Strategi ‘Pernikahan Massal’ Tumbuhkan Kepercayaan DUDI pada Lulusan Vokasi


Beilmin - Jakarta, Kemendikbud - Direktur Jenderal (Dirjen) Vokasi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), Wikan Sakarinto mengatakan bahwa vokasi harus terus melakukan inovasi dan terobosan. Meski sebagian besar sudah berkolaborasi dengan dunia usaha dan dunia industri (DUDI), link and match harus terus ditingkatkan.


“Kami mendorong agar vokasi benar-benar ’menikah’ dengan dunia usaha dan industri. Kurikulum harus kolaborasi, pengajar tamu rutin, ada sertifikasi kompetensi bagi mahasiswa yang sudah magang, dan penyerapan lulusan harus dilakukan lebih. Jangan pernah puas, selalu perbaiki berinovasi lebih sempurna lagi, harus kita kejar,” demikian disampaikan Wikan dalam sambutannya saat membuka SBMPN secara dalam jaringan (daring), Selasa (19/5/20) di Jakarta.

Menurut Wikan, kemampuan berkomunikasi adalah hal yang utama dalam menjalin kerja sama dengan dunia usaha dan industri. Industri, kata dia, akan senang jika diajak berdiskusi tentang kebutuhan mereka dan mau berhubungan baik dengan pemerintah. “DUDI yang punya mindset bahwa SDM adalah investasi yang sangat strategis dan fondasinya ada di dunia pendidikan, pasti mau bekerja sama ,” urai Wikan. 

Wikan menambahkan, apabila Kemendikbud bisa buktikan lulusan vokasi sesuai dengan kebutuhan industri, maka sangat mungkin DUDI berebut untuk bekerja sama dengan para lulusan. Kementerian, lajutnya, bahkan mau membuat prodi khusus yang menjadi kebutuhan. “Kuncinya adalah komunikasi, kesepakatan, komitmen, maka akan tercipta kepercayaan, trust,” kata Wikan.

Mengamini apa yang disampaikan Dirjen Vokasi, Ketua SBMPN 2020 Zainal Arief menyetujui pentingnya kolaborasi kurikulum untuk menciptakan lulusan yang sesuai keinginan industri. Ia mengatakan, kolaborasi kurikulum antara vokasi dan industri dapat menghasilkan lulusan yang relevan dengan kebutuhan industri.

Dalam kesempatan yang sama, Direktur Pembinaan SMK Bakrun Dahlan sependapat dengan perlunya mendekatkan diri dengan dunia usaha dan industri. Dengan begitu kata dia, antara kedua belah pihak bisa saling mengenal dan tahu apa yang dibutuhkan. “Pertama kita harus tahu kompetensi apa yang diperlukan dunia usaha dan industri. Untuk tahu itu kita harus dekat dengan mereka. Jika kita sudah mendapat jawabannya baru kita kembangkan kurikulumnya. Saat ini kita terus optimalkan link and match antara vokasi dengan dudi,” tuturnya.

Sejalan dengan konsep yang disampaikan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) tentang ‘pernikahan massal’ antara vokasi dengan dudi, Wikan kembali menjabarkan hal-hal yang perlu dilakukan dalam mempercepat implementasi konsep tersebut. Pertama sepakati tujuan, apa yang ingin diciptakan dan ramu mekanismenya bersama-sama. Kedua, undang tenaga ahli untuk mengajar dalam kerangka kurikulum yang telah disepakati. Ketiga, susun program magang di DUDI yang konsepnya didesain bersama-sama, evaluasi prosesnya dan terus perbaiki.  Keempat, beri legalitas kepada peserta yang telah selesai magang berupa sertifikat kompetensi yang disahkan oleh perguruan tinggi dan industri. “Akan sangat baik jika lulusan magang bisa menghasilkan prototype yang real berbasis masalah yang ditemukan di DUDI,“ imbuh Wikan.

Kelima, dunia usaha dan industri bisa berkontribusi kepada mahasiswa vokasi dengan pemberian beasiswa, ikatan, dinas, maupun sumbangan alat praktik. Alat-alat praktik yang bagus dapat menunjang pembelajaran. “Wajar bagi industri memiliki alat-alat canggih sesuai perkembangan teknologi karena ia berhubungan langsung dengan pasar profesional yang mengedepankan tuntutan kualitas produk barang maupun jasanya. Akan sama baiknya jika mahasiswa memiliki alat peraga yang relevan untuk mendukung proses pembelajarannya,” urai Dirjen Vokasi itu.

Keenam, libatkan mahasiswa dalam membuat produk inovasi dosen maupun perguruan tinggi, kemudian buat patennya dan produksi secara massal agar lebih berdaya guna bagi masyarakat luas. Ini yang disebut teaching industry. “Bisa dibayangkan, pernikahan massal ini harus terjadi secara simultan dan tidak berhenti untuk improving,” kata Wikan.

Menambahkan penjelasan Dirjen Vokasi, Direktur Kemitraan dan Penyelarasan Dunia Usaha dan Dunia Industri, Agus Indarjo menyampaikan perlunya sosialisasi dan publikasi yang lebih masif untuk mengenalkan hasil dari berbagai praktik baik dari konsep ‘pernikahan massal’ ini sehingga bisa menginspirasi banyak orang untuk tidak hanya berminat dengan pendidikan vokasi namun juga bersemangat untuk berkreasi di dunia vokasi.

“Saat ini promo publikasi sangat minim padahal banyak praktik/program baik yang jarang terekspos. Oleh karena itu kita dorong agar vokasi ditingkatkan mutunya dan jumlah peminatnya.  Ini adalah langkah penting dan momentum bagi calon mahasiswa dalam menentukan visinya sebelum mengisi dunia kerja,” pungkas Agus. (Denty A./Aline)

Sumber : https://www.kemdikbud.go.id/

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama