oleh para misionaris Kristen di mana Inggris saat itu sedang bercokol menjajah India.
Gerakan misionaris yang didukung Inggris dengan dana yang sangat besar itu telah berusaha membolak-balikkan kebenaran Islam, dengan menghujat ajaran-ajarannya dan mendeskriditkan Rasulullah Saw. Bagaimana membendung kristenisasi dan mengembalikan kaum Muslimin yang “lepas” ke dalam pangkuan Islam? Itulah yang menjadi kegelisahan Muhammad Ilyas.
Akhirnya Syaikh Ilyas melihat, kelangsungan sebuah dakwah dan penyebarannya tidak akan terwujud kecuali dakwah itu berada di tangan-tangan orang yang benar-benar rela dan ikhlas berkorban demi kepentingan dakwah hanya mengaharapkan sepenuhnya ridha Allah tanpa menggantungkan diri bantuan dari manapun.


Gerakan ini lebih menekankan meminta pengorbanan waktu kaum Muslimin dengan melakukan Khuruj (keluar) di jalan Allah untuk berdakwah daripada meminta pada mereka bantuan uang dan materi.
Sepeninggal Syaikh Muhammad Ilyas Kandahlawi, kepemimpinan jamaah tabligh diteruskan oleh puteranya, Syaikh Muhammad Yusuf Kandahlawi (1917-1965), ia dilahirkan di Delhi, dalam mencari ilmu ia sering berpindah-pindah tempat dan guru sekaligus menyebarkan dakwah. Ia wafat di Lahore dan jenazahnya dimakamkan di samping orang tuanya di Nizham al-Din, Delhi. Kitabnya yang terkenal adalah Amani Akhbar, berupa komentar kitab Ma’ani al-Atsar, karya Syaikh Thahawi dan Hayat al-Shahabah. Kemudian penyebaran Jamaah Tabligh dilanjutkan oleh Amir yang ketiga yaitu In’am Hasan.
Nama Jamaah Tabligh hanyalah merupakan sebutan bagi mereka yang sering meyampaiakan, sebenarnya usaha ini tidak mempunyai nama tetapi cukup islam saja tidak ada yang lain. Bahkan Muhammad Ilyas mengatakan seandainya aku harus memberikan nama pada usaha ini maka akan aku beri nama “gerakan iman”. Ilham untuk mengabdikan hidupnya total hanya untuk islam terjadi ketika Maulana Ilyas melangsungkan ibadah haji keduanya di Hijaz pada tahun 1926.
Maulana Ilyas menyerukan slogannya, “Aye Musalmano!” Musalman bano” (dalam bahasa urdu), yang artinya “Wahai Umat muslim! Jadilah yang kaffah (menunaikan semua rukun dan syariah seperti yang dicontohkan Rasulullah). Tabligh resminya bukan kelompok atau ikatan, tapi gerakan muslim untuk menjadi muslim yang menjalankan agamanya dan hanya satu-satunya gerakan islam yang tidak memandang asal-usul mazhab atau aliran pengikutnya.
Jamaah ini muncul di India, kemudian tersebar ke Pakistan dan Bangladesh, negara-negara Arab dan keseluruh dunia. Di antara negara-negara yang banyak pengikutnya yaitu Mesir, Sudan, Irak, Bangladesh, Pakistan, Suriah, Yordania, Palestina, Libanon. Pimpinan pusatnya berkantor di Nizhamuddin, Delhi.
Dalam waktu kurang dari dua dekade, Jamaah Tabligh berhasil berjalan di Asia Selatan. Dengan dipimpin Maulana Yusuf, putra Maulana Ilyas, gerakan ini mulai mengembangkan aktivitasnya pada tahun 1946, dan dalam waktu 20 tahun, penyebarannya telah mencapai Asia Barat Daya dan Asia Tenggara, Afrika, Eropa, dan Amerika Utara


2.1.2        Jamaah Tabligh Di Indonesia
           Merebaknya Jamaah Tabligh sebenarnya hanyalah salah satu gerakan dari perkembangan serupa di banyak negara. Kelompok ini sekarang sedang mewabah di seluruh dunia, dan menjadi ujung tombak gerakan islamisasi di negara-negara atau daerah-daerah non-muslim. Mereka bisa karena menawarkan format Islam yang lebih ramah, sederhana, sentuhan personal serta tekanan pengayaan spritualitas personal. Format semacam ini bagaimanapun mengisi ruang kosong yang ditinggakan oleh kapitalisme dan modernisme.  
           Meskipun demikian, Jamaah Tabligh tetap menimbulkan kontroversi. Sebagian kalangan menuduh kelompok ini  adalah bagian dari jaringan Islam garis keras. Namun, sebagian lainnya, justru berpendapat berbeda. Jamaah Tabligh  dianggap semata-mata komunitas dakwah yang bersifat apolitis. Adanya perbedaaan pandangan yang sangat tersebut menunjukkan komunitasnya ini, sesungguhnya belum banyak dieksplorasi sehingga tidak mudah dipahami. Hal ini sebenarnya wajar, mengingat komunitas ini relatif kurang terbuka kepada public.
           Jamaah Tabligh di Indonesia meski tak sepopuler organisasi masyarakat seperti Muhammadiyah atau NU, namun Jamaah Tabligh terbilang mempunyai anggota yang cukup banyak. Anggota Jamaah Tabligh di Indonesia sangat bervariasi, mulai dari artis sampai dengan tentara, kalangan profesional dan lain-lain. Pusat markas Jamaah Tabligh di Indonesia berada di Jakarta, khususnya di Masjid Kebon Jeruk di Jalan Hayam Wuruk, Jakarta Kota.
2.1.3        Teologi Jamaah Tabligh.
           Jamaah Tabligh bermanhaj sufi dalam masalah teologi. Tasawuf sangat mendominasi anggota jamaah  dimana mereka sangat bersemangat dalam ibadah dan dzikir, melatih diri dengan sedikit makan dan minum, tidur, dan berbicara. Mereka juga mencurahkan perhatian besar terhadap mimpi dan takwilnya.
           Teologi mereka adalah Ahlu al-Sunnah wa al-Jamaah Akidah Jamaah Tabligh berkeyakinan akan adanya mukasyafah, wali-wali aqhtab, dan mereka membenarkan ucapan-ucapan syathahat. Mereka juga menghidupkan dan mengajarkan tabbaruk, tawasul terhadap makhluk, terhadap kuburan-kuburan Nabi dan wali-wali dan lain-lain. Mereka juga menghidupkan mawalid dengan membaca qasidah burdah.


Tujuan teologi mereka adalah untuk merealisasikan enam dasar (ushul al-sittah) yang selalu mereka istiqamahkan siang malam, yaitu :
a.      Merealisasikan syahadat La ilaha illa Allah dan Muhammad Rasulullah.
Menurut Jamaah Tabligh, iman berarti membenarkan perkataan seseorang dengan pasti karena percaya kepadanya. Secara istilah iman adalah membenarkan semua yang dikabarkan oleh Rasulullah Saw, dengan begitu saja tanpa, melihat secara langsung karena percaya dan yakin terhadapnya. Sebagai mana yang diterangkan dalam Q.S.Al-Anbiya (21):25.
!$tBur$uZù=yör&`ÏBšÎ=ö6s%`ÏB@AqߧžwÎ)ûÓÇrqçRÏmøs9Î)¼çm¯Rr&Iwtm»s9Î)HwÎ)O$tRr&Èbrßç7ôã$$sùÇËÎÈ
Dan kami tidak mengutus seorang rasulpun sebelum kamu melainkan kami wahyukan kepadanya: "Bahwasanya tidak ada Tuhan (yang hak) melainkan aku, Maka sembahlah olehmu sekalian akan aku".
Yang dimaksud dengan ayat tersebut adalah mengeluarkan keyakinan yang rusak dari hati kepada benda-benda dan memasukan keyakinan yang benar terhadap Dzat yang Mencipta, Pemberi rezeki, Pemberi manfaat, Pemberi bahya, Memuliakan, Menghinakan, Menghidupkan, Mematikan, Penahan. Mereka memahami kalimat tauhid semakna dengan tauhid Rububiyyah.
Adapun tentang pemaknaan La ilaha illa Allah dan Muhammad Rasulullah dengan pernyataan bahwa hal itu untuk mengeluarkan keyakinan yang rusak dari hati kepada benda-benda yang mengeluarkan keyakinan yang rusak dari hati kepada benda-benda dan memasukkan yang benar terhadap Dzat Allah, maksudnya manusia yang menyakini Allah dan mengeluarkan keyakinan dari selain-Nya sebagaimana ayat :
“Niscaya kalian benar-benar akan melihat neraka jahanam, dan sesunguhnya benar-benar akan melihatnya dengan pendangan yang menimbulkan keyakinan”
b.      Shalat dengan Khusyu’.
Dapat mengambil manfaat dari qudratullah (kuasa Allah) secara langsung, maka wajib melaksanakan perintah Allah berdasarkan pentunjuk Rasulullah. Perintah yang paling penting dan sebagai asas adalah menegakkan shalat dengan khusyu.


Khusyu adalah takut di dalam hati dan ketenangan pada anggota tubuh.[1][19] Jamaah Tabligh sangat memperhatikan menunaikan shalat bagaimanapun kondisi sibuknya. Perkara ini dituntut kepada stiap muslim dan pelakunya akan diberi pahala oleh Allah dengan cara mempelajari dan mengamalkan rukun-rukunnya, kewajiban-kewajibannya, sunnah-sunnahnya dan hukum-hukumnya.
c.       Ilmu.
Ilmu merupakan harta yang kekal bagi manusia. Bagi Jamaah Tabligh ilmu tentang hukum-hukum dan masalah-masalah fiqih serta ilmu tauhid, maka mereka perhatikan dan menghargai.
Dalam menjelaskan tentang ilmu, Jamaah Tabligh mentamsilkannya dengan tingkat kualitas tanah, ada bermacam jenis tanah dan manusia.
Jenis tanah, yaitu:
1.      Yang bisa mengambil manfaat dari air, sehingga bisa hidup kembali setelah tadinya mati. Ia pun bisa menumbuhkan tanaman, sehingga manusia an hewan dapat memanfaatkannya.
2.      Yang tidak dapat memperoleh manfaat ntuk dirinya, akan masih berfaedah, yaitu menampung air untuk  makhluk-makhluk lain. Sehingga manusia dan hewan hanya dapat memperoleh manfaat.
Jenis manusia, yaitu :
1.      Manusia yang memperoleh petunjuk dari ilmu. Jenis tanah yang kedua adalah yang tidak dapat memperoleh manfaat ntuk dirinya, akan masih berfaedah, yaitu menampung air untuk  makhluk-makhluk lain. Sehingga manusia dan hewan hanya dapat memperoleh manfaat.
2.      Mereka yang memiliki hati yang bagus hafalannya, namun tidak memiliki pikiran yang cerdas, mereka juga tidak mempunyai kesungguhan dalam mengamalkannya. Jenis manusia ini memberikan manfaat kepada orang lain dengan ilmu yang mereka peroleh.
3.      Mereka yang tidak memiliki hati yang bagus. Ketika mereka mendengar suatu ilmu mereka tiak dapat memperoleh manfaat darinya hingga tidak dapat memberi manfaat pada yang lain, hal itu layaknya tanah yang gersang.


d.      Memperbaiki Niat.
Niat adalah melaksanakan segala perintah Allah untuk mencari keridhaan allah semata dan agar amal bersih dari riya dan ingin dikenal orang. Setiap orang islam diwajibkan beramal dengan yakin terhadap apa yang telah dijanjikan Allah disertai rasa rindu penuh harap akan pahala dan balasan dari sisi Allah. Mencari keridhaan Allah (ihtisab) dalam mengerjakan amal-amal shalih dan mengahadapi kesusahan merupakan sikap bersegera mencari pahala. Cara mendapatkannya adalah dengan tunduk berserah diri kepada Allah.
e.       Menghormati kaum Muslimin dan bersikap lembut kepada mereka.
Ikramul Muslimin (lemah lembut terhadap kaum muslim) adalah melaksanakan perintah Allah yang berhubungan dengan hamba-hambanya dengan berpedoman pada petunjuk Nabi Muhammad Saw., dan menjaga kehormatan umat islam. Orang islam adalah orang-orang yang tunduk dam lembut perangainya dan mereka sangat patuh terhadap perintah dan larangan Allah.
f.       Khuruj di jalan Allah
Untuk memperbaiki keyakinan dan amal pada diri seseorang dan seluruh umat manusia perlu adanya usaha menghidupkan kerja Nabi Muhammad Saw., ke seluruh alam sesuai dengan cara beliau, yakni melalui metode keluar untuk berdakwah dan tabligh.
2.1.4        Pemikiran Dasar Jamaah Tabligh
           Dalam gerakan Islam kontemporer, Jamaah Tabligh adalah gerakan dakwah yang mempunyai pengikut yang terbesar, pengikutnya hampir ada di setiap negara baik yang dihuni oleh mayoritas muslim maupun non Muslim. Banyaknya pengikut Jamaah Tabligh di berbagai negara tidak terlepas dari pemikiran yang ditawarkan Jamaah Tabligh kepada pengikutnya.
           Ada dua prinsip yang sangat fundamental bagi Jamaah Tabligh yaitu tidak melibatkan diri dalam politik praktis dan tidak membahas masalah keagamaan yang bersifat khilafiyah. Pemikiran Jamaah Tabligh lebih jauh bisa dikatakan bertolak belakang secara diametral dengan gerakan dakwah Islam lainnya.
 Sedikitnya ada empat prinsip dalam Jamaah Tabligh yang paradoks dengan gerakan dakwah Islam lain :
Pertama, menurut Jamaah Tabligh, pada saat ini pintu ijtihad sudah ditutup. Sebab menurut Jamaah Tabligh, syarat-syarat ijtihad yang dikemukakan ulama salaf


sudah tidak ada lagi di kalangan ulama saat ini. Karena itu, ada keharusan bagi kaum muslimin untuk bertaklid. Pemikiran sangat bertentangan dengan pemikiran Muhammad Abduh, pemikir muslim dari Mesir, yang membuka pintu ijtihad seluas-luasnya agar kaum muslimin dapat maju.
Kedua, pendekatan dakwah dan ibadah yang digunakan adalah dengan cara tasawuf, tidak dengan politik, sosial, budaya ataupun perlawanan bersenjata. Sebab Jamaah Tabligh sangat meyakini bahwa tasawuf adalah cara untuk mewujudkan hubungan dengan Allah dan memperoleh kelezatan iman. Mengutamakan ibadah mahdhoh, sebagaimana tasawuf, banyak ditentang oleh gerakan Islam lainnya terutama oleh gerakan Wahabi, Hizbut Tahrir, Ikhwanul Muslimin dan lain-lain.
Ketiga, Jamaah Tabligh tidak memandang perlu nahi munkar, dengan alasan bahwa fase sekarang menurut Jamaah Tabligh adalah fase mewujudkan iklim yang kondusif bagi masuknya kaum muslimin ke dalam Jamaah mereka. Dengan prinsip ini, kehadiran Jamaah Tabligh di berbagai tempat nyaris tak mendapat resistensi.Prinsip ini banyak mendapat kritik dari berbagai kalangan pemikir Islam, sebab dengan demikian (tanpa nahi munkar) Islam seperti agama Hindu, hanya menyeru kebaikan, tanpa mau mencegah kemunkaran.
Keempat,Jamaah Tabligh memisahkan antara agama dan politik.Setiap anggota tidak berhak mengkaji politik atau terjun ke dalam urusan yang berhubungan dengan pemerintahan. Sebab menurut Jamaah Tabligh politik praktis hanya akan membawa kepada perpecahan.
2.1.5        Metode Dakwah Khuruj.
           Mereka begitu mencintai dakwah mereka yang dinamai dengan khuruj. Menjadi salah satu ciri khas gerakan Jamaah Tabligh adalah adanya konsep khuruj (keluar untuk berdakwah). Dalam konsepsi Jamaah Tabligh, seseorang akan dianggap sebagai pengikut Jamaah Tabligh, jika sudah turut serta dalam khuruj. Sebab khuruj bagi Jamaah Tabligh merupakan sebuah kewajiban.
           Mereka begitu mencintai dakwah mereka, bahkan khuruj ini termasuk dalam bagian tak terpisahkan dari syari’at. Mereka begitu bangga dengan metode ini, sampai-sampai jika ada di antara jamaah yang disuruh memilih antara khuruj dan haji, maka mereka lebih memilih dan menyatakan khuruj, memang aneh bagi kita ada pilihan untuk haji tetapi memilih khuruj.


           Di bagian khuruj ini sebagian ulama yang berasas salafi menyatakan khuruj ini tidak pernah diajarkan oleh Rasulullah Saw, tetapi Jamaah Tabligh tegar menghadapi hujatan-hujatan tersebut.
           Menurut keyakinan mereka khuruj adalah perbuatan jihad fi sabilillah, karena menurut mereka khuruj itulah berusaha menegakkan ajaran Islam di jalan Allah Swt. Mereka berdalil tentang disyari’atkan khuruj ini dengan mimpi pendiri Jamaah Tabligh yaitu Maulana Ilyas al-Khandahlawi, yang bermimpi tentang tafsir Q.S. Ali Imran (3): 110, yang berbunyi,Kuntum khairu umati ukhrijat linnasi...mereka menafsirkan kata ukhrajat dengan makna keluar untuk mengadakan perjalanan (siyahah).
           Mereka pun ketika khuruj dan berdakwah kepada umat dengan disertai ilmu dan bashirah (hujjah/ argumen yang nyata dan jelas). Saat khuruj mereka mengajak kaum muslimin untuk menegakkan shalat namun mereka tidak mau membahas permasalahan shalat secara mendalam berserta hujjah dan dalilnya karena pergerakan ini ditabukan untuk membahas masalah-masalah khilafiyah. Mereka mengajak mencontoh kepada Rasulullah Saw dengan mengikuti sunnah-sunah dan hadist Rasulullah.
           Mereka mengkhususkan bilangan jumlah hari dalam berdakwah secara tertentu. Mereka menentukan bilangan hari dalam khuruj dengan bilangan hari khuruj selama 6 bulan, 3 bulan, 40 hari, 20 hari, 7 hari atau seminggu dan 3 hari. Khuruj ini terbilang wajib untuk dilakukan oleh mereka yang sudah bergabung dengan Jamaah Tabligh.
           Dalam khuruj yang dilakukan, tempat dan target dakwah sudah ditentukan. Biasanya mereka yang khuruj berkelompok terdiri dari 5-10 orang. Mereka biasanya diseleksi oleh anggota syura Jamaah Tabligh siapa saja yang layak untuk khuruj. Mereka yang khuruj dikirim ke berbagai kampung yang telah ditentukan
2.1.6        Identitas Jamaah Tabligh.
           Ada beberapa keunikan yang menjadi identitas Jamaah Tabligh, mulai dari penampilan, cara berpakaian, kebiasaan keluar rumah untuk berdakwah selama berhari-hari, cara makan bersama, metode berdakwah, hingga menghindari politik dan kekerasan dalam berdakwah.
           Pada aspek penampilan, cara berpakaian para anggota Jamaah Tabligh biasanya berpakaian memakai baju Afgani dengan dominan warna putih dengan


abu-abu. Ada juga warna baju lain seperti coklat, biru, hitam dan lain-lain. Baju Afgani berbeda dengan baju gamis yang biasa dipakai orang Arab. Baju Afgani ini berlengan panjang dan menjulur ke bawah sampai lutut dengan belahan sisi kiri bawah dan sisi kanan bawah.
2.1.7        Anggota Jamaah Tabligh.
Keanggotaan Jamaah Tabligh dibagi pada tiga kategori, yaitu :
Pertama, anggota aktif, maksudnya adalah mereka yang selalu berdakwah (membaca Riyadhus Shalihin atau kitab yang dijadikan referensi oleh Jamaah Tabligh, setelah shalat dzuhur atau Ashar di berbagai masjid) dan juga pada umumnya anggota aktif selalu memakai pakaian yang dianggap sunnah seperti pakaian putih dengan sorban dan berjenggot dan juga selalu rutin menghadiri pengajian mingguan setiap Jum’at malam. Jumlah anggota aktif ini tidak terlalu banyak ada sekitar 7.500 orang diseluruh Indonesia.Jumlah anggota aktif ini juga terkait dengan pekerjaan, pada umumnya anggota aktif adalah para pedagang atau wiraswastawan.
Kedua adalah anggota yang setengah aktif, mereka adalah anggota Jamaah Tabligh yang kadang-kadang mau berdakwah (membaca Riyadhus Shalihin atau kitab yang dijadikan referensi oleh Jamaah Tabligh, setelah shalat dhuhur atau Asar di berbagai masjid), mereka juga kadang-kadang memakai pakaian putih dan sorban dan juga kadang-kadang mengahadiri pengajian Jum’at malam. Jumlah anggota kategori kedua ada sekitar 10.000 orang di seluruh Indonesia.Anggota kategori kedua, pada umumnya menjadi pegawai, sehingga mempunyai waktu yang terbatas.
Ketiga, anggota tidak aktif atau masih pada tahap belajar.Karakter anggota ini, tidak pernah mau berdakwah kecuali kalau diajak oleh anggota aktif.Pada umumnya belum begitu paham dasar-dasar Islam.Tidak pernah berpakaian putih (gamis) dan bersorban dan pada umumnya malu kalau menyatakan diri sebagai anggota Jamaah Tabligh.Keterkaitannya dengan Jamaah Tabligh jika diajak khuruj dan mempunyai waktu mereka pada umumnya ikut serta khuruj.Kategori ketigainitidak mempunyai kaitan dengan status pekerjaan.Jumlah anggota non aktif ini sekitar 15.000 orang.
           Anggota Jamaah Tabligh sendiri mempunyai pengikut dari kalangan orang penting dan terkenal seperti artis.


2.1.8        Jamaah Tabligh dengan Konteks Politik.
           Jamaah Tabligh memang tetap setia dengan pendekatan non-politik. Pendekatan ini telah sukses menarik kalangan non-muslim maupun muslim yang kurang taat untuk menjaid muslim shaleh.
           Namun, Jamaah Tabligh sesungguhnya tidak pernah menarik garis tegas dengan gerakan-gerakan Islam radikal.Oleh karena itu, politisasi Jamaah Tabligh selalu terjadi. Hal ini ditunjang oleh metode pembinaan pasca tabligh yang lemah, menjadikan massa penganut Jamaah Tabligh mudah dimanfaatkan oleh kelompok-kelompok Islam lainnya.
           Inilah yang terjadi di Pakistan.Konstituen Jamaah Tabligh yang meluas pada akhirnya dimanfaatkan oleh beragam kekuatan. Presiden Pakistan, Mohammad Rafique Tarar dan Perdana Menteri Pakistan, Nawaz Sharif, adalah tokoh penting yang  pernah memfasilitasi perkembangan Jamaah Tabligh di Pakistan. Sayangnya, Jamaah Tabligh juga pernah terlibat usaha kudeta militer di Pakistan  pada tahun 1995.
           Di samping itu, beberapa anggotanya juga terlibat dalam organisasi Harakat ul-Mujahideen, sebuah kelompok Islam garis keras di Pakistan.Sekarang ini bahkan diyakini bahwa sebagian besar pendukung Taliban di Afganistan, juga merupakan konstituen Jamaah Tabligh.
2.2     JAMAAH SALAFI
2.2.1        Definisi
Salafi adalah satu aliran dalam agama Islam yang mengajarkan syariat secara murni tanpa adanya tambahan dan pengurangan, berdasarkan syariat yang ada pada generasi Muhammad dan para sahabat, setelah mereka dan orang-orang setelahnya.
Arti salaf secara bahasa adalah pendahulu bagi suatu generasi. Sedangkan dalam istilah syariah islamiyah as-salaf itu ialah orang-orang pertama yang memahami, mengimami, memperjuangkan serta mengajarkan islam yang diambil langsung dari shahabat Nabi SAW, para tabi'in (kaum mukminin yang mengambil ilmu dan pemahaman/murid dari para shahabat) dan para tabi'it tabi'in(kaum mukminin yang mengambil ilmu dan pemahaman/murid dari tabi'in). istilah yang lebih lengkap bagi mereka ini ialah as-salafusshalih.
Selanjutnya pemahaman as-salafus shalih terhadap Al-Qur'an dan Al-Hadits dinamakan as-salafiyah. Sedangkan orang islam yang ikut pemahaman ini


dinamakan salafi. Demikian pula dakwah kepada pemahaman ini dinamakan dakwah salafiyyah.
Salafi melihat tiga generasi pertama dari umat Islam, yaitu Muhammad SAW dan sahabat-sahabatnya, dan dua generasi berikut setelah mereka; Tabi'in dan Taba 'at-Tabi'in, sebagai contoh bagaimana Islam harus diperlakukan. Prinsip ini berasal dari hadits  Nabi Muhammad SAW:
Orang-orang dari generasi yang terbaik, maka orang-orang yang mengikuti mereka, kemudian yang mengikuti kedua (yakni tiga generasi pertama dari umat Islam)”.
Salafi umumnya menisbatkatkan kepada mahdzab Imam Ahmad Bin Hambali dan kemudian rujukan pemikiran Ibnu Taimiyah.Maka Salafi masih dikategorikan Ahlusunnah Wal Jama’ah.Salafijuga terkadang digunakan untuk merujuk dengan paham Wahabi meskipun yang kedua lebih dapat dijelaskan sebagai sub-sekte,
Penganut salafi biasanya menolak istilah ini karena dianggap bersifat merugikan karena mereka percaya bahwa Muhammad ibn Abd al-Wahhab tidak mendirikan pengajaran agama baru dalam pemikiran atau pengembangan diri.
2.2.2        Tokoh Salafi
Tokoh yang paling pantas dianggap sebagai pejuang salaf adalah Ibnu Taimiyah. Adapun nama lengkap adalah Abdul Abbas Taqiuddin Ahmad bin Abdus Salam bin Abdullah bin Taimiyah al Harrani (lahir: 22Januari 1263/10 Rabiul Awwal 661 H, wafat: 1328/20 Dzulhijjah 728 H), adalah seorang pemikir dan ulama Islam dari Harran, Turki.
Ibnu Taymiyyah berpendapat bahwa tiga generasi awal Islam, yaitu Rasulullah Muhammad SAW dan sahabat Nabi, kemudian Tabi’in yaitu generasi yang mengenal langsung para sahabat Nabi, dan Tabi’ut tabi’in yaitu generasi yang mengenal langsung para Tabi’in, adalah contoh yang terbaik untuk kehidupan Islam.
2.2.3        Ajaran Salafi
Pokok ajaran dari ideologi dasar Salafi adalah bahwa Islam telah sempurna dan selesai pada waktu masa Muhammad SAW dan sahabat-sahabatnya, oleh karena itu tidak dikehendaki inovasi yang telah ditambahkan pada abad nanti karena material dan pengaruh budaya. Paham ideologi Salafi berusaha untuk


menghidupkan kembali praktik Islam yang lebih mirip agama Muhammad selama ini. Salafi sangat berhati-hati dalam agama, apalagi urusan aqidah dan fiqh.Salafi sangat berpatokan kepada assalafus sholeh. Bukan hanya masalah agama saja mereka perhatikan, tetapi masalah berpakaian, salafi sangat suka mengikuti gaya berpakaian seperti zaman assalafus sholeh seperti memakai sorban atau gamis bagi laki-laki atau memakai celana-celana menggantung, dan juga memakai cadar bagi kebanyakan wanita salafi.
Ibnu Taimiyyah dalam bukunya  Minhaj as-sunnah dengan tegas menolak metode rasional Mu’tazilah yang menetapkan adanya harmoni (kesesuaian) naql(transferensi) dengan ‘aql (nalar). Apabila terjadi kontroversi antara keduanya, maka yang digunakan adalah nalar dengan melakukan interpretasi alegoris (ta’wil) terhadap naql (transferensi).Ibnu Taimiyyah menawarkan metode alternatif, yaitu harmonitas rasional yang jelas dengan periwayatan yang valid. Maka, jika terjadi kontraversi diantara nalar dan naql,ia menyerahkan (penyelesaian) pada naql karena yang mengetahuinya hanyalah Allah semata.
Epistemologi Ibnu Taimiyyah tidak mengizinkan terlalu banyak intelektualisasi, termasuk menolak interpretasi (ta’wil), sebab baginya dasar ilmu pengetahuan manusia terutama ialah fitrahnya.Dengan fitrah-nya itu manusia mengetahui tentang baik dan buruk, dan tentang benar dan salah.
Fitrah yang merupakan asal kejadian manusia, yang menjadi satu dengan dirinya melalui intuisi, hati kecil, hati nurani, dan lain-lain, diperkuat oleh agama yang disebut sebagai fitrah yang diturunkan, maka metodologi kaum kalam baginya adalah sesat.
Tiga Pokok Ajaran Salafi
1.      Keesaan dzat dan sifat Allah, Salaf menegaskan bahwa sifat-sifat, nama-nama, perbuatan dan keadaan Allah adalah seperti yang tersebut dalam Al-qur’an dan hadis dimaknai sebagaimana arti lahiriyahnya (tapi menghindari penafsiran secara indrawi) dengan batasan, keadaan-Nya berbeda dengan makhluk-Nya (mukhalafatu lil khawaditsi ), karena Tuhan itu suci dari sesuatu  yang ada pada makhluknya. Dengan arti lain, bahwa pemahaman yang digunakan ialah diantara “ta’thil”(peniadaan sifat) sama sekali dan “tasybih”(penyerupaan Tuhan dengan makhluknya).Keesaan penciptaan oleh Allah, bermakna bahwa segala sesuatu yang diciptakan Allah itu merupakan karya Allah mutlak, tanpa sekutu dalam penciptaannya, tiada yang merecoki


kekuasaannya, segala sesuatu datang dari pada-Nya, dan segala sesuatu kembali kepada-Nya.
Dari kajian ini, maka timbul persoalan baru apakah perbuatan manusia itu “jabbar” (determinasi) yang merupakan produk naqldan menolak atas praksis akal, atau “ikhtiari” (liberasi) yang merupakan produk akal dan interpretasi alegotis-metaforis terhadap naql (wahyu). Mereka mengambil sikap dan pemahaman antara paham mu’tazilahdan asy’ariyah .
2.      Keesaan ibadah kepada Allah, dimaksudkan adalah bahwa ibadah tidak dihadapkan serta dilaksanakan kecuali kepada Allah, dengan secara ketat mengikuti ketentuan syara’ dan tidak didorong oleh tujuan lain, kecuali untuk dan sebagai sikap taat serta pernyataan syukur kepada-Nya. Kajian ibadah tidak dimasudkan untuk melihat sah-batalnya dan tidak pula dalam tinjauan rukun dan syaratnya, tetapi yang dikehendaki adalah ada tidaknya jiwa tauhid didalam ibadah (ritual) itu.
Konsekwensi dimasukkan ibadah dalam kajian teologi kaum salaf melahirkan tindakan praksis yaitu: pelarangan mengangkat manusia  (hidup atau mati) sebagai perantara (wasilah) kepada Tuhan atau dengan kata lain dilarang bertawassul, larangan memberi nazar kepada kuburan atau penghuninya atau penjaganya, dan larangan ziarah kubur orang saleh dan para nabi.
2.2.4        Sejarah Masuknya Salafi ke Indonesia
Salafi di Indonesia banyak dipengaruhi oleh ide dan gerakan pembaruan yang dilancarkan oleh Muhammad ibn ‘Abd al-Wahhab di kawasan Jazirah Arabia.Menurut Abu Abdirrahman al-Thalibi, ide pembaruan ibn ‘Abd al-Wahhab diduga pertama kali dibawa masuk ke kawasan Nusantara oleh beberapa ulama asal Sumatra Barat pada awal abad ke-19.
Inilah gerakan salafiyah pertama di tanah air yang kemudian lebih dikenal dengan gerakan padiri.Yang salah satu tokoh utamanya adalah Tuanku Imam Bonjol.Gerakan ini sendiri berlangsung dalam kurun waktu 1803 hingga sekitar 1832.Tapi, Ja’far Umar Thalib mengklaim, dalam salah satu tulisannya, bahwa gerakan ini sebenarnya telah mulai muncul bibitnya pada masa Sultan Aceh Iskandar Muda (1603-1673).
Ditahuan 80-an, dengan maraknya gerakan kembali kepada islam di berbagai kampus di Tanah air- mungkin dapat dikatakan sebagai tonggak awal


kemunculan gerakan Salafi di Indonesia. Adalah Ja’far Umar Thalib salah satu tokoh utama yang berperan dalam hal ini.
Disamping Ja’far Thalib, terdapat beberapa tokoh lain yang dapat dikatakan sebagai penggerak awal gerakan salfi di Indonesia, seperti: Yazid Abdul Qadir Jawwaz (Bogor), Abdul Hakim Abdat (Jakarta), Muhammad Umar As-Sewed (Solo), Ahmad Fais Asifuddin (solo), dan Abu Nida (Yogyakarta). Nama-nama ini bahkan kemudian tergabung dalam dewan redaksi Majalah As-Sunnah majalah gerakan Salafi Modern pertama di Indonesia, sebelum mereka kemudian mereka berpecah beberapa tahun kemudian.
Adapun tokoh-tokoh luar Indonesia yang paling berpengaruh terhadap gerakan salafi ini selain Muhammad ibn A’bd al-Wahhab antara lain adalah :
1.      Ulama-ulama Saudi Arabia secara umum
2.      Syekh Muhammad Nasir al-Din al-Albany di Yordania
3.      Syekh Rabi al-Madkhaly di madinah
4.       Syekh Muqbil al-Wadi’iy di Yaman
Ketiga tokoh ini dapat dikatakan sebagai sumber inspirasi utama gerakan ini. Dan jika dikerucutkan lebih jauh, maka tokoh kedua dan ketiga secara lebih khusus banyak berperan dalam pembentukkan karakter gerakan ini di Indonesia.
Ide-ide yang berkembang dikalangan Salafi tidak jauh berputar dari arahan, ajaran dan fatwa kedua tokoh tersebut : Syekh Rabi’ al-Madkhaly dan Syekh Muqbil al-Wadi’iy. Kedua tokoh inilah yang kemudian memberikan pengaruh besar terhadap munculnya gerakan Salafi ekstrem atau meminjam istilah Abu Abdirrahman al-Thalibi yang disebut dengan gerakan Salafi Yunani.



