Beilmin - Bisnis ternak domba mungkin
bisa jadi pilihan peluang usaha saat ini. Di Desa Pasir Tengah, Bogor, Jawa
Barat, Sudjono (65) menggeluti usaha ini.
Dari sekian banyak
bisnis yang sedang tren, Sudjono memilih bisnis fattening (penggemukan)
domba yang diberi nama Ash-Shiddiq Farm. Bisnis itu didirikan pada September
2018 untuk mengisi kesibukannya yang mulai pensiun dari pegawai swasta.
"Itu karena saya di
usia pensiun ingin cari kegiatan, jadi kalau ternak domba kan tidak terlalu
rumit istilahnya, jadi itu yang pengin saya tekuni supaya ada kegiatan di usia
senja ini. Terus di situ kan ada unsur ibadahnya ya, kalau kita lihat ternak
domba itu pertama kita berniat seperti penjualan akikah atau qurban," kata
dia kepada detikcom seperti ditulis Jumat (22/1/2021).
Sudjono menyulap lahan
kosong miliknya dengan luas 1 hektare (ha) untuk dijadikan lokasi peternakan
yang jaraknya sekitar 3 kilometer (km) dari rumahnya. Awalnya dia membeli
sekitar 60 ekor bayi domba lokal setiap satu minggu, hingga beranak-pinak
sampai 1.000 ekor per bulannya.
"Saya punya
orang-orang yang saya minta untuk mencari di pasar, di petani daerah Sukabumi
atau di Pasar Sukabumi biasanya di sana banyak petaninya, atau Cianjur,
kadang-kadang Garut, jadi mereka akan hunting dari petani-petani dikumpulkan
katakanlah 1 minggu sekitar 60 (ekor) mereka kirim ke kandang saya. Kalau satu
minggu 60 (ekor), dalam per bulan itu bisa mencapai 1.000 ekor kan itu diputar
setiap minggu mengeluarkan 60 (ekor), masuk 60 (ekor)," jelasnya.
Sudjono menjelaskan
prospek bisnis ternak domba sangat
menggiurkan untuk jangka panjang, terlihat dari omzetnya yang bisa mencapai Rp
300.000.000 per bulan. Keuntungan didapat dari selisih harga beli Rp 800.000
per ekor untuk domba berumur 5-6 bulan dengan berat 18 kilogram (kg), dan akan
dijual ketika umur 8-9 bulan dengan harga Rp 1.150.000 per ekor dengan berat
maksimal 25 kg.
"Idealnya cashflow satu
bulan Rp 300 juta kita bisa dapat keuntungan untuk karyawan lima orang, untuk
kita sendiri. Kita beli yang betina umur 5-6 bulan, nanti kita gemukkan selama
3 bulan atau pada usia 8-9 bulan kita jual, jadi itu ada selisih beratnya sama
selisih harganya. Harga jual Rp 46 ribu per kg dengan asumsi bobot domba 20-25
kg setelah 3 bulan fattening," tuturnya.
Biasanya Sudjono
berhasil menjual 10 ekor domba per minggu dengan rata-rata 200 ekor domba dalam
satu bulan. Di luar momen Lebaran Idul Adha dan untuk akikah, dirinya memiliki
pasar setia seperti tukang sate yang tersebar di Jakarta, Bogor, Depok,
Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek) di mana mereka datang langsung ke kandang
untuk memilih domba yang akan dipotong di tempat pemotongan hewan resmi.
"Kita sudah
mempunyai jaringan pembeli, biasanya yang membeli itu warung-warung sate
seperti sate PSK, warung-warung sate lainnya banyak sekitar Jakarta, Bogor,
Puncak itu banyak. Jadi mereka sudah tahu kandang saya di sini, jadi selalu
berkomunikasi," imbuhnya.
Alasannya memilih ternak domba karena
hewan berbulu tebal itu dinilai lebih tahan penyakit dan harganya lebih murah
ketimbang kambing. Lagi pula permintaan warung sate justru lebih banyak domba
betina dibanding kambing, makanannya juga lebih mudah didapat karena bisa
rumput-rumputan, ampas tahu dan konsentrat.
Sudjono memberikan tips
bagi pemula yang mau terjun bisnis ternak domba seperti dirinya. Jika mau
untung besar, disarankan agar domba yang diternak mencapai 1.000 ekor seperti
yang dilakukannya. Namun modal yang disiapkan juga harus besar, berdasarkan
pengalamannya sekitar Rp 2 miliar untuk modal tanah, bikin kandang, beli domba,
hingga makanannya.
"Kalau mau bisnis
yang besar harus dikelola secara benar, itu baru bisa berjalan dengan untung
yang besar. Itu tidak bisa sendiri lah harus ada jaringan-jaringan yang luas.
Jadi kembali lagi sekarang berapa modal orang itu, kalau saya (modal) Rp 2
miliar," bebernya.
Bagi yang tidak punya
modal sebesar itu jangan khawatir, Anda bisa mulai terlebih dahulu dengan skala
kecil untuk ternak domba yang jumlahnya hanya beberapa ekor saja. Namun harus
diakui bahwa keuntungan yang didapat juga akan lebih sedikit.
"Kalau orang itu
hanya punya katakanlah beberapa ratus juta, mereka hanya bisa ternak ratusan
ekor, untungnya kan tipis dari penjualan domba itu karena jumlahnya sedikit kan
otomatis tidak menutupi cost harian," ujarnya.
Tidak memiliki latar
belakang pendidikan peternakan, Sudjono mengaku ternak domba tidak
sulit asalkan banyak membaca dan bertanya kepada yang lebih senior. Namun dia
mengaku kendala yang sering dialami yakni sulitnya mencari pasok domba untuk
digemukkan.
"Supply and demand-nya
tuh kadang tidak seimbang, jadi demand-nya tinggi, supply-nya
rendah. Artinya bibit-bibit domba itu tidak selancar apa yang kita inginkan.
Kadang-kadang dombanya sampai kosong di pasaran seperti pada saat lebaran
haji," beber Sudjono.
Untuk itu, dia berharap
agar pemerintah lebih memperhatikan para pebisnis ternak domba ini
untuk membantu mendapatkan bibit-bibit ternak baru. "Di situ lah
kendalanya tidak ada campur tangan pemerintah jadi kadang-kadang bisnisnya
kita planning kan begitu tapi kenyataannya tidak seperti yang
kita harapkan. Jadi yang kita harapkan tuh unsur campur tangan pemerintah lah
bagaimana bisa membuat peternak-peternak hidup," tandasnya.
source detik.com
Posting Komentar