MAKALAH
UNTUK MEMENUHI TUGAS ILMU BIDAYA DASAR
PROGRAM
STUDY
ILMU
ADMINISTRASI BISNIS S1
DOSEN
PENGASUH :
SASMITA
RUSNAINI, S.AB, M.A
DI SUSUN OLEH
KELOMPOK 5
S. BIANCA BOY
|
1610069632110
|
DERY PRATAMA
|
1610069632110
|
MUHAMAD NUR ROHMADI
|
161006963211035
|
PUSPA CITRAWARA PERTIWI
|
1610069632110
|
SEKOLAH TINGGI ILMU ADMINISTRASI
(STIA)
YAYASAN SETIH SETIO
MUARA BUNGO
2017
KATA PENGANTAR
Puji
syukur atas segala nikmat yang Allah berikan kepada kita semua, sehingga masih
dapat bernafas dan menjalankan kewajiban sebagai mahasiswa, yaitu mencari ilmu
dengan sebaik-baiknya.
Solawat
serta salam yang selalu kita sampaikan ke pada Nabi Muhamad SAW, yang telah
membawa kita semua dari alam kegelapan ke pada alam yang penuh dengan
pengetahuan seperti yang telah kita rasakan pada saat ini.
Dalam hal ini kami sebagai penyusun
makalah mengucapkan banyak syukur, karena atas rahmat Allah kami dapat
menyelesaikan tugas makalah ini dengan sebagaimana mestinya yang di perintahkan
oleh dosen pengasuh kami.
Dalam penulisan makalah ini kami
sebagai penyusun menyadari akan banyaknya kekurangan. Namun dengan demikian
kami sebagai penyusun makalah menyampaikan permohonan maaf yang tak terhingga
kepada para pembaca sekalian.
Muara Bungo, 07 Maret 2107
Penyusun
DAFTAR ISI
COVER
KATA
PENGANTAR.................................................................................................
i
DAFTAR
ISI.................................................................................................................
ii
BAB
I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang..........................................................................................................
1
1.2
Rumusan Masalah.....................................................................................................
1
1.3
Tujuan Penulisan......................................................................................................
1
BAB
II PEMBAHASAN
2.1
Definisi.....................................................................................................................
2
2.2
Faktor-faktor yang mempengaruhi
kebudayaan.......................................................
3
2.3
Keberagaman budaya Indonesia..............................................................................
3
2.4
Bukti sejarah............................................................................................................
5
2.5
Faktor-faktor penyebab keberagaman
budaya Indonesia.........................................
5
2.6
Manfaat keberagaman budaya..................................................................................
7
2.7
Beberapa contoh keberagaman budaya
Indonesia....................................................
9
BAB
III PENUTUP
3.1
Kesimpulan..............................................................................................................
14
3.2
Saran........................................................................................................................
14
DAFAR
PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Keragaman
budaya atau “cultural diversity” adalah
keniscayaan yang ada
di bumi Indonesia. Keragaman budaya di Indonesia adalah sesuatu yang
tidak dapat dipungkiri keberadaannya. Dalam konteks pemahaman masyarakat
majemuk, selain kebudayaan kelompok sukubangsa, masyarakat Indonesia juga
terdiri dari berbagai kebudayaan daerah bersifat kewilayahan yang
merupakan pertemuan dari berbagai kebudayaan kelompok
sukubangsa yang
ada
didaerah tersebut. Dengan jumlah penduduk 200 juta orang
dimana
mereka tinggal tersebar dipulau-
pulau di Indonesia.
Mereka juga mendiami dalam wilayah dengan kondisi geografis yang
bervariasi. Mulai dari pegunungan, tepian hutan, pesisir, dataran rendah, pedesaan, hingga perkotaan. Hal ini juga berkaitan dengan tingkat peradaban kelompok-kelompok sukubangsa dan masyarakat di Indonesia yang
berbeda. Pertemuan- pertemuan dengan kebudayaan luar juga mempengaruhi proses asimilasi kebudayaan yang ada di Indonesia
sehingga
menambah ragamnya jenis
kebudayaan yang ada di Indonesia.
Kemudian juga berkembang dan meluasnya agama-agama besar di Indonesia turut mendukung perkembangan kebudayaan Indonesia sehingga memcerminkan kebudayaan
agama tertentu. Bisa dikatakan bahwa Indonesia adalah salah satu negara dengan tingkat
keaneragaman budaya atau tingkat heterogenitasnya yang
tinggi. Tidak saja keanekaragaman
budaya kelompok sukubangsa namun juga keanekaragaman budaya
dalam konteks peradaban, tradsional hingga ke modern,
dan
kewilayahan.
1.2 Rumusan Masalah
1.
Apa yang dimaksud kebudayaan Indonesia?
2.
Seperti apa keberagaman budaya di Indonesia?
3.
Apa saja factor-faktor yang mempengaruhi
keberagaman Kebudayaan Indonesia
?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui yang dimaksud kebudayaan Indonesia?
2. Untuk mengetahui Seperti apa keberagaman
budaya di Indonesia?
3. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi keberagaman Kebudayaan
Indonesia ?
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi
Sebelum kita memahami keberagaman kebudayaan Indonesia,
terlebih dahulu patut
kiranya kita
memahami arti kebudayaan itu sendiri,
kata kebudayaan dalam bahasa Indonesia
berasal dari bahasa Sansekerta yaitu buddhayah yang merupakan bentuk jamak dari buddhi yang
berarti budi atau akal. Dengan demikian
kebudayaan
di artikan sebagai hal hal yang bersankutan dengan
budi dan akal. Kata kebudayaan dalam
bahasa inggris diterjemhkan
dengan istilah
culture. Dalam bahasa Belanda
di sebut cultuur. Kedua bahasa ini di ambil
dari bahasa latin colore yg berarti mengolah, mengerjakan, menyuburkan, dan mengembangkan tanah. Dengan
demikian culture atau cultuur diartikan
sebagai segala kegiatan
manusia untuk mengolah dan mengubah alam. Ada pula yang
berpendapat bahwa kata budaya dari budi daya
yang berarti daya dari
budi,
yaitu berupa cipta, karsa, dan
rasa.
Definisi kebudayaan menurut
para ahli, sebagai berikut:
1.
Melville J.
Herkovits
Memandang bahwa kebudayaan suatu yang superorganic karena kebudayaan yang turun-temurun dari generasi ke generasi yang tetap hidup terus walaupun
orang-orang
yang menjadi anggota masyarakat senantiasa silih berganti disebabkan kematian
dan kelahiran.
2.
Selo
Soemarjan dan Soelaeman Soemardi
Merumuskan
kebudayaan sebagai semua
hasil karya, rasa, dan cipta masyarakat.
3.
E.
B Taylor
Mengidentifikasikan bahwa
kebudayaan sebagai komplikasi (jalinan) dalam keseluruhan yang
meliputi pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, keagamaan, hukum,
adat istiadat serta kebiasaan-kebiasaan yang dilakukan manusia sebagai anggota masyarakat.
4.
Andes
Eppink
Kebudayaan merupakan keseluruhan
pengertian, nilai,
norma, ilmu pengetahuan
serta keseluruhan struktur sosial, dan religius.
5.
Koentjaraningrat
Kebudayaan merupakan sistem gagasan, tindakan, dan hasil karya manusia
dalam
rangka memenuhi kehidupan manusia dengan cara
belajar.
2.2 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebudayaan
Fischer menyatakan bahwa
pembentukan
kebudayaan
dipengaruhi oleh beberapa faktor,
sbb:
1. Lingkungan Geografis
2. Induk Bangsa
3. Kontak Antar Bangsa dengan Berbagai
Kebudayaan
Sifat-sifat dari kebudayaan
Sifat-sifat dari
kebudayaan, adalah sebagai
berikut :
1.
Adaftif
Kebudayaan bersifat adaptif, artinya
kebudayaan selalu mampu menyesuaikan diri, sifat adaptif ini akan melengkapi manusia pendukungnya dengan menyesuaikan diri pada
hal-
hal
seperti kebutuhan
fisiolologis badan mereka sendiri, lingkungan fisik-geografis dan
lingkungan sosial.
2.
Integratif
Kebudayaan bersifat Integratif artinya
kebudayaan memadukan semua unsur dan sifat-
sifatnya menjadi satu, bukan sekumpulan kebiasaan yang terkumpul secara acak-acakan
saja. Karena itulah kebiasaan yang
dimiliki dalam suatu kebudayaan tidak dapat dengan mudah dimasukan kedalam
kebudayaan lain.
3.
Dinamis
Kebudayaan bersifat dinamis
artinya kebudayaan itu
selalu berubah dan terus bergerak
mengikuti dinamika kehidupan sosial budaya masyarakat. Dinamika
kehidupan sosial budaya
terjadi
sebagai akibat
dari interaksi
manusia
dengan lingkungan
sekitar, penafsiran-penafsiran atau interpretasi yang berubah tentang norma-norma, dan nilai-nilai
sosial
budaya yang berlaku
2.3 Keberagaman Budaya Indonesia
Keragaman budaya adalah
keniscayaan
yang ada di bumi Indonesia.
keragaman budaya Indonesia adalah sesuatu yang
tidak dapat di pungkiri keberadaanya. Dalam konteks pemahaman masyarakat majemuk, selain kebudayaan kelompok sukubangsa, masyarakat Indonesia juga terdiri dari berbagai kebudayaan daerah bersifat kewilayahan yang merupakan pertemuan dari
berbagai kebudayaan
kelompok sukubangsa yang
ada
di daerah tersebut.
Dengan
keanekaragaman kebudayaannya Indonesia
dapat dikatakan mempunyai keunggulan dibandingkan dengan negara lainnya. Indonesia mempunyai potret kebudayaan
yang lengkap dan bervariasi. Dan tak kalah pentingnya, secara sosial budaya dan politik masyarakat Indonesia mempunyai jalinan
sejarah dinamika interaksi antar kebudayaan yang dirangkai sejak dulu. Interaksi antar kebudayaan dijalin tidak hanya meliputi antar kelompok sukubangsa yang
berbeda, namun juga meliputi antar peradaban yang ada di dunia.
Labuhnya kapal-kapal Portugis
di
Banten
pada abad pertengahan misalnya telah membuka diri Indonesia pada lingkup
pergaulan
dunia
internasional
pada saat
itu. Hubungan
antar pedagang gujarat dan pesisir jawa juga memberikan arti yang
penting dalam membangun
interaksi antar
peradaban yang ada di Indonesia. Singgungan-singgungan peradaban ini pada
dasarnya telah membangun daya elasitas bangsa Indonesia dalam berinteraksi dengan
perbedaan. Disisi yang
lain bangsa Indonesia juga mampu menelisik dan mengembangkan budaya lokal
ditengah-tengah singgungan antar peradaban itu.
Dengan jumlah penduduk 200 juta orang
dimana mereka tinggal terbesar di pulau – pulau di Indonesia. Mereka juga mendiami dalam wilayah dengan kondisi
geografis yang bervariasi. Mulai
dari pegunungan, tepian hutan,
pesisir, dataran
rendah, pedesaan,
hingga perkotaan.
Hal ini juga berkaitan dengan tingkat peradaban kelompok-kelompok sukubangsa dan
masyarakat di Indonesia yang
berbeda. Pertemuan-pertemuan dengan budayaan luar juga
mempengaruhi proses asimilasi kebudayaan yang
ada
di Indonesia. Kemudian
juga
berkembang dan meluasnya agama-agama besar di Indonesia
turut
mendukung
perkembangan kebudayaan Indonesia
sehingga mencerminkan kebudayaan agama
tertentu. Bisa di katakana bahwa Indonesia adalah salah satu Negara dengan tingkat keanekaragaman
budaya atau tingkat heterogenitasnya yang tinggi. Tidak saja keanekaragamanbudaya
kelompok sukubangsa namun juga
keanekaragaman budaya dalam konteks
peradaban, tradisional
hingga ke modern, dan
kewilayahan.
Dengan keanekaragaman kebudayaan Indonesia
dapat dikatakan
mempunyai keungulan
di bandingkan dengan Negara lainnya.
Indonesia mempunyai
potret kebudayaan
yang lengkap
dan bervariasi.
Dan tak kalah
pentingnya, secara
social budaya
dan politik masyarakat Indonesia mempunyai jalinan sejarah dinamika interaksi antar kebudayaan yang
di rangkai
sejak
dulu. Interaksi antara kebudayaan
di
jalin
tidak
hanya meliputi antar
kelompok sukubangsa yang berbeda,namun juga meiliputi antar peradaban yang ada di dunia.
Labuhnya kapal-kapal portugis di banten
pada abad pertengahan missal nya telah membuka
diri Indonesia pada
lingkup pergaulan dunia internasional pada
saat itu. Hubungan antar
pedagang Gujarat dan pesisir jawa juga memberikan arti yang penting dalam membangun interaksi antar peradaban yang ada di Indonesia. Singgungan-singgungan peradaban ini pada dasarnya telah membangun daya elasitas
bangsa Indonesia dalam berinteraksi dengan
perbedaan. Disisi yang
lain bangsa Indonesia juga mampu menelisik dan mengembangkan budaya lokal di
tengah-tengah
singgungan
antar peradaban itu.
2.4 Bukti sejarah
Sejarah membuktikan bahwa
kebudayaan di Indonesia mampu hidup secara berdampingan ,saling mengisi, dan ataupun
berjalan secara parallel. Misalnya kebudayaan
kraton atau kerjaan yang berdiri sejalan secara
parallel dengan kebudayaan berburu meramu kelompok masyarakat terentu.
Dalam konteks kekinian dapat kita temui
bagaimana
kebudayaan
masyarakat urban dapat
berjalan parallel dengan
kebudayaan
rural atau
pedesaan, bahkan dengan kebudayaan berburu meramu yang
jauh hidup terpencil. Hubungan-
hubungan antar kebudayaan tersebut dapat berjalan terjalin dalam bingkai “Bhineka Tunggal
Ika”, dimana
bisa kita maknai bahwa
konteks keanekaragamanya bukan hanya
mengacu
kepada keanekaragaman kemlompok
sukubangsa semata namun kepada konteks kebudayaan.
Didasari pula bahwa dengan jumlah kemlompok sukubangsa kurang
lebih 700’an suku bangsa di seluruh nusantara, dengan berbagai tipe kelompok masyarakat yang beragam, serta keragaman agamanya, masyarakat Indonesia adalah masyarakat majemuk yang
sesunguh nya rapuh. Rapuh dalam artian dengan keragaman perbedaan yang
di milikinya maka potensi konflik yang
di punyai juga akan semakin tajam. Perbedaan-perbedaan yang
ada
dalam masyarakat akan terjadi pendorong
untuk mempekuat isu konflik
yang muncul di tengah-
tengah masyarakat
dan keragaman
kebudayaan
Ada
3
(tiga)
faktor
utama
yang mendorong terbentuknya keberagaman budaya Indonesia
sebagai berikut:
1.
Latar Belakang Historis
Dalam perjalanan sejarah menyebutkan bahwa nenek moyang bangsa Indonesia berasal
dari Yunani (wilayah Cina
Bagian Selatan). Sebelum tiba
di Nusantara mereka berhenti di
berbagai tempat dan menetap dalam jangka waktu yang
lama, bahkan mungkin hingga beberapa generasi. Selama
bermukim di tempat-tempat tersebut, mereka melakukan adaptasi
dengan lingkungannya. Mereka
mengembangkan pengetahuan, pengalaman, dan
keterampilan-keterampilan
khusus sebelum melakukan perjalanan. Dengan perbedaan
pengalaman dan pengetahuan telah menyebabkan timbulnya perbedaan suku bangsa
dengan budaya yang beranekaragam
di Indonesia.
2.
Perbedaan Kondisi Geografis
Perbedaan-perbedaan kondisi
geografis telah melahirkan berbagai suku bangsa
dan
keberagaman budaya Indonesia. Hal itu
berkaitan dengan : Pola kegiatan
ekonomi, Perwujudan kebudayaan yang ada contohnya: nelayan, pertanian, kehutanan, dan perdagangan.
Sehingga
mereka akan
mengembangkan
corak kebudayaan
yang khas
dan cocok dengan
lingkungan
geografis
mereka tanpa mengganggu kebudayaan yang lainnya.
3.
Keterbukaan
terhadap Kebudayaan Luar
Bangsa Indonesia adalah contoh
bangsa yang terbuka.
Hal ini dapat
dilihat dari
besarnya pengaruh asing dalam membentuk keanekaragaman
masyarakat di seluruh wilayah Indonesia.
Pengaruh asing pertama yaitu ketika orang-orang India, Cina, dan Arab di susul oleh bangsa Eropa. Bangsa tersebut
datang membawa kebudayaan yang beranekaragam.
Daerah-daerah yang relatif terbuka, khususnya daerah pesisir paling
cepat megalami
perubahan. karena:
a. Dengan semakin
banyaknya sarana dan
prasaranatransportasi,
b. Hubungan antar kelompok semakin
intensif
dan
c. Semakin sering mereka melakukan pembauran
Sementara daerah-daerah yang terletak jauh dari pantai umumnya tidak banyak terpengaruh
budaya luar, sehingga kebudayaannya berkembang dengan corak khas.
Contoh: Jakarta salah satu contoh kota pelabuhan, memiliki corak kebudayaan yang cukup beragam yaitu dengan adanya Budaya Betawi memiliki sedikit budaya
Cina, Arab, dan India.
Hal ini diakibatkan oleh beragamnya orang yang datang/singgah di kota ini sehingga
terjadinya pembauran
kebudayaan.
2.6 Manfaat
Keberagaman Budaya
Tidak semua negara memiliki keberagaman budaya seperti yang dimiliki oleh negara Indonesia.
Dengan demikian, keberagaman
budaya memberikan manfaat
bagi bangsa kita. Beberapa manfaat
keberagaman
budaya, sebagai
berikut
:
1. Dalam bidang bahasa, kebudayaan daerah yang berwujud dalam bahasa daerah dapat memperkaya perbendaharaan
istilah dalam
bahasa Indonesia.
2. Dalam biang pariwisata, potensi keberagaman budaya dapat dijadikan objek dan tujuan pariwisata di Indonesia yang bisa mendatangkan
devisa.
Masalah Yang Timbul Akibat Keberagaman Budaya
Secara sosiologis, masyarakat multikultural adalah masyarakat yang memiliki keanekaragaman
budaya. Menurut
Naskun, adanya keanekaragaman
budaya tersebut membuat masyarakat
multikultural
memiliki karakteristik
umum sbb :
1. Adanya sub-sub
kebudayaan yang bersifat saling terpisah.
2. Kurang berkembangnya sistem
nilai
bersama atau konsensus.
3. Berkembangnya sistem
nilai
masing-masing
kelompok
sosial
yang dianut
secara relatif
rigid dan murni.
4. Sering timbul konflik-konflik sosial atau kurangnya integrasi.
Menurut Pierre L. Van den Berghe, masyarakat multikultural memiliki
karakteristik
umum sebagai berikut:
1. Terjadinya segmentasi dalam bentuk kelompok-kelompok yang sering memiliki sub-
kebudayaan yang satu sama
lain berbeda.
2. Memiliki struktur sosial yang terbagi-bagi ke
dalam lembaga yang bersifat nonkomplementer.
3. Kurang mengembangkan konsensus di antara para anggotanya terhadap nilai-nilai yang bersifat
dasar.
4. Secara
relatif, seringkali mengalami konflik-konflik
di antara kelompok yang satu
dengan yang lainnya.
5. Secara
relatif, integrasi sosial tumbuh di atas paksaan dan ketergantungan di dalam
bidang ekonomi.
6. Adanya dominasi politik oleh suatu
kelompok atas kelompok yang lain.
Keberagaman
merupakan suatu
keadaan yang dapat mendatangkan fenomena baru yang positif dan negatif (tidak diinginkan). Namun jika
keduanya kita telusuri dan kita
kaji lebih jauh, merupakan
gejala-gejala
yang wajar terjadi
dalam masyarakat. Selain membawa manfaat, keberagaman budaya pun memiliki dampak negatif dengan
dasar berbeda-beda itu
tidak dapat bergaul satu sama
lainnya. Potensi
terpendam untuk terjadinya konflik karena
ketegangan antar suku
bangsa dan golongan tidak bisa
diabaikan begitu saja.
Menurut
J. Ranjabar, hal-hal yang
dapat
menyebabkan
terjadinya konflik
pada masyarakat Indonesia
sbb:
1. Apabila terjadi dominasi suatu kelompok terhadap kelompok lain.
Contoh: konflik
Aceh dan Papua.
2. Apabila terdapat persaingan
dalam
mendapatkan
mata
pencaharian hidup
antara
kelompok yang berlainan suku
bangsa.
Contoh: konflik yang terjadi
di sambas.
3. Apabila terjadi pemaksaan unsur-unsur kebudayaan dari warga sebuah suku terhadap
warga suku
bangsa lain.
Contoh: konflik yang terjadi di sampit.
4. Apabila terjadi potensi konflik terpendam, yang bertikai secara adat.
Contoh: konflik
antar suku di papua.
5. Secara
garis besar berbagai konflik dalam masyarakat dapat diklasifikasikan ke dalam beberapa bentuk konflik, sbb:
A.
Konflik Rasial
Konflik yang diakibatkan dari perbedaan-perbedaan dalam diri mereka terhadap individu dan ras lainnya. Pertentangan rasional bukan saja disebabkan oleh
perbedaan ciri-ciri fisik saja, tetapi kadang-kadang
juga diperuncing
oleh
perbedaan dan benturan dalam hal sosial, ekonomi, politik, atau
karena
jumlah ras tertentu
lebih banyak dari
ras lainnya.
B.
Konflik Antar Suku Bangsa
Bahasa yang
digunakan menjadi perbedaan antar suku bangsa, ada juga perbedaan adat istiadat dalam pergaulan sehari-hari, kesenian yang
dikembangkan, sistem kekerabatan yang dianut, dan penguasaan
tekhnologi.
Konflik ini terjadi terlebih jika keduanya mengalami kemunduran dalam beberapa
hal, misalnya
dalam
hal
ekonomi yang
diikuti
oleh
kecurigaan-kecurigaan terhadap
suku tertentu atas penguasaan
sumber-sumber ekonomi politik.
C.
Konflik Antar Agama
Keanekaragaman agama yang
dianut seringkali mendatangkan perbedaan- perbedaan, baik dalam cara berpakaian, bergaul, peribadatan, adat pernikahan,
hukum
waris, kesenian, dan
atribut-atribut keagamaan lainnya.Jika para pemeluknya tidak menghayati secara mendalam dan benar inti dari ajaran-ajaran yang terkandung
dalam agama-agama mereka, akan sangat potensial
untk terjadinya konflik, bahkan sampai pada tingkat konflik politik. Konflik
seperti ini juga sangat dipengaruhi oleh keseimbangan jumlah
penganut agama
tertentu dalam suatu masyarakat.
Masyarakat Indonesia terdri dari ratusan suku bangsa yang tersebar di lebih dari
13 ribu pulau. Setiap suku bangsa memiliki identitas sosial, politik, dan budaya yang
berbeda-beda. Seperti bahasa yang berbeda, adat istiadat serta tradisi, sistem
kepercayaan, dan sebagainya. Dengan identitas yang
berbeda-beda ini, kita dapat
mengatakan bahwa Indonesia memiliki
kebudayaan lokal
yang sangat
beragam.
2.7 Beberapa Contoh
Keberagaman Budaya Lokal Indonesia
Berikut ini pembahasan mengenai beberapa contoh budaya lokal
di Indonesia:
1.
Kebudayaan Lokal Masyarakat Sunda
Secara administratif,
suku
bangsa Sunda sebagian besar
mendiami propinsi Jawa
Barat. Sistem kekerabatan suku bangsa Sunda
mengenal sistem Parental, yaitu
mengikuti garis keturunan kedua orang tua,
ayah, dan ibu. Bahasa percakapan yang dipakai adalah bahasa
Sunda. Bahasa ini
mengenal
tingkatan dari bahasa yang
paling
halus sampai kasar. Bahasa Sunda berkembang di daerah Priangan, seperti di Ciamis, Tasikmalaya, Garut,
Sumedang, Bandung, Sukabumi, dan Cianjur.
Bahasa
sunda yang tidak halus berkembang
di daerah Banten, Karawang, Bogor, dan Cirebon. Bahasa Sunda yang
dipakai oleh masyarakat Badui do Banten Selatan
disebut bahasa Sunda Buhun
(Kuno).
Masyarakat Sunda memiliki beragam kesenian tradisional. Alat musik
tradisional masyarakat Sunda
adalah angklung. Alat musik Sunda
juga memiliki pertunjukan seperti reog, calung, wayang golek,gendang
pencak, dan sejumlah
tarian-tarian seperti tari jaipong
dan
tari topeng. Kesenian tradisional tersebut umumnya dipertunjukkan pada upacara selamatan pernikahan, sunatan, meruwat
rumah, dan syukuran.
2.
Kebudayaan Lokal Masyarakat Tengger
Suku tengger merupakan salah satu sub kelompok orang Jawa yang mendiami wilayah sekitar Pegunungan Bromo, Jawa
Timur. Masyarakat mempunyai ciri khas
yang dapat dilihat dari dialek bahasa, upacara adat yang berdasarkan sistem
kepercayaannya, serta
perilaku
yang sesuai
dengan
adat
istiadat
yang berlaku. Dalam kehidupan orang Tengger mempunyai kebiasaan mengangkat orang
luar
menjadi warga
baru atau sesepuh masyarakat Tengger. Proses pengangkatan ini dilakukan
melalui upacara
wisuda
yang
dipimpin oleh ketua
adat
atau
kepala
dukun.
Sebagian masyarakat Tengger beragama
Hindu
Mahayana. Setiap tahun,
mereka mengadakan upacara Kasodo, yaitu upacara dalam rangka pengiriman
kurban kepada leluhur yang ada
di
Kawah Gunung Bromo.
Puncak upacara Kasodo
berlangsung tepat pada tengah malam, yaitu berupa pemilihan dukun-dukun baru.
Setelah itu, dilakukan pelemparan Ongkek (persembahan penduduk) ke
kawah
Bromo. Acara ini mengakhiri
keseluruhan upacara
Kasodo
yang berlangsung
hingga subuh menjelang matahari terbit.
3.
Kebudayaan Lokal Masyarakat Batak
Suku bangsa Batak adalah salah satu suku bangsa yang
melindungi Pulau Sumatera. Suku bangsa ini dikenal masyarakat sebagai perantau karena banyak
yang mengadu nasib ke berbagai daerah terutama di kota-kota besar. Meskipun tersebar di berbagai daerah, suku bangsa Batak dikenal sangat menjunjung tinggi kebudayaan
sekalipun tidak tinggal
di kampung halamannya.
Suku bangsa Batak memiliki beragam kesenian tradisional. Dalam seni ukir dapat dilihat pada motif-motif pakaian adat serta tiang-tiang rumah adat yang memiliki srti simbolis
tertentu. Selain itu,
terdapat berbagai lagu-lagu daerah dan tari-tarian. Tarian tradisional yang
cukup terkenal adalah tarian Mandula dan tari
Sekar Sirih. Tari Mandula
adalah tarian rakyat Simalungun saat menyambut panen, sedangkan
tari Sekar Sirih adalah
tarian menyambut tamu.
4.
Kebudayaan Lokal Masyarakat Bugis
Suku
bangsa Bugis adalah suku
bangsa yang mendiami wilayah Sulawesi
Selatan. Sejak dahulu suku Bugis dikenal sebagai suku bangsa
Pelaut, sehingga mereka
juga
tinggal di daerah-daerah luar Sulawesi Selatan. Di beberapa daerah,
seperti
di Flores dan Kalimantan,
suku bangsa Bugis
membentuk perkampungan
sendiri. Pada naskah-naskah kuno bangsa Bugis, huruf yang
dipakai adalah aksara Lontara.
Setelah masuknya
pengaruh Islam pada
abad ke-17, naskah-naskah
kebanyakan ditulis dalam
aksara bahasa Arab, yang disebut aksara Serang.
Kesenian
msyarakat Bugis dapat dilihat dari
bentuk arsitektur rumah dan ukir-
ukiran pada tiang atau gerbang rumah. Selain itu, dapat dilihat pada
bentuk-bentuk
kerajinan rumah tangga seperti tenunan sarung yang
sudah cukup dikenal luas di
Indonesia
serta seni tarik suara dan
tarian.
5.
Kebudayaan Lokal Masyarakat Dayak
Suku bangsa
Dayak dianggap sebagai suku bangsa asli Pulau
Kalimantan.
Masyarakat
Dayak mengenal
sistem ambilineal,
yaitu mengikuti garis keturunan laki-laki dan perempuan. Sebagian besar anak laki-laki atau perempuan yang
sudah menikah akan tetap tinggal bersama orang
tuanya. Inilah yang membentuk keluarga luas (ultralokal). Masyarakat Dayak tidak melarang anak perempuannya menikah dengan laki-laki suku bangsa
lain asalkan mereka
mau tinggal bersama keluarga
istrinya.
Masyarakat Dayak memiliki beragam kesenian, baik seni musik, tarian,
seni ukir, ataupun tenun. Alat musik tradisional yang biasa dipakai umumnya terbuat dari bambu atau kayu yang dimainkan dengan cara dipikul berirama mengikuti
tarian dan lagunya. Tarian-tarian masyarakat Dayak antara lain tari Tambun, Balean
Dades, dan Bungai. Tarian tersebut pada umumnya dibawakan ketika upacara-
upacara adat. Seni ukir dapat dilihat pada tiang-tiang
rumah yang
diukir dengan tangan dan memiliki simbol-simbol tertentu.
Selain itu, seni ukir masyarakt Dayak berupa
patung-patung yang terbuat dari kayu. Sedangkan kain tenun yang
terkenal
terbuat dari bahan kapas dan
kulit kayu.
6.
Kebudayaan Lokal Masyarakat Lio
Masyarakat Lio adalah kelompok penduduk
yang menempati Pulau Flores, NTT. Kelompok yang sangat penting adalah kelompok yang
disebut “SUKU”.
Kelompok ini dikatakan mewujudkan struktur piramidal, yang dipuncaknya duduk
kepala suku yang secara turun-temurun dijabat oleh anak laki-laki sulung. Selain berstatus sebagai “orang tua”,
ia juga sebagai
“ahli waris”.
Masyarakat Lio mengembangkan berbagai kesenian
tradisional. Dalam seni
pahat dan arsitektur dapat dilihat pada bentuk rumah adat yang disebut
Sao Ria. Selain itu, mereka juga membuat patung yang disebut
Anadeo yang dikeramatkan sebagai penunggu ruah adat. Mereka
juga menghasilkan hasil kain tenun tradisional dengan motif yang khas pada kain
sarung, selimut, dan selendang.
7.
Kebudayaan Lokal Masyarakat Asmat
Daerah kebudayaan masyarakat Asmat meliputi daerah
pegunungan
Papua
Selatan. Suku bangsa Asmat umumnya
dikelompokkan atas Asmat Hilir dan Asmat
Hulu. Suku bangsa Asmat Hilir hidup
di dataran rendah di sepanjang pantai yang
masih diselimuti hutan dan rawa. Suku bangsa AsmatHulu hidup di daerah dataran tinggi yang berbukit-bukit
dengan padang rumput yang
cukup jelas.
Keluarga-keluarga suku bangsa
Asmat umumnya tinggal di rumah-rumah
panggung yang disebut tsyem. Sebuah kelompok kekerabatan Asmat terdiri atas 10-15 tysem yang mengelilingi sebuah rumah adat yang di sebut yew. Yew berfungsi sebagai rumah
keramat dan tempat upacara keagamaan.
Masyarakat Asmat juga mengenal pemimpin adat yang
disebut aipem. Pemimpin adat biasanya orang-orang yang pandai, bijaksana, dan kuat. Orang yang
pandai dalam berburu. Orang yang pandai dalam membuat patung (wow-iptis) akan menjadi
pemimpin para pembuat patung.
Kesenian
masyarakat Asmat identik
dengan kepercayaan dan upacara-upacara
keagamaan
terutama seni ukir patung, topeng, dan perisai.
8.
Kebudayaan Masyarakat Minangkabau
Daerah asal kebudayaan minangkabau
seluas
propinsi Sumatera Barat.
Tersebar juga di beberapa
tempat di Sumatera dan juga di Malaya. Garis keturunan
masyarakat
Minangkabau
diperhitungkan
menurut garis matrilineal
(Suatu
adat masyarakat yang
mengatur alur keturunan berasal
dari
pihak
ibu)
kesatuan keluarga yang terkecil adalah Paruik.
Lawan dari matrilineal adalah patrilineal yaitu suatu adat masyarakat yang menyatakan alur keturunan
berasal dari
pihak ayah.
Penganut
adat patrilineal di Indonesia
sebagai contohnya adalah
suku Batak,
suku Rejang,
dan
suku Gayo.
9.
Kebudayaan Masyarakat Aceh
Yang
termasuk ke dalam budaya aceh yaitu daerah yang tergabung ke dalam
bagian utara
pulau Sumatera, juga
meliputi wilayah Simeuleu, We, Breuh, dan
pulau-pulau lain yang ada di sekitarnya. Desa bagi orang Aceh disebut
Gampong. Setiap gampong terdiri atas 100-500 rumah.
10. Kebudayaan Masyarakat Jawa
Stratifikasi sosial dalam masyakat Jawa mendapat pengaruh dari Kraton.
Dimana kaum bangsawan dan keturunannya serta pegawai pemerintahan dan kaum
terpelajar (priyayi) menempati posisi lapisan sosial atas, sementara petani di
desa dan masyarakat kebanyakan yang digolongkan dalam Wong Cilik.
Pada lapisan tingkat
kepala
desa (petinggi)
dibantu oleh beberapa bawahannya, yaitu
1. Carik : bertindak sebagai
sekretaris desa
2. Kamitua : bertindak sebagai kepala dukuh/kampong
3. Kebayan : berperan sebagai humas internal desa yang menyampaikan segala
hal terkait kebijakan
kepala
desa untuk menyampaikan
kepada masyarakatnya.
4. Kaum/Modin : mengurusi soal perkawinan,
masalah
keagamaan,
dan
kematian
11. Kebudayaan Masyarakat
Bali
Ada
dua (2) bentuk masyarakat bali, yaitu masyarakat Bali Aga
dan Bali Majapahit. Masyarakat Bali Aga, masyarakat yang
kurang
mendapat pengaruh dari
kebudayaan Jawa-Hindu dari Majapahit dan umumnya
mendiami daerah-daerah
pegunungan. Sedangkan Masyarakat Bali Majapahit, pada umumnya
tinggal di
daerah-daerah
dataran
dan menjadi mayoritas
Bali.
12. Kebudayaan Masyarakat Bugis-Makassar
Kebudayaan ini mendiami bagian terbesar wilayah selatan Pulau Sulawesi.
Dalam berkomunikasi, orang Bugis menggunakan bahasa
Ugi dan orang Makasar menggunakan bahasa Mangasara.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kebudayaan Indonesia adalah kebudayaan bersama yang dimiliki oleh
bangsa Indonesia
yang merupakan
puncak tertinggi dari
kebudayaan-kebudayaan daerah.
Kebudayaan nasional sendiri memiliki banyak bentuk karena pada daasarnya berasal dari
jenis dan corak yang beraneka ragam,
namun hal itu bukanlah menjadi masalah karena dengan hal
itulah bangsa kita memiliki karakteristik tersendiri.
Untuk memelihara dan menjaga eksisitensi kebudayaan bangsa kita, kita bisa melakukan
banyak hal seperti mengadakan lomba-lomba dan seminar-seminar yang bernafaskan
kebudayaan nasional sehigga akan terjagalah kebudayaan kita dari keterpurukan karena persaingan dengan budaya luar. Dan dalam menyikapi keberagaman yang ada kita harus bisa bercermin pada inti kebudayaan kita yang
beragam itu karena pada dasarnya segalanya
bertolak pada ideology pancasila.
Untuk menghadapi dampak
negatif
keberagaman budaya tentu perlu dikembangkan berbagai
sikap dan paham yang dapat menikis kesalahpahaman dan membangun benteng
saling pengertian. Gagasan
yang menarik untuk diangkat
dalam
konteks ini adalah multikulturalisme
dan sikap toleransi dan empati.
3.2 Saran
Peran pemerintah harus mampu melaksanakan sebuah sistem politik nasional yang dapat mengakomodasikan aprisiasi masyarakat yang memiliki kebudayaan yang berbeda beda.
Peran masyarakat meminimalkan perbedaan yang ada dan berpijak pada kesamaan
kesamaan yang dimiliki oleh setiap
budaya daerah.
DAFTAR PUSTAKA
Koentjaraningrat.
1987. Sejarah Teori
Antropologi 1. Jakarta :
UI Press
Koentjaraningrat.
2010. Manusia dan Kebudayaan
di Indonesia. Jakarta : Djambatan
Posting Komentar