BAB III
PENUTUP

3.1  Kesimpulan.
3.1.1        Jamaah tabligh
           Jamaah Tabligh merupakan gerakan Islam yang telah mendunia. Sejak kemunculannya di India gerakan ini tetap berada pada perbaikan invidu sebagai fokus utama. Sarana yang digunakan oleh Jamaah Tabligh adalah para penggerak dakwahnya itu sendiri. Aktivitas dakwah dibawa secara langsung oleh anggotanya ke berbagai daerah di berbagai belahan dunia.
           Di Indonesia, Jamaah Tabligh telah tersebar luas. Penyebaran misi ajarannya disampaikan langsung oleh anggotanya hingga ke pintu rumah objek dakwah mereka.
           Pada konsep pemikiran yang dibawa oleh Jamaah Tabligh, kehidupan adalah sebuah aktivitas peribadahan. Cara menjalani hidup terbaik adalah dengan terus meningkatkan nilai ibadah dalam kehidupan manusia. Selain terus memperbaiki akhlak dan ibadah, mengajak orang lain untuk ikut berdakwah di jalan Allah adalah salah satu nilai yang cukup penting.
           Konsep lainnya yang khas dari gerakan dakwah ini adalah pemunculan nilai spiritual dalam setiap aktivitasnya, ibadah yang utama adalah ibadah yang terdapat pada enam sifat sahabat yang menjadi ajaran pokok Jamaah Tabligh.
           Metode dakwah yang dibawa oleh Jamaah Tabligh sangat fleksibel dan mudah diterima. Banyak tantangan terhadap pergerakan dakwah Jamaah Tabligh, hujatan yang sering berasal dari ulama salafi ternyata ajaran Jamaah Tabligh tidak menyimpang dari ajaran Rasulullah Saw.
3.1.2        Jamaah Salafi
           Salafi merupakan salah satu aliran dalam islam yang mengajarkan islam secara murni tanpa adanya penambahan dan pengurangan. Salafi menyandarkan prinsip ajarannya pada tiga generasi yaitu; Muhammad SAW dan sahabat-sahabatnya, dan dua generasi berikut setelah mereka; Tabi'in dan Taba 'at-Tabi'in, sebagai contoh bagaimana Islam harus diperlakukan.Salafi dalam masalah fiqh berkiblat pada mazhab Imam Ahmad Bin Hambali, sehingga salafi masih dikategorikan sebagai Ahlusunnah Wal Jama’ah.


           Ibnu Taymiyyah merupakan tokoh salafi yang paling berpengaruh dalam perkembangan ajaran salafi.Ia menegaskan bahwa jika terjadi pertentangan antara aql dan naql maka yang harus diutamakan adalah naql karena yang lebih tahu adalah Allah dan Rasulnya.
           Salafi memiliki tiga pokok ajaran dasar yaitu : Keesaan dzat dan sifat Allah, Keesaan penciptaan oleh Allah, dan Keesaan ibadah kepada Allah. Sehingga konsekwensi dimasukkannya ibadah dalam kajian teologi kaum salaf melahirkan tindakan praktis yaitu: pelarangan mengangkat manusia  (hidup atau mati) sebagai perantara (wasilah) kepada Tuhan atau dengan kata lain dilarangnya bertawassul, larangan memberi nazar kepada kuburan atau penghuninya atau penjaganya, dan larangan ziarah kubur orang-orang saleh dan para nabi.
           Salafi masuk ke Indonesia banyak di pengaruhi ide dan gerakan pembaruan oleh  ibn ‘Abd al-Wahhab di kawasan Jazirah Arabia. Ide dan gerakan ibn ‘Abd al-Wahhab diduga masuk ke Indonesia dibawah oleh ulama asal Sumatra Barat pada awal abad 19. Gerkan ini merupakan gerakan salafi yang pertama di Indonesia  yang kemudian di kenal sebagai gerakan padiri yang tokoh utamanya adalah Tuanku Imam Bonjol.
3.2  Saran.
Makalah ini berbicara sekilas tentang salah satu aliran yang ada dalam Islam yaitu; tabligh dan salafi,  tentu makalah ini tidak bisa memberikan gambaran yang sempurna tentang tabligh dan salafi itu sendiri di karenakan terbatasnya referensi yang panulis miliki, sehingga penulis menyarankan bagi mereka yang ingin mengetahui tentang tabligh dan salafi lebih dalam lagi diharapkan dapat membaca buku yang menjelaskan tentang salafi secara terperinci.
Dan penulis juga ingin mengingatkan pada para pembaca untuk tidak menyikapi perbedaan secara anarkis, apalagi dengan menggunakan kekerasan fisik. Karena perbedaan itu merupakan suatu hal yang lumrah dalam hidup manusia sebagaimana yang ditegaskan dalam Al-Qur’an  surah Al-Ma’idah [5]: 48.


DAFTAR PUSTAKA.


Khalimi. (2010). ORMAS-ORMAS ISLAM (Sejarah, AkarTeologi dan Politik). Jakarta: Gaung Persada Press.
Al-Kandahlawi, Muhammad Yusuf. (2006). Muntakhab Ahadist; Dalil-dalil Pilihan Enam Sifat Utama (terj: Ahmad Nur Khalis Al-Adib, Munjahid). Yogyakarta: Al-Shaff.
Muhammad Syahid, Maulana Sayyid. (2000). Menjawab Kritikan Atas Kitab Fadhail Amal. Bandung: Pustaka Da’i.
Rahman, Sayid Thalibur. Jamaah Tabligh Fi Syibhil Qaraah Hindiyah.
Kholid, S. (2003, Edisi 01/Tahun VII). Mengenal Jamaah Tabligh. Majalah As-Sunnah, pp. 13-16.
Abu Ihsan, A. (2003, Edisi 01/Tahun VII). Jamaah Tabligh (Sufi Gaya Baru). Majalah As-Sunnah, pp. 17-22.
Ali, H As'ad Said. (2011). Islamisme Jamaah Tabligh. Dari http://www.nu.or.id/page/id/dinamic_detil/4/32537/Kolom/Jamaah_Tabligh.html. (diakses pada tanggal 01-03-2017)

  

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama