BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Manusia merupakan makhluk sosial yang
hidup dan menjalankan seluruh aktivitasnya sebagai individu dalam kelompok
sosial, komunitas, organisasi maupun masyarakat. Dalam kehidupan sehari-hari,
setiap manusia berinteraksi dengan sesamanya. Oleh karena itu, manusia tidak
dapat menghindari dari suatu tindakan yang disebut komunikasi. Disadari atau
tidak, komunikasi merupakan bagian dari kehidupan manusia itu sendiri.
Di sisi lain, untuk menjalin rasa kemanusiaan
yang akrab, diperlukan saling pengertian diantara sesama anggota masyarakat.
Dalam hal ini komunikasi memainkan peranan penting, apalagi bagi manusia
modern. Manusia modern adalah manusia yang cara berpikirnya berdasarkan logika
dan rasional atau penalaran dalam menjalankan segala aktivitasnya. Keseluruhan
aktivitas itu akan terselenggara dengan baik melalui komunikasi antar pribadi.
Komunikasi merupakan suatu proses dua
arah yang menghasilkan pertukaran informasi dan pengertian antara masing-masing
individu yang terlibat. Komunikasi merupakan dasar dari seluruh interaksi antar
manusia. Komunikasi merupakan kebutuhan hakiki dalam kehidupan manusia untuk
saling tukar menukar informasi. Karena tanpa komunikasi, interaksi antar
manusia baik yang dilakukan secara perorangan, kelompok maupun organisasi tidak
akan mungkin terjadi. Manusia memerlukan kehidupan sosial, yaitu kehidupan
bermasyarakat. Sebagian besar interaksi manusia berlangsung dalam situasi
komunikasi interpersonal (komunikasi antar pribadi).
Komunikasi antar pribadi sangat penting
dilakukan untuk mendukung kelancaran komunikasi dalam organisasi. Sistem
komunikasi serta hubungan antar pribadi yang baik akan meminimalisir
kesenjangan antara berbagai pihak dalam organisasi dan meminimalisir rasa
saling tidak percaya serta kecurigaan di lingkungan kerja. Komunikasi yang baik
merupakan mediator dalam proses kerjasama dan transformasi informasi dalam
mendukung kemajuan organisasi. Komunikasi yang baik senantiasa menimbulkan
iklim keterbukaan, demokratis, rasa tanggung jawab, kebersamaan dan rasa
memiliki organisasi.
Mampu melakukan interaksi merupakan
anugerah yang tidak ternilai harganya yang dimiliki setiap manusia, meski dalam
kenyataanya banyak kendala yang akan dihadapi tiap-tiap individu dalam
melakukan interaksi melalui komunikasi. Proses komunikasi yang berlangsung
secara tatap muka, sehingga memungkinkan pesertanya dapat menangkap reaksi yang
ditimbulkan. Hal ini yang sering menjadi permasalahan saat dua individu atau
lebih yang memiliki kepribadian dan karakter berbeda saling melakukan
interaksi, terkadang ada hal-hal yang ditimbulkan dan menjadikan situasi
menjadi tidak nyaman.
Setiap individu memiliki cara berfikir
yang berbeda, terutama dalam menyelesaikan suatu permasalahan. Ada yang
bersikap santai, ada yang bersikap cuek seperti tidak memiliki masalah, bahkan
ada yang mensikapi sesuatu dengan emosi. Hal ini di pengaruhi karena
masing-masing individu memiliki karakteristik yang berbeda, cara berkomunikasi
yang berbeda, dan terkadang semua itu menjadi masalah dalam kehidupan sehari
hari. Hal ini sering menjadi penghambat dalam menciptakan komunikasi yang
efektif, sikap emosional yang berlebihan bagi masing-masing individu saat
menghadapi situasi tertentu dapat memperburuk proses komunikasi. Suatu ketika
terdapat sedikit masalah yang sebenarnya sepele, dan mestinya bisa diselesaikan
dengan baik. Akan tetapi jika disikapi dengan emosional, maka hal itu akan
menjadi bumerang dan akan memperkuat ego dari individu tersebut yang akan berdampak
pada terhambatnya proses komunikasi yang efektif.
B.
Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan komunikasi interpersonal
?
2. Apa sajakah tujuan dari komunikasi interpersonal?
3. Bagaimana model-model komunikasi interpersonal?
4. Bagaiman caranya melakukan komunikasi
interpersonal yang efektif?
C.
Tujuan Penulisan
1. Mengetahui pengertian dari komunikasi
interpersonal
2. Memahami tujuan komunikasi interpersonal
3. Menjelaskan model-model komunikasi interpersonal
4. Mengetahui cara melakukan komunikasi
interpersonal yang efektif
D.
Manfaat Penulisan
Makalah ini disusun dengan harapan
memberikan manfaat baik secara teoritis maupun secara praktis. Secara teoritis
makalah ini berguna sebagai pengembangan konsep Interpersonal Employee
Relation mengenai Komunikasi Interpersonal. Secara praktis makalah ini diharapkan
bermanfaat bagi :
1.
Penulis, sebagai wahana penambah
pengetahuan dan konsep keilmuan
khususnya tentang konsep Interpersonal Employee Relation.
2.
Pembaca, sebagai media
informasi tentang konsep Interpersonal
Employee
Relation mengenai Komunikasi Interpersonal.
E.
Metode Penulisan
Metode yang digunakan adalah metode deskriptif. Melalui metode ini penulis akan
menguraikan permasalahan yang dibahas secara jelas dan komprehensif. Data
teoritis dalam makalah ini dikumpulkan dengan menggunakan studi pustaka,
artinya penulis mengambil data melalui media pustaka dalam penyusunan makalah
ini dan ditambah referensi dari media internet. Dengan meyebutkan berbagai
sumber untuk penulisan makalah ini, selain itu juga penulis menggunakan metode
kepustakaan untuk mendapatkan data yang mendukung makalah ini.
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Pengertian Komunikasi Interpersonal
Kamus Psikologi
(Rakhmat, 2001) mendefinisikan komunikasi sebagai penyampaian energi, gelombang
suara dan tanda di antara tempat sebagai proses penyampaian suatu pesan dalam
bentuk lambang bermakna sebagai paduan pikiran dan perasaan berupa ide,
informasi, kepercayaan, harapan, imbauan, dan sebagainya, yang dilakukan
seseorang kepada orang lain, baik langsung secara tatap muka maupun tidak
langsung melalui media dengan tujuan mengubah sikap, pandangan atau
perilaku. Kata komunikasi ini sendiri berasal dari bahasa Latin
“communicatio” yang berarti “pergaulan”, “persatuan”, “peran serta”, dan
“kerjasama”. Kata komunikasi bersumber dari istilah “communis” yang berarti
“sama makna”.[1]
Komunikasi sebagai
suatu proses pengiriman dan penyampaian pesan baik berupa verbal (kata-kata)
maupun non verbal (gerakan) oleh seseorang kepada orang lain
untuk mengubah sikap, pendapat, atau perilaku, baik langsung secara lisan,
maupun tidak langsung melalui media. Komunikasi yang baik harus disertai dengan
adanya jalinan pengertian antara kedua belah pihak (pengirim dan penerima),
sehingga yang dikomunikasikan dapat dimengerti dan dilaksanakan.
Secara konstektual,
komunikasi interpersonal digambarkan sebagai suatu komunikasi antara dua
individu atau sedikit individu, yang mana saling berinteraksi, saling
memberikan umpan balik satu sama lain. Namun, memberikan definisi konstektual
saja tidak cukup untuk menggambarkan komunikasi interpersonal karena setiap
interaksi antara satu individu dengan individu lain berbeda-beda.
Arni Muhammad
menyatakan bahwa “komunikasi interpersonal adalah proses pertukaran informasi
diantara seseorang dengan paling kurang seorang lainnya atau biasanya di antara
dua orang yang dapat langsung diketahui balikannya”.[2]
Menurut Mulyana,
“komunikasi interpersonal adalah komunikasi yang hanya dua orang, seperti suami
istri, dua sejawat, dua sahabat dekat, guru-murid dan sebagainya”.[3]
Effendi
mengemukakan, komunikasi interpersonal adalah komunikasi antar komunikator
dengan komunikan, komunikasi
jenis ini dianggap paling efektif dalam upaya mengubah sikap, pendapat atau perilaku seseorang, karena
sifatnya yang dialogis berupa percakapan. Arus balik bersifat langsung,
komunikator mengetahui tanggapan komunikan ketika itu juga.[4]
Komunikasi interpersonal menurut Joseph A. Devito dalam bukunya “The
Interpersonal Communication Book” adalah “The process of sending and
receiving messages between two persons, or among a small group of persons, with
some effect and some immediate feedback”.[5] Proses pengiriman dan penerimaan
pesan-pesan antara dua orang, atau diantara sekelompok kecil orang-orang,
dengan beberapa efek dan beberapa umpan balik seketika.
Menurut M. Ghojali Bagus A.P, S.Psi. dalam Buku Ajar Psikologi Komunikasi, komunikasi interpersonal adalah komunikasi yang dilakukan kepada pihak
lain untuk mendapatkan umpan balik, baik secara langsung (face to face) maupun
dengan media.[6]
Miller dan Steinberg, Komunikasi interpersonal adalah Communication That
occurs within interpersonal relationship.[7] Komunikasi terjadi dalam hubungan
interpersonal yang maksudnya adalah proses komunikasi yang terjadi saat
melakukan hubungan interpersonal yaitu hubungan antara dua orang atau lebih
dalam menyampaikan pesan, ide, gagasan, cerita, dan sebagainya yang tujuannya
melakukan komunikasi atau percakapan yang efektif.
Dapat disimpulkan bahwa komunikasi interpersonal merupakan proses penyampaian
informasi, pikiran dan sikap tertentu antara dua orang atau lebih yang terjadi
pergantian pesan baik sebagai komunikan maupun komunikator dengan tujuan untuk
mencapai saling pengertian, mengenai masalah yang akan dibicarakan yang
akhirnya diharapkan terjadi perubahan perilaku.
Dari pengertian
komunikasi interpersonal yang telah diuraikan di atas, dapat diidentifikasikan
beberapa komponen yang harus ada dalam komunikasi interpersonal. Menurut
Suranto A.W, komponen-komponen komunikasi interpersonal yaitu:[8]
1) Sumber / komunikator
Merupakan orang yang mempunyai kebutuhan untuk
berkomunikasi, yakni keinginan untuk
membagi keadaan internal sendiri,
baik yang bersifat emosional
maupun informasional dengan orang lain. Kebutuhan ini dapat berupa keinginan
untuk memperoleh pengakuan sosial sampai pada keinginan
untuk mempengaruhi sikap dan tingkah laku orang lain. Dalam
konteks komunikasi interpersonal komunikator adalah individu yang
menciptakan, memformulasikan, dan
menyampaikan pesan.
2) Encoding
Encoding adalah suatu aktifitas internal pada
komunikator dalam
menciptakan
pesan melalui pemilihan simbol-simbol verbal dan non
verbal, yang disusun
berdasarkan aturan-aturan tata bahasa, serta disesuaikan dengan
karakteristik komunikan.
3) Pesan
Merupakan hasil encoding. Pesan adalah seperangkat simbol-simbol baik
verbal maupun non verbal, atau
gabungan keduanya, yang mewakili
keadaan khusus
komunikator untuk disampaikan kepada pihak lain. Dalam aktivitas komunikasi,
pesan merupakan unsur yang sangat
penting. Pesan itulah disampaikan oleh komunikator untuk diterima dan
diinterpretasi
oleh komunikan.
4) Saluran
Merupakan sarana fisik penyampaian pesan dari sumber ke penerima
atau yang menghubungkan orang ke orang lain secara umum. Dalam
konteks
komunikasi interpersonal, penggunaan saluran atau media
semata-mata
karena situasi dan kondisi tidak memungkinkan dilakukan
komunikasi secara tatap muka.
5) Penerima/ komunikan
Adalah seseorang yang menerima, memahami, dan menginterpretasi
pesan. Dalam proses komunikasi interpersonal, penerima
bersifat aktif, selain menerima pesan
melakukan pula proses interpretasi dan
memberikan umpan balik. Berdasarkan umpan balik dari komunikan
inilah seorang komunikator akan
dapat mengetahui keefektifan komunikasi yang telah
dilakukan, apakah makna pesan dapat dipahami
secara bersama oleh kedua belah pihak yakni komunikator dan
komunikan.
6) Decoding
Decoding merupakan kegiatan lain secara umum.
Pentafsiran si penerima pesan (komunikan)
ketika mendapatkan pesan dari (komunikator).
7) Respon
Yakni apa yang telah diputuskan oleh penerima untuk dijadikan sebagai
sebuah tanggapan
terhadap pesan. Respon dapat bersifat positif, netral,
maupun negatif. Respon positif apabila sesuai dengan yang dikehendaki
komunikator. Netral berarti
respon itu tidak menerima ataupun menolak keinginan komunikator.
Dikatakan respon negatif apabila tanggapan
yang diberikan bertentangan dengan
yang diinginkan oleh komunikator.
8) Gangguan (noise)
Gangguan atau noise atau barier beraneka ragam, untuk itu harus
didefinisikan dan
dianalisis. Noise dapat terjadi di dalam
komponen- komponen manapun dari sistem
komunikasi. Noise merupakan apa saja
yang mengganggu
atau membuat kacau penyampaian dan penerimaan pesan, termasuk yang bersifat
fisik dan psikis.
9) Konteks
komunikasi
Komunikasi selalu terjadi dalam suatu konteks tertentu, paling tidak ada
tiga dimensi
yaitu ruang, waktu, dan nilai. Konteks ruang menunjuk pada
lingkungan konkrit dan
nyata tempat terjadinya komunikasi, seperti
ruangan, halaman dan jalanan. Konteks waktu menunjuk pada waktu
kapan komunikasi tersebut dilaksanakan, misalnya: pagi, siang, sore,
malam. Konteks nilai, meliputi nilai sosial dan budaya yang
mempengaruhi suasana komunikasi, seperti: adat istiadat,
situasi rumah, norma
pergaulan, etika, tata krama, dan sebagainya.
Komunikasi
interpersonal merupakan suatu proses pertukaran makna antara orang-orang yang
saling berkomunikasi. Orang yang saling berkomunikasi tersebut adalah sumber
dan penerima. Sumber melakukan encoding untuk menciptakan dan
memformulasikan menggunakan saluran. Penerima melakukan decoding untuk
memahami pesan, dan selanjutnya menyampaikan respon atau umpan balik. Tidak
dapat dihindarkan bahwa proses komunikasi senantiasa terkait dengan konteks
tertentu, misalnya konteks waktu. Hambatan dapat terjadi pada sumber, encoding,
pesan, saluran, decoding, maupun pada diri penerima. Prosesnya
adalah sebagai berikut : Terdapat seorang komunikator yang ingin menyampaikan
pesannya (message). Pesan tersebut diekspresikan (encoded)
melalui berbagai lambang dalam bahasa. Bahasa tersebut mungkin berupa simbol
kata-kata, simbol-simbol matematik, diagram, sentuhan dan seterusnya. Pesan
disampaikan melalui perantaraan. Berbagai media komunikasi digunakan dalam
organisasi meliputi: percakapan tatap muka, percakapan telepon, memo-memo
tertulis, sistem alamat umum, serta banyak media lainnya. Terdapat satu atau
lebih penerima pesan (recipients). Bilamana seorang penerima menerima
pesan, maka pesannya ditafsirkan (decoded).
B. Tujuan Komunikasi Interpersonal
Arni Muhammad
menyatakan bahwa komunikasi interpersonal mempunyai beberapa tujuan, yaitu :[9]
1. Menemukan Diri Sendiri
Salah satu tujuan komunikasi interpersonal adalah menemukan personal atau
pribadi. Bila kita terlibat dalam pertemuan interpersonal dengan orang lain
kita belajar banyak sekali tentang diri kita maupun orang lain. Komunikasi interpersonal memberikan kesempatan
kepada kita untuk berbicara tentang apa yang kita sukai, atau mengenai diri
kita. Adalah sangat menarik dan mengasyikkan bila berdiskusi mengenai perasaan,
pikiran, dan tingkah laku kita sendiri. Dengan membicarakan diri kita dengan
orang lain, kita memberikan sumber balikan yang luar biasa pada perasaan,
pikiran, dan tingkah laku kita.
2. Menemukan Dunia Luar
Hanya komunikasi interpersonal menjadikan kita dapat memahami
lebih banyak tentang diri kita dan orang lain yang
berkomunikasi
dengan kita. Banyak informasi yang kita ketahui datang dari
komunikasi interpersonal,
meskipun banyak jumlah informasi yang
datang kepada kita
dari media massa hal itu seringkali didiskusikan
dan akhirnya dipelajari atau didalami
melalui interaksi interpersonal.
3. Membentuk Dan Menjaga Hubungan Yang Penuh Arti
Salah satu keinginan orang yang paling besar adalah membentuk dan
memelihara hubungan dengan
orang lain. Banyak dari waktu kita pergunakan dalam
komunikasi interpersonal diabadikan untuk
membentuk dan menjaga hubungan
sosial dengan orang lain.
4. Berubah Sikap Dan Tingkah Laku
Banyak waktu kita pergunakan untuk mengubah sikap dan tingkah laku
orang lain dengan pertemuan interpersonal. Kita boleh menginginkan mereka
memilih cara tertentu, misalnya mencoba diet yang
baru, membeli barang tertentu, melihat film, menulis membaca
buku, memasuki bidang tertentu
dan percaya bahwa sesuatu itu benar
atau salah. Kita banyak menggunakan waktu
waktu terlibat dalam posisi interpersonal.
5. Untuk Bermain Dan Kesenangan
Bermain mencakup semua aktivitas yang mempunyai tujuan utama
adalah mencari kesenangan. Berbicara dengan teman mengenai aktivitas kita pada
waktu akhir pecan, berdiskusi mengenai olahraga,
menceritakan cerita dan cerita lucu pada umumnya hal itu adalah
merupakan pembicaraan yang untuk menghabiskan waktu. Dengan melakukan
komunikasi interpersonal semacam itu dapat memberikan
keseimbangan yang penting dalam pikiran yang memerlukan rileks
dari semua keseriusan di lingkungan
kita.
6. Untuk Membantu
Ahli-ahli kejiwaan, ahli psikologi klinis dan terapi menggunakkan
komunikasi interpersonal dalam kegiatan
profesional mereka untuk mengarahkan kliennya. Kita semua juga berfungsi
membantu orang lain dalam interaksi interpersonal kita
sehari-hari. Kita berkonsultasi
dengan
seorang teman yang putus cinta, berkonsultasi dengan
mahasiswa tentang mata kuliah yang sebaiknya diambil dan lain
sebagainya.
Dapat disimpulkan bahwa ketika melakukan komunikasi interpersonal, setiap
individu dapat mempunyai tujuan yang berbeda-beda, sesuai dengan kebutuhan
masing-masing.
Komunikasi interpersonal yaitu kemampuan untuk berkomunikasi dengan orang lain.
Komunikasi ini terbagi menjadi dua jenis yaitu :
a. Komunikasi
diadik (Dyadic communication)
Komunikasi diadik adalah komunikasi yang dilakukan oleh dua orang.
Misalkan, anda berkomunikasi
dengan seseorang yang anda temui di jalan. atau sedang menelpon seseorang yang
lokasinya jauh dari saudara.
b.Komunikasi triadik (Triadic communication)
Komunikasi triadik adalah komunikasi antarpribadi yang pelaku
komunikasinya terdiri
dari tiga orang, yaitu seorang komunikator dan dua orang komunikan.
Apabila dibandingkan dengan komunikasi triadik, maka komunikasi diadik lebih
efektif, karena komunikator memusatkan perhatiannya kepada seorang komunikan
sepenuhnya, sehingga ia dapat menguasai frame of reference komunikan
sepenuhnya, juga umpan balik yang berlangsung, kedua faktor yang sangat
berpengaruh terhadap efektif tidaknya proses komunikasi.
Komunikasi interpersonal memiliki beberapa ciri, yaitu : arus pesan dua arah, suasana nonformal, umpan balik
segera, peserta komunikasi berada dalam jarak yang dekat, dan peserta
komunikasi mengirim dan menerima pesan secara simultan serta spontan, baik
verbal maupun non verbal.
Fungsi Komunikasi interpersonal adalah untuk mendapatkan respon/ umpan balik.
Hal ini sebagai salah satu tanda efektivitas proses komunikasi. Bayangkan
bagaimana kalau tidak ada umpan balik, saat kalian berkomunikasi dengan orang
lain. Bagaimana kalau kalian sms ke orang lain tetapi tidak dibalas?. Selanjutnya,
untuk melakukan antisipasi setelah mengevaluasi respon/ umpan balik. Contohnya,
setelah apa yang akan kita lakukan, dan setelah mengetahui lawan bicara kita
kurang nyaman diajak berbincang.
Tipe komunikasi interpersonal, yang pertama adalah komunikasi dua orang
(mencakup segala jenis hubungan antarpribadi, antara satu orang dengan orang
lain, mulai dari hubungan yang paling singkat (kontak) biasa, sampai hubungan
yang bertahan lama dan mendalam). Kedua, yaitu wawancara merupakan salah satu
tipe komunikasi interpersonal dimana dua orang terlibat dalam percakapan yang
berupa tanya jawab seperti saat orang melamar pekerjaan. Seorang HRD
mewawancari karyawan yang sedang melamar kerja. Dan yang ketiga, Komunikasi
kelompok kecil merupakan salah satu tipe komunikasi interpersonal, dimana
beberapa orang terlibat dalam suatu pembicaraan, percakapan, diskusi,
musyawarah, dan sebagainya.
C.
Model Komunikasi Interpersonal
Menurut Coleman dan
Hammen (dalam Jallaludin Rakhmat buku Psikologi Komunikasi) , ada empat buah
model komunikasi interpersonal, yaitu :[10]
1.
Model Pertukaran
Sosial
Thibault dan
Kelley mengemukakan bahwa “Asumsi dasar yang mendasari seluruh analisis kami
adalah bahwa setiap individu secara sukarela memasuki dan tinggal dalam
hubungan sosial hanya selama hubungan tersebut cukup memuaskan ditinjau dari
segi ganjaran dan biaya”.
Rakhmat
menjelaskan dalam bukunya Psikologi Komunikasi, ganjaran merupakan setiap
akibat yang dinilai positif yang diperoleh seseorang dari suatu hubungan.
Ganjaran dapat berupa uang, penerimaan sosial, atau dukungan terhadap nilai
yang dipegangnya. Nilai suatu ganjaran itupun berbeda-beda tergantung waktu dan
strata sosial pelaku komunikasi. Sedangkan biaya dijelaskan sebagai akibat yang
dinilai negatif yang terjadi dalam suatu hubungan. Biaya dapat berupa waktu,
usaha, konflik, kecemasan, dan keruntuhan harga diri. Sebagaimana ganjaran,
biaya pun berubah-ubah sesuai dengan waktu dan orang yang terlibat didalamnya.
Dengan kata lain,
model pertukaran sosial dapat di ibaratkan sebagai suatu transaksi dagang.
Karena, orang berinteraksi dengan orang lainnya hanya mengharapkan sesuatu yang
dapat memenuhi kebutuhannya.
2.
Model Peranan
Bila model
pertukaran sosial memandang hubungan interpersonal sebagai transaksi dagang,
model peranan melihatnya sebagi panggung sandiwara. Di sini setiap orang harus
memainkan peranannya sesuai dengan naskah yang telah dibuat masyarakat.
Hubungan interpersonal berkembang baik bila setiap individu bertindak sesuai
dengan ekspedisi peranan dan tuntutan peranan.
Ekspedisi peranan
mengacu pada kewajiban, tugas, dan hal yang berkaitan dengan posisi
tertentu dalam kelompok. Guru diharapakan berperan sebagai pendidik yang
bermoral dan menjadi contoh yang baik bagi murid-muridnya. Jenderal
diharapkan berperan sebagai Pembina tentara yang berani dan tegas. Guru yang
berbuat jahat, jenderal yang takut kecoa, tidak memenuhi ekspektasi peranan.
Tuntutan peranan adalah dasakan soaial yang memaksa
individu untuk memenuhi peranan yang telah dibebankan kepadanya. Dalam hubungan
interpersonal, desakan halus atau kasar dikenakan pada orang lain agar ia
melaksanakan peranannya.
Keterampilan
peranan adalah kemampuan memainkan peranan tertentu, kadang disebut juga
kompetensi sosial. Dibedakan menjadi keterampilan kognitif menunjukkan
kemampuan individu untuk mempersepsi apa yang diharapkan orang lain dari
dirinya dan keterampilan tindakan merupakan kemampuan melaksanakan peranan
sesuai dengan harapan. Konfliik peranan terjadi bila individu tidak
sanggup mempertemukan berbagai tuntutan peranan.
3.
Model Permainan
Eric Berne (1964,1972) dalam bukunya Games People
Play, mmengklasifikasikan model permainan ini dalam tiga kepribadian manusia.
Yaitu Orang Tua, Orang Dewasa dan Anak (Parent, Adult, Child).
Orang Tua adalah aspek kepribadian yang merupakan asumsi dan perilaku yang kita
terima dari orang tua kita. Orang Dewasa adalah bagian kepribadian yang
mengolah informasi secara rasional, sesuai dengan situaisi, dan biasanya
berhubungan dengan masalah yang membutuhkan pengambilan keputusan secara
sadar. Anak adalah unsur yang diambil dari perasaan dan penglaman
kanak-kanak dan mengandung potensi intuisi, spontanitas, kreativitas, dan
kesenangan. Dan kita akan memunculkan salah satu aspek kepribadian kita pada
saat berkomunikasi interpersonal, dan orang lain akan membalasnya dengan salah
satu aspek tersebut juga.
4.
Model interaksional
Komunikasi interpersonal harus dilihat dari tujuan
bersama, metode komunikasi, ekspektasi dan pelaksanan peranan, serta
permainan yang dilakukan. Dengan
singkat, model interaksional mencoba menggabungkan
model pertukaran sosial,
peranan dan permainan. Model yang memandang bahwa hubungan interpersonal
sebagai suatu sistem, dan setiap sistem memiliki sifat-sifat struktural, integratif,
dan medan.
D.
Efektifitas Komunikasi Interpersonal
Pengertian efektifitas
secara umum menunjukkan sampai seberapa jauh tercapainya suatu tujuan yang
terlebih dahulu ditentukan. Hal tersebut sesuai dengan pengertian efektifitas
menurut Hidayat, yang menjelaskan bahwa efektifitas
adalah suatu ukuran yang menyatakan seberapa jauh target tujuan (kuantitas,
kualitas dan waktu) telah tercapai.
Efektifitas
komunikasi interpersonal merupakan interaksi (face to face) antara
dua individu atau lebih untuk saling menukar informasi dan saling mempengaruhi
tingkah laku yang dapat menimbulkan umpan balik secara langsung demi menunjang
suatu tujuan.
Pada
umumnya komunikasi interpersonal terjadi karena
pada hakikatnya setiap manusia suka
berkomunikasi dengan manusia lain, karena
itu tiap-tiap orang selalu berusaha agar
mereka lebih dekat satu sama lain.
Kegiatan komunikasi tersebut dilakukan sebagai
upaya memenuhi kebutuhan untuk bekerjasama
dengan orang lain. Tindakan kerjasama merupakan
kesatuan dari komunikasi interpersonal yang
efektif.
Komunikasi interpersonal dikatakan lebih efektif dalam hal membujuk lawan
bicara karena tanpa menggunakan media dalam penyampaian pesannya serta dapat
langsung melihat reaksi dari lawan bicara. Komunikasi interpersonal sering
dilakukan oleh semua orang dalam berhubungan dengan masyarakat luas.
Menurut Joseph A. Devito dalam bukunya “The Interpersonal Communication Book”,
efektifitas Komunikasi Interpersonal dimulai
dengan lima kualitas umum (sifat) yang dipertimbangkan yaitu keterbukaan (openness), empati (empathy),
sikap mendukung (supportiveness), sikap positif (positiveness),
dan kesetaraan (equality).[11]
1. Keterbukaan (Openness)
Kualitas keterbukaan mengacu pada sedikitnya tiga aspek dari komunikasi
interpersonal. Pertama, komunikator interpersonal yang efektif harus terbuka
kepada orang yang diajaknya berinteraksi. Ini tidaklah berarti bahwa orang
harus dengan segera membukakan semua riwayat hidupnya.memang ini mungkin
menarik, tapi biasanya tidak membantu komunikasi. Sebaliknya, harus ada
kesediaan untuk membuka diri mengungkapkan informasi yang biasanya
disembunyikan, asalkan pengungkapan diri ini patut.
Aspek keterbukaan yang kedua mengacu kepada
kesediaan komunikator untuk bereaksi secara jujur terhadap stimulus yang
datang. Orang yang diam, tidak kritis, dan tidak tanggap pada umumnya merupakan
peserta percakapan yang menjemukan. Kita ingin orang bereaksi secara terbuka
terhadap apa yang kita ucapkan. Dan kita berhak mengharapkan hal ini. Tidak ada
yang lebih buruk daripada ketidak acuhan, bahkan ketidaksependapatan jauh lebih
menyenangkan. Kita memperlihatkan
keterbukaan dengan cara bereaksi secara spontan terhadap orang lain.
Aspek ketiga menyangkut “kepemilikan” perasaan dan pikiran. Terbuka dalam
pengertian ini adalah mengakui bahwa perasaan dan pikiran yang anda lontarkan
adalah memang milik anda dan anda bertanggungjawab atasnya. Cara terbaik untuk
menyatakan tanggung jawab ini adalah dengan pesan yang menggunakan kata saya
(kata ganti orang pertama tunggal).
2. Empati (empathy)
Empati sebagai kemampuan seseorang untuk ‘mengetahui’ apa yang sedang dialami
orang lain pada suatu saat tertentu, dari sudut pandang orang lain itu, melalui
kacamata orang lain itu. Bersimpati, di pihak lain adalah merasakan bagi orang
lain atau merasa ikut bersedih. Sedangkan berempati adalah merasakan sesuatu
seperti orang yang mengalaminya, berada di kapal yang sama dan merasakan
perasaan yang sama dengan cara yang sama. Orang yang empatik mampu memahami motivasi dan
pengalaman orang lain, perasaan dan sikap mereka, serta harapan dan keinginan
mereka untuk masa mendatang.
Kita dapat mengkomunikasikan empati baik secara verbal maupun non
verbal. Secara nonverbal, kita dapat mengkomunikasikan empati dengan
memperlihatkan (1) keterlibatan aktif dengan orang itu melalui ekspresi wajah
dan gerak-gerik yang sesuai; (2) konsentrasi terpusat meliputi kontak mata,
postur tubuh yang penuh perhatian, dan kedekatan fisik; serta (3) sentuhan atau
belaian yang sepantasnya.
3. Sikap mendukung (supportiveness) dan Umpan
Balik
Hubungan interpersonal yang efektif adalah hubungan dimana terdapat sikap
mendukung (supportiveness). Komunikasi yang terbuka dan empatik tidak
dapat berlangsung dalam suasana yang tidak mendukung. Dan umpan balik yang
ditimbulkan harus terlihat komunikasi yang diciptakan berhasil atau tidak,
efektif atau tidak.
4. Sikap positif (positiveness)
Kita mengkomunikasikan sikap positif dalam komunikasi interpersonal dengan
sedikitnya dua cara: (1) menyatakan sikap positif dan (2) secara positif mendorong
orang yang menjadi teman kita berinteraksi. Sikap positif mengacu pada
sedikitnya dua aspek dari komunikasi interpersonal. Pertama, komunikasi
interpersonal terbina jika seseorang memiliki sikap positif terhadap diri
mereka sendiri.
Kedua, perasaan positif untuk situasi komunikasi
pada umumnya sangat penting untuk interaksi yang efektif. Tidak ada yang lebih
menyenangkan daripada berkomunikasi dengan orang yang tidak menikmati interaksi
atau tidak bereaksi secara menyenangkan terhadap situasi atau suasana
interaksi.
5. Kesetaraan (Equality)
Dalam setiap situasi, barangkali terjadi ketidaksetaraan. Salah seorang mungkin
lebih pandai, lebih kaya, lebih tampan atau cantik, atau lebih atletis daripada
yang lain. Tidak pernah ada dua orang yang benar-benar setara dalam segala hal.
Terlepas dari ketidaksetaraan ini, komunikasi interpersonal akan lebih efektif
bila suasananya setara. Artinya,, harus ada pengakuan secara diam-diam bahwa
kedua pihak sama-sama bernilai dan berharga, dan bahwa masing-masing pihak
mempunyai sesuatu yang penting untuk disumbangkan. Dalam suatu hubungan
interpersonal yang ditandai oleh kesetaraan,
Ketidak-sependapatan dan konflik lebih dillihat
sebagai upaya untuk memahami perbedaan yang pasti ada daripada sebagai
kesempatan untuk menjatuhkan pihak lain.kesetaraan tidak mengharuskan kita
menerima dan menyetujui begitu saja semua perilaku verbal dan nonverbal pihak
lain. Kesetaraan berarti kita menerima pihak lain, atau menurut istilah
kesetaraan meminta kita untuk memberikan ”penghargaan positif tak bersyarat”
kepada orang lain.
Komunikasi yang efektif ditandai dengan hubungan interpersonal atau hubungan
emosional yang baik. Kegagalan komunikasi terjadi apabila isi pesan kita
pahami, tetapi hubungan diantara komunikan menjadi rusak. Bila seseorang
berkumpul dalam satu kelompok yang memiliki kesamaan dengan dirinya,
maka seseorang tersebut akan merasa gembira, dan terbuka. Sebaliknya bila ia
berkumpul dengan orang-orang yang ia benci, maka itu akan membuatnya merasa
tegang, resah, dan tidak enak. Dengan demikian seseorang tersebut akan menutup
diri dan menghindari komunikasi atau ingin segera mengakhiri komunikasi
tersebut.
Komunikasi
interpersonal dikatakan efektif apabila memenuhi tiga syarat :
1. Pesan yang dapat diterima dan dipahami oleh komunikan
sebagaimana dimaksud oleh komunikator.
2. Ditindak lanjuti dengan
perbuatan secara sukarela.
3. Meningkatkan kualitas
hubungan antar pribadi.
Komunikasi interpersonal yang efektif berfungsi untuk :
1. Membentuk
dan menjaga hubungan baik antar individu.
2. Menyampaikan
pengetahuan atau informasi.
3. Mengubah
sikap dan perilaku
4. Pemecahan
masalah hubungan antar manusia
5. Citra
diri menjadi lebih baik
6. Jalan
menuju sukses
Komunikasi interpersonal tatap muka mempunyai banyak kelebihan, yaitu :
1. Feedback antara komunikator dan komunikan akan
diterima secara cepat dan dapat melihat pula reaksi yang menjadi komunikasi non
verbal dari komunikan itu sendiri.
2. Terdapat
kedekatan emosional karena intensitas dalam berkomunikasi.
3. Bisa
mengurangi noise (gangguan) dalam berkomunikasi karena terjadi secara
langsung dan bila ada gangguan langsung bisa dikonfirmasi.
4. Dapat
menyampaikan suatu pesan dengan hanya komunikasi non verbal tanpa komunikasi
verbal.
5. Tidak
memerlukan biaya dalam melakukannya karena dilakukan secara langsung dan
continue , sehingga mengobrol dalam jangka waktu yang lama tidak mengeluarkan
biaya.
6. Emosi
atau perasaan antara komunikator dan komunikan lebih terlibat dan mengurangi
kebohongan karena mimik wajah akan terlihat langsung oleh lawan bicaranya.
Selain mempunyai kelebihan, komunikasi interpersonal tatap muka juga mempunyai
kelemahan, yaitu :
1. Mengenai efisiensi waktu, yang dimaksudkan disini
adalah efisiensi waktu untuk bertemu. Setiap orang mempunyai kesibukan masing-masing
sehingga untuk melakukan komunikasi tatap muka diperlukan waktu yang tepat agar
keduanya dapat bertemu dan melakukan komunikasi interpersonal tatap muka.
2. Tidak
dapat berkomunikasi dengan orang yang ada di tempat yang berbeda karena
jangkauan tatap muka ini sangat terbatas sehingga memerlukan media untuk
menghubungkan antara satu sama lain agar dapat berkomunikasi. Jadi dalam tatap
muka ini yang menjadi kendala adalah waktu dan jangkauannya yang terbatas.
Dalam komunikasi interpersonal terdapat beberapa hambatan yang ada,
hambatan-hambatan tersebut antara lain sebgai berikut :
1. Bahasa
: Dalam komunikasi peranan bahasa sangat penting karena bahasa merupakan salah
satu alat bahasa verbal yang digunakan dalam berkomunikasi. Bila dalam suatu
komunikasi ada kesalahpahaman yang terjadi yang disebabkan oleh bahasa itu akan
menjadi hambatan dalam komunikasi .
2. Budaya
: Budaya juga sangat penting dan berpengaruh. Bila dalam komunikasi ada
perbedaan latar budaya dan tidak terdapat titik temu antar satu dengan yang
lain hal ini dapat menjadi bomerang dalam proses komunikasi sehingga dapat
menimbulkan kesalahpahaman antar personal yang dapat membuat perpecahan.
3. Tujuan
yang tidak jelas : Dalam komunikasi harus ada kejelasan dalam berhubungan agar
ada tujuan yang pasti, apabila tidak ada tujuan yang jelas akan terjadi hal-hal
yang tidak diinginkan. Misalnya miss komunikasi yang dapat memecahkan hubungan
antar sahabat ataupun hubungan antar personal yang lainya.
4. Salah
paham : Terkadang di dalam suatu komunikasi terjadi salah paham dalam
interpretasi, respon, dan asumsi. Dan ini membuat suatu kesalahpahaman dalam
berkomunikasi sehingga dari kesaahpahaman ini bisa terjadi perusakan suatu
komunikasi. Selain itu apabila kesalahpahaman terus berlanjut dalam suatu
hubungan komunikasi. Hubungan komunikasi antar personal tersebut bisa pecah
atau ada pemutusan hubungan.
5. Menganggap
enteng lawan bicara : Dalam suatu komunikasi atau hubungan kita harus bisa
menghormati antar personal agar tercipta suatu hubungan yang harmonis. Tapi
apabila tidak ada rasa saling menghormatimaka akan terjadi hal-hal yang tidak
diinginkan misalnya pemutusan hubungan.
6. Mendominasi
pembicaraan : Komunikasi dua arah akan berhasil bila kita saling mengisi dan
melengkapi. Bila ada seorang yang lebih mendominasi suatu pembicaraan
komunikasi tersebut tidak akan efektif dan tidak akan berjalan dengan lancar.
Sumber Lengkap : Makalah Komuniaksi Dialogis
Posting Komentar