SOSIALISASI
POLITIK
Makalah
Sosialisasi Politik
DISUSUN
OLEH:
HANDA
RISKY
GUSTIKA
FITRI
NURMASIA
RAHMAT
JERI
SUBAGJA
PIPI
UTARI
DOSEN
PENGASUH : JOKO SUSANTO,S.Sos.M.A
SEKOLAH
TINGGI ILMU ADMINISTRASI
TAHUN 2016
KATA
PENGANTAR
Puji
dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat dan rahmat-Nya
penulis dapat menyelesaikan makalah ini yang dimana makalah ini disusun untuk
memenuhi tugas mata kuliah “Pengantar Ilmu Politik” oleh dosen
pengasuh yakni Bapak Joko Susanto,S.Sos.M.A
Dalam
pembuatan makalah ini, penulis banyak mengalami hambatan-hambatan seperti
kurangnya buku-buku referensi sebagai penunjang kesempurnaan isi dari makalah
ini. Namun penulis berusaha semampunya untuk mensukseskan isi dari makalah ini
agar dapat menjadi pelajaran bagi penulis maupun bagi para pembaca.
Penulis
menyadari makalah ini belum layak dikatakan sempurna karena masih banyak
terdapat kekurangan-kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik
dan saran yang membangun dari para pembaca agar penulis dapat membentuk sebuah
makalah lain yang jauh lebih baik tentunya. Semoga makalah ini mendapatkan
hasil yang memuaskan bagi penulis maupun bagi para pembaca.
Penulis
Muara Bungo, 09 Oktober 2016
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.......................................................................................... .... i
KATA PENGANTAR....................................................................................... .... ii
DAFTAR ISI....................................................................................................... .... iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang........................................................................................... 1
1.2 Rumusan
Masalah...................................................................................... 2
1.3 Tujuan
Penulisan....................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Sosialisasi................................................................................. 3
2.2 Pengertian Sosialisasi Politik Menurut Para Ahli....................................... 3
2.3 Agen Sosial Politik.................................................................................... 5
2.4 Mekanisme Sosialisasi Politik.................................................................... 5
2.5 Perkembangan Sosialisasi Politik............................................................... 7
2.6 Tujuan Sosialisasi Politik........................................................................... 8
2.7 Pelaksanaan Mekanisme
Sosialisasi Politik............................................... 9
2.8 Pengaruh Sosialisasi Politik....................................................................... 11
2.9 Tipe-tipe
Sosialisasi Politik........................................................................ 12
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan.................................................................................................. 18
3.2 Saran.......................................................................................................... 19
DAFTAR PUSTAKA
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Sosialisasi politik merupakan suatu
proses bagaimana memperkenalkan sistem politik pada seseorang dan bagaimana
orang tersebut menentukan tanggapan serta reaksi-reaksinya terhadap
gejala-gejala politik. Hakikat sosialisasi politik adalah proses pembelajaran,
penumbuhan, dan pewarisan nilai, keyakinan, atau prinsip yang memiliki
signifikasi dengan politik dari waktu ke waktu, dari generasi ke generasi .
Sosialisasi politik dalam beberapa hal merupakan konsep kunci sosiologi
politik. Proses sosialisasi politik terjadi di dalam masyarakat dengan
melibatkan peran yang disebut agen-agen sosialisasi (agents of socialization)
diantaranya yaitu keluarga, teman, media massa, dan sekolah.
Dalam proses sosialisasi politik
mereka juga berperan mentransimisikan nilai-nilai luhur Pancasila maupun
nilai-nilai yang berkaitan dengan politik secara langsung serta berkaitan
dengan persoalan sosial dan budaya dalam masyarakat. Sosialisasi politik secara
khusus merupakan proses komunikasi. Proses sosialisasi politik melibatkan pihak
yang menyampaikan atau mentransmisikan pesan atau nilai-nilai (komunikator),
kemudian juga ada nilai-nilai yang sebagian besar adalah pesan yang
disosialisasikan dan ada pihak kepada siapa nilai-nilai disampaikan
(komunikan).
Michael Rush dan Philip Althloff
secara efektif mengetengahkan beberapa segi penting sosialisasi politik.
Pertama, sosialisasi politik secara fundamental merupakan hasil belajar dari
pengalaman. Kedua, memberikan indikasi umum hasil belajar tingkah laku individu
dalam batas-batas yang luas dan lebih khusus lagi berkenaan dengan pengetahuan
atau informasi, nilai-nilai dan sikap-sikap. Ketiga, sosialisasi politik itu
tidak perlu dibatasi sampai pada usia kanak-kanak dan masa remaja saja
sekalipun pada usia tersebut merupakan periode-periode yang paling penting dan
berarti, akan tetapi sosialiasasi itu tetap berlanjut sepanjang kehidupan.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun yang akan di bahas dalam makalah ini telah dirumuskan
kedalam beberapa kriteria masalah yakni :
1.
Apa itu
pengertian sosialisasi ?
2.
Apa itu
pengertian sosialisasi politik ?
3.
Apa saja agen
sosialisasi politik ?
4.
Bagaimana
mekanisme sosialisasi ?
5.
Bagaimana
perkembangan sosialisasi ?
1.3 Tujuan
Tujuan di
susunnya makalah ini adalah sebagai bahan pembelajan sosiologi politik yang
bertemakan sosialisasi politik. Disusunnya makalah ini untuk menjelaskan kepada
para pembaca apa itu sosialisasi politik dan bagaimana mekanisme nya dalam
kehidupan sehari-hari. Tujuan makalah ini juga adalah untuk memantabkan
pengetahuan kita tentang pentingnya sosialisasi politik untuk membentuk jiwa
partisipatif terhadap system politik, dan juga menumbuhkan jiwa patriotism,
gotong royong dan bertanggung jawab kepada Negara.
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Sosialisasi
Sosialisasi
adalah sebuah proses penanaman atau transfer kebiasaan atau nilai dan aturan
dari satu generasi ke generasi lainnya dalam sebuah kelompok atau masyarakat.
Sejumlah sosiolog menyebut sosialisasi sebagai teori mengenai peranan (role
theory). Karena dalam proses sosialisasi diajarkan peran-peran yang harus
dijalankan oleh individu.
Menurut Paul B. Horton dan Chester mengatakan
bahwa sosialisasi adalah suatu proses dengan mana seseorang menghayati
norma-norma kelompok dimana ia hidup sehingga timbul lah diri yang unik.
Berbeda dengan Horton dan Hunt David B.
Brinkerhoff dan Lynn K. White menyatakan bahwa sosialisasi adalah suatu proses
belajar peran , status dan nilai yang diperlukan untuk keikut sertaan dalam
institusi sosial. Berbeda dengan pendapat keduanya James W. Vander Zanden
mengatakan bahwa sosialisasi adalah suatu proses interaksi sosial dengan mana
orang memperoleh pengetahuan , sikap, nilai, dan perilaku esensial untuk keikutsertaan
efektif dalam masyarakat.
Dari semua uraian pendapat mengenai
sosialisasi dapat disimpulkan bahwa sosialisasi adalah proses transmisi
kemampuan individu untuk berinteraksi dengan baik kepada lingkungan sekitar dan
memperoleh nilai-nilai dari lingkungannya .
2.2 Pengertian Sosialisasi Politik Menurut Para Ahli
Miriam Budiardjo dalam bukunya Dasar-Dasar Ilmu Politik (2008:407) mengatakan bahwa
sosialisasi politik diartikan sebagai proses yang melaluinya seseorang
memperoleh sikap dan orientasi terhadap fenomena politik, umumnya berlaku dalam
masyarakat dimana ia berada. Ia dimaksudkan adalah bagian dari proses yang
menentukan sikap politik seseorang , misalnya mengenai nasionalisme, kelas
sosial, suku bangsa, ideologi , hak dan kewajiban.
Rahman (2007:245) sosialisasi adalah permasyarakatan dalam semua aspek
kehidupan bermasyarakat , berbangsa , bernegara. Sementara dalam buku Pengantar
Sosiologi Politik oleh Michael Rush dan Philip Althoff (2003: 47) mengemukakan
sosialisasi politik adalah proses yang berlangsung lama dan rumit
yang dihasilkan dari usaha saling mempengaruhi di antar kepribadian individu
dengan pengalaman-pengalaman politiknya yang relevan.
Dalam buku Setiadi, Elly M dan Usman
Kolip (2013:168) berikut ini beberapa pengertian sosialisasi politik menurut
para ahli:
· David F. Aberle
Sosialisasi politik adalah pola-pola mengenai aksi sosial atau
aspek-aspek tingkah laku, yang menanamkan pada individu-individu
keterampilan-keterampilan, motif-motif, dan sikap-sikap yang perlu untuk
menampilkan peranan-peranan yang sekarang atau yang tengah di antisipasikan
sepanjang kehidupan manusia normal, sejauh peranan-peranan baru masih harus
terus di pelajari.
· Gabriel A.
Almond
Sosialisasi politik menunnjukkan pada proses dimana sikap-sikap
politik dan pola-pola tingkah laku politik diperoleh atau dibentuk, dan
merupakan sarana bagi suatu generasi untuk menyampaikan patokan-patokan politik
dan keyakinan-keyakinan politik kepada generasi berikutnya atau generasi
selanjutnya.
· Irvin L. Child
Sosialisai politik adalah segenap proses dengan nama individu, yang
dilahirkan dengan banyak sekali jajaran potensi-potensi tingkah laku, dituntut
untuk mengembangkan tingah laku aktualnya yang dibatasi didalam satu jajaran
yang menjadi kebiasaannya dan bisa diterima olehnya sesuai dengan standar-standar
dari kelompoknya.
· Richard E.
Dawson
Sosialisasi politik dapat dipandang sebagai suatu pewaris
pengetahuan, nilai-nilai dan pandangan-pandangan politik dari orangtua, guru,
dan sarana-sarana sosialisasi yang lainnya kepada warga negara baru dan mereka
yang menginjak dewasa.
· S.N. Eisentadt
Sosialisasi politik adalah komunikasi dengan dan dipelajari oleh
manusia lain, dengan siapa individu-individu yang secara bertahap memasuki
beberapa jenis relasi-relasi umum.
· Denis Kavanagh
Sosialisasi politik merupakan proses dimana seseorang mempelajari
dan menumbuhkan pandangannya tentang politik dan seluk beluknnya.
· Alfian
Sosialisasi politik sama dengan pendidikan politik. Menurutnya
pendidikan politik diartikan sebagai usaha yang sadar untuk mengubah proses
sosialisasi politik masyarakat, sehingga mereka mengalami dan menghayati betul
nilai-nilai yang terkandung dalam suatu sistem politik yang ideal yang hendak
dibangun.
2.3 Agen Sosial
Politik
Sosialisasi
politik merupakan cara masyarakat menyalurkan budaya politik dari satu generasi
ke generasi lain dengan digerakkan oleh agen-agen masyarakat seperti keluarga,
rakan sebaya, sekolah dan media massa.
2.4 Mekanisme Sosialisasi Politik
Dalam melakukan
sosialisasi politik ada beberapa cara yang dapat dilakukan yaitu :
1.
Imitasi
Imitasi. Melalui imitasi, seorang individu meniru
terhadap tingkah laku individu lainnya. Misalnya, Gus Dur adalah anak dari K.H.
Wahid Hasyim dan cucu dari pendiri Nahdlatul Ulama, K.H. Hasyim Asy’ari. Gus
Dur sejak kecil akrab dengan lingkungan pesantren dan budaya politik Nahdlatul
Ulama, termasuk dengan kiai-kiainya. Budaya tersebut mempengaruhi
tindakan-tindakan politiknya yang cenderung bercorak Islam moderat seperti yang
ditampakan oleh organisasi Nahdlatul Ulama secara umum.
2.
Instruksi
Instruksi. Cara melakukan sosialisasi politik yang kedua adalah
instruksi. Gaya ini banyak berkembang di lingkungan militer ataupun organisasi
lain yang terstruktur secara rapi melalui rantai komando. Melalui instruksi,
seorang
individu diberitahu oleh orang lain mengenai
posisinya di dalam sistem politik, apa yang harus mereka lakukan, bagaimana,
dan untuk apa. Cara instruksi ini juga terjadi di sekolah-sekolah, dalam mana
guru mengajarkan siswa tentang sistem politik dan budaya politik yang ada di
negara mereka.
3.
Motivasi
Motivasi. Cara melakukan sosialisasi politik yang terakhir adalah
motivasi. Melalui cara ini, individu langsung belajar dari pengalaman,
membandingkan pendapat
dan tingkah sendiri dengan tingkah orang lain. Dapat saja seorang individu yang
besar dari keluarga yang beragama secara puritan, ketika besar ia bergabung
dengan kelompok-kelompok politik yang lebih bercorak sekular. Misalnya ini
terjadi di dalam tokoh Tan Malaka. Tokoh politik Indonesia asal Minangkabau ini
ketika kecil dibesarkan di dalam lingkungan Islam pesantren, tetapi ketika
besar ia merantau dan menimba aneka ilmu dan akhirnya bergabung dengan
komintern. Meskipun menjadi anggota dari organisasi komunis internasional, yang
tentu saja bercorak sekular, ia tetap tidak setuju dengan pendapat komintern
yang menilai gerapak pan islamisme sebagai musuh. Namun, tetap saja tokoh Tan
Malaka ini menempuh cara sosialisasi politik yang bercorak motivasi.
4.
Desiminasi
Desiminasi politik sering
dilakukan oleh anggota legislatif dan aparat birokrasi untuk memberitahu atau
menyebarluaskan informasi tentang suatu agenda politik. Desiminasi lebih
bersifat penyebarluasan informasi politik , sehingga kelompok sasaran memiliki
pengetahuan tentang apa yang didesiminasi.
5.
Penataran
Penataran Pedoman
Penghayatan dan Pengamalan Pancasia atau penataran P4 merupakan suatu bentuk
sosialisasi politik untuk menanamkan nilai, pengetahuan, kepercayaan, sikap ,
dan perilaku yang sesuai dengan
pancasila.
Untuk merestorasi Pancasila sebagai rujukan utama dalam kehidupan
bermasyarakat dan bernegara, maka perlu dikembangkan suatu rujukan good
practices pelaksanaan Pancasila secara murni dan konsekuen.
2.5 Perkembangan Sosialisasi Politik
Masa anak-anak
dan masa remaja adalah masa yang paling cenderung mudah utuk di ajarkan
mengenai hal-hal baru seperti sosialisasi politik. Sosialisasi yang baik
diperoleh dari lingkungan yang baik pula itu sebabnya bahwa lingkungan
merupakan
faktor
penting dalam sosialisasi . Robert Lane dalam Buku Michael Rush Dan Pilliph
Althof (200360) menyatakan bahwa terdapat tiga kepercayaan
politik yang dapat diletakkan melalui keluarga
yaitu :
1.
Dengan
doktrinasi terbuka dan indoktrinasiter tutup
2.
Dengan jalan
menempatkan anak dalam konteks sosial khusus
3.
Dengan jalan
membentuk kepribadian anak.
Beberapa para ahli yaitu Easton dan Dennis menyatakan empat tahap
sosialisasi politik dari anak-anak , yaitu :
1.
Pengenalan
otoritas melalui individu tertentu , seperti orang tua , anak- anak , presiden
dan polisi
2.
Perkembangan
pembedaan antara otoritas internaldan yang eksternal , yaitu antara pejabat
swasta dan pejabat pemerintah
3.
Pengenalan
mengenai institusi-institusi politik yang impersonal , seperti kongres, Mahkamah
Agug dan pemilihan umum
4.
Perkembangan
pembedaan antara institusi-institusi politik .
Kemahiran yang diperoleh anak-anak
mengenai kemampuan politik mereka yaitu perasaan pada diri individu bahwa dia
dapat menggunakan beberapa pengaruh dalam sistem politik . Dalam sosialisasi
politik pengaruh yang paling kuat dalam kegiatan politik itu adalah dipengaruhi
oleh agen sosialisasi yaitu keluarga . Bukti yang diperoleh mengenai peranan
keluarga didalam sosialisasi politik menyatakan bahwa
anak-anak anak-anak itu secara keseluruhan dipengaruhi oleh
lingkungan .
Secara tidak langsung keluarga itu menyajikan dan juga merupakan
bagian lingkungan yang bisa menghasilkan perolehan pengetahuan, nilai , dan
sikap tertentu yang secara umum dianut oleh keluarga itu. Anak-anak yang
memiliki orang tua yang aktif terlibat dalam politik , atau terikat pada suatu
partai tertentu , tampaknya menjalani tingkatan indoktrinasi yang lebih besar
atau lebih langsung , daripada anak-anak yang orang tuanya kurang sekali
berminat dalam kegiatan politik .
2.6 Tujuan Sosialisasi Politik
Adapun tujuan sosialisasi adalah
untuk menumbuhkembangkan serta menguatkan sikap politik dikalangan masyarakat
secara umum atau bagian-bagian dari penduduk, melatih rakyat untuk menjalankan
peranan-peranan politik, administratif, judisial tertentu (Rahman 2007:246) Setiadi
dan Kolip di dalam buku Pengantar Soiologi Politik mengemukakan beberapa tujuan
sosialisasi politik yaitu :
1.
Sosialisasi
secara fundamental merupakan proses hasil belajar , belajar dari pengalaman
atau pola-pola interaksi
2.
Memberikan
indikasi umum hasil belajar tingkah laku individu dan kelompok dalam
batas-batas yang luas.
3.
Sosialisasi itu
berangsung sepanjang hidup.
4.
Sosialisasi
politik merupakan prakondisi yang diperlukan bagi aktifitas sosial baik secara
implisit maupun eksplisit memberikan penjelasan mengenai tingkah laku sosial
tersebut.
Michael Rush Dan Phillip Althof mengemukakan
bahwa fungsi sosialisasi politik yakni pertama melatih individu dalam
memasukkan nilai-nilai politik yang berlaku didalam sebuah sistem politik. Kedua
memelihara sistem politik dan pemerintahan yang resmi.
Dari pendapat beberapa ahli diatas dapat
disimpulkan bahwa sosialisasi politik bertujuan untuk menanamkan rasa
patriotisme dan cinta tanah air kepada masyarakat yang di mulai sejak masa
kanak-kanak hingga akhir hayat untuk
mewujudkan sistem politik yang baik sesuai
idelogi negara . untuk mencapai tujuan tersebut agen-agen sosialisasi politik
sekunder haruslah memberikan sosialisasi politik yang baik untuk di teladankan
kepada generasi-generasi bawah agar sistem politik yang baik dapat tercapai .
2.7 Pelaksanaan
Mekanisme Sosialisasi Politik
Dalam sosiologi politik terdapat
beberapa agen sosialisasi yang mendukung pelaksanaan sosialisasi politik yaitu
yang akan diuraikan sebagai berikut :
1.
Keluarga
Berdasarkan fenomena, mendidik anak bukan lah sesuatu hal yang mudah, agar
tidak ada penyesalan , sangat diperlukan kesadaran pada tiap orang tuauntuk
mengetahui bagaimana mendidik anak dengan benar dan seperti itu juga dalam
sosialisasi politik. Tujuan dari sosialisasi adalah membuat anak mampu untuk
mengatur dan memilih perilaku yang tepat dalam berhubungan sosial. keluarga
merupakan agen sosialisasi yang paling awal dalam perkembangan anak-anak,
dimana pihak yang berpengaruh adalah orangtua, saudara kandung, dan juga
keluarga besar lainnya.
2. Sekolah
Tujuan utama dari sekolah adalah untuk mengembangkan dan
mempengaruhi perkembangan kognitif anak. Sekolah membantu anak mendapatkan
orientasi abstrak simbolis mengenai dunia, yang membuat anakanak mampu
mengembangkan kemampuan berpikir mengenai konsep umum, peraturan, dan situasi
tertentu. Sekolah
tidak hanya mengajarkan pengetahuan umum saja, sekolah juga
mengajarkan anak-anak untuk berpikir mengenai dunia dalam berbagai cara. Hal
ini membuat fungsi sekolah bukan hanya mengembangkan kemampuan kognitif anak
tetapi juga kemampuan sosial anak.
3. Kelompok Teman Sebaya
Kelompok teman sebaya merupakan
suatu kelompok dari orang-orang yang seusia dan memiliki status yang sama,
dengan siapa seseorang umumnya berhubungan atau bergaul. Seiring perkembangan
waktu, kelompok teman sebaya menjadi teman
rujukan dalam mengembangkan sikap
dan perilaku , termasuk yang berkatan dengan politik. Kelompok teman sebaya
bisa terbentuk karena sepropesi, sehobi,
sekantor, selingkungan tepat tinggal dan sebagainya. Laursen (2005) dalam
artikel Elizhabeth menyatakan bahwa kelompok teman sebaya yang positif
memungkinkan remaja merasa diterima, memungkinkan remaja melakukan katarsis,
serta memungkinkan remaja menguji nilai-nilai baru dan pandangan-pandangan
baru.
4. Media Massa
Pemanfaatan berita media massa dalam
proses sosialisasi telah banyak dilakukan . Media massa merupakan agen
sosialisasi politik yang semakin menguat perananya. Media massa baik media cetak, maupun media elektronik seperti
radio , televisi, dan internet semakin memegang peranan penting dalam
memengaruhi cara pandang, cara pikir,
cara tindak , dan sikap seseorang. Ada ecenderungan terjadi peningkatan iklan
politik pada saat kampanye kepada media
massa terutama televisi, untuk menjadikan media sebagai agen sosialisasi
politik.
5.
Pemerintah.
Pemerintah merupakan agen
sosialisasi politik secondary group. Pemerintah merupakan agen yang punya
kepentingan langsung atas sosialisasi politik. Pemerintah yang menjalankan
sistem politik dan stabilitasnya. Pemerintah biasanya melibatkan diri dalam
politik pendidikan, di mana beberapa mata pelajaran ditujukan untuk
memperkenalkan siswa kepada sistem politik negara, pemimpin, lagu kebangsaan,
dan sejenisnya. Pemerintah juga, secara tidak langsung, melakukan sosialisasi
politik melalui tindakan-tindakannya. Melalui tindakan pemerintah, orientasi
afektif individu bisa terpengaruh dan ini mempengaruhi budaya politiknya.
6.
Partai Politik.
Partai politik adalah agen sosialisasi politik secondary group.
Partai politik biasanya membawakan kepentingan nilai spesifik dari warga
negara, seperti agama, kebudayaan, keadilan, nasionalisme, dan sejenisnya.
Melalui partai politik dan kegiatannya, individu dapat mengetahui kegiatan
politik di negara, pemimpin-pemimpin baru, dan kebijakan-kebijakan yang ada.
7.
Peer Group
Peer Group. Agen sosialisasi politik lainnya adalah peer
group. Peer group masuk kategori agen sosialisasi politik Primary Group. Peer
group adalah teman-teman sebaya yang mengelilingi seorang individu. Apa yang
dilakukan oleh teman-teman sebaya tentu sangat mempengaruhi beberapa tindakan
kita, bukan ? Tokoh semacam Moh. Hatta banyak memiliki pandangan-pandangam yang
sosialistik saat ia bergaul dengan teman-temannya di bangku kuliah di
Negeri Belanda. Melalui kegiatannya dengan kawan sebaya tersebut, Hatta mampu mengeluarkan
konsep koperasi sebagai lembaga ekonomi khas Indonesia di kemudian hari.
Demikian pula pandangannya atas sistem politik demokrasi yang bersimpangan
jalan dengan Sukarno di masa kemudian.
3.3 Pengaruh Sosialisasi Politik
Berdasarkan perkembangannya dunia
politik sangat mempengaruhi kehidupan kita sebagai makhluk sosial. Kehidupan
politik yang begitu besar pengaruhnya bagi kehidupan manusia membawa kepada
ranah yang mengarah akan adanya suatu sosialisasi politik yang harus dilakukan
dan diberikan kepada setiap masing-masing individu. Politik yang selalu
berkaitan dengan kekuasaan, kebijakan, kewenangan serta segala sesuatu yang
menyangkut pemerintahan di suatu negara, membawa kita sebagai makhluk sosial
untuk selalu peka terhadap hal tersebut.
Untuk mengetahui politik secara
signifikan atau secara lebih jelas, sudah seharusnya dilakukan suatu
sosialisasi politik. Sosialisasi politik yang dapat mempengaruhi kehidupan
setiap manusianya, yang tidak memperdulikan usia, dari anak-anak hingga kepada
orang dewasa sekalipun sudah seharusnya mengetahui dan ikut terlibat didalam
dunia politik.
Sosialisasi politik merupakan cara
masyaraka menyalurkan budaya politik dari satu generasi ke generasi lain dengan
digerakkan oleh agen-agen masyarakat seperti keluarga, rekan sebaya, sekolah
dan media massa. sosialisasi politik sebagai proses dengan mana sikap-sikap dan
nilai-nilai politik ditanamkan kepada anak-anak sampai mereka dewasa dan
orang-orang dewasa direkrut ke dalam peranan-peranan tertentu.
Melihat realitas sosial yang
demikian,remaja seringkali dijadika momentum para elite politik untuk merangkul
remaja masuk dalam partai, mereka merasa kurang lengkap jika tidak melibatkan
remaja. Tentu dengan berbagai caranya dan janji-janji
politik yang menjadi bius sosial.
Peranan penting seorang remaja dalam kehidupan di masyarakat tidak dapat
dilepaskan (Abdurahman, Fenomena kiai dalam dinamika politik). Dalam kehidupan
bermasyarakat peranan sosialisasi politik memang sangat dibutuhkan, serta
dengan melibatkan dan memberikan sosialisasi politik sejak dini hingga dewasa
merupakan cara yang tepat, untuk memberikan pengaruh dalam kehidupan social Sosialisasi
politik merupakan proses pembentukan sikap dan orientsi politik pada anggota
masyarakat, terleksananya sosialisasi politik sangat ditentukan oleh lingkungan
dimana individu tersebut berada. Sosialisasi politik merupakan proses yang
berlangsung lama dan rumit yang dihasilkan dari usaha saling mempengaruhi.
Menurut adler manusia adalah mahkluk
yang prososial, dia mengatakan bahwa “masalah hidup selalu bersifat sosial”.
Fungsi hidup sehat bukan hanya mencintai dan berkarya, tapi juga merasakan
kebersamaan dengan orang lain dan mempedulikan kesejahteraan mereka. (Alwisol,
2007).
3.4
Tipe-Tipe
Sosialisasi Politik
Tipe
sosialisasi yang dimaksud adalah bagaimana cara atau mekanisme sosialisasi
politik berlangsung. Ada dua tipe sosialisasi politik, yakni sebagai berikut.
a)
Sosialisasi
Politik Tidak Langsung
Sosialisasi politik tidak langsung pada mulanya berorientasi pada
hal-hal yang
bukan politik, kemudian warga dipengaruhi untuk memiliki orientasi
politik.
Sosialisasi politik tidak langsung dapat dilakukan melalui cara
sebagai berikut.
1) Magang
Magang merupakan bentuk aktivitas sebagai sarana belajar. Magang di
tempat-tempat tertentu atau organisasi nonpolitik dapat memengaruhi orang ketika
berhubungan dengan politik.
2) Pengalihan hubungan antarindividu
Hubungan antarindividu yang pada mulanya tidak berkaitan dengan
politik,
akhirnya individu akan terpengaruh ketika berhubungan atau
berorientasi dengan kehidupan politik. Contohnya, hubungan anak dengan orang
tua nantinya akan
membentuk orientasi anak ketika ia bertemu atau berhubungan dengan
pihak luar.
3) Generalisasi
Menurut tipe generalisasi, kepercayaan dan nilai-nilai yang
diyakini yang sebenarnya tidak berkaitan dengan politik dapat memengaruhi orang
untuk
berorientasi pada objek politik tertentu.
b)
Sosialisasi Politik Langsung
Pada tipe ini, sosialisasi politik berlangsung dalam satu tahap
saja, yaitu bahwa
hal-hal yang diorientasikan dan ditransmisikan adalah hal-hal yang
bersifat politik. Sosialisasi politik langsung dapat dilakukan melalui beberapa
cara, yakni sebagai berikut.
1) Pengalaman politik
Pengalaman politik adalah belajar langsung dalam kegiatan-kegiatan
politik atau kegiatan yang sifatnya publik. Contohnya, adalah keterlibatan
langsung seseorang dalam kegiatan partai politik.
2) Pendidikan politik
Sosialisasi politik melalui pendidikan politik adalah upaya yang
secara sadar
dan sengaja serta direncanakan untuk menyampaikan, menanamkan, dan membelajarkan
anak untuk memiliki orientasi-orientasi politik tertentu. Pendidikan politik
dapat dilakukan melalui diskusi politik, kegiatan partai
politik, dan pendidikan di sekolah.
3) Peniruan perilaku
Proses menyerap atau mendapatkan orientasi politik dengan cara
meniru
orang lain. Contohnya, seorang siswa akan mendukung calon presiden tertentu
karena kakaknya juga mendukung calon presiden tersebut.
4) Sosialisasi antisipatori
Sosialisasi politik dengan cara belajar bersikap dan berperilaku
seperti tokoh
politik yang diidealkan. Misalnya, seorang anak belajar bersikap
dan cara
berbicara
seperti presiden karena ia memang mengidealkan peran itu.
2.10
Sosialisasi Politik Dalam Kehidupan Politik Masyarakat di Indonesia
Dalam konteks politik negara
Indonesia dengan sistem demokrasi Indonesia yang berdasarkan kepada demokrasi
Pancasila. Secara langsung maupun tidak langsung arah politik Indonesia
mengarah kepada kandungan butir-butir yang terdapat dalam Pancasila Itu
sendiri. Kebudayaan Politik terbentuk sesuai dengan Pancasaila sebagai bagian
dari falsafah hidup pada masa orde baru. Sebagai ilustrasi di awal-awal
pendidikan pada tiap jenjang tertentu seperti sekolah menengah pertama,
menengah atas dan seterusnya, selalu dilakukan penataran P4 dan
pendalaman/penghayatan terhadap pancasila itu sendiri. Secara khusus dalam
kurikulum-kurikulum pendidikan diberikan pelajaran yang khusus berkaitan dengan
itu.
Dalam proses penyerapan nilai-nilai,
harus terjadi komunikasi dua arah, antara pemerintah dengan rakyat dan
sebaliknya. Konsepnya, dalam penyerapan nilai yang terjadi di Demokrasi
Indonesia dilakukan dalam dua arah : Pertama, jalur komunikasi yang terjadi
secara top down – komunikasi dilakukan oleh pemerintah dengan melakukan
penurunan nilai-nilai politik kepada masyarakat.
Didalam sistem politik demokrasi maka proses sosialisasi yang
terjadi adalah penurunan nilai-nilai pancasila kepada masyarakat dengan
berbagai cara dan pola yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Dengan upaya
tersebut masyarakat selanjutnya mengerti dan memahami maksud dan tujuan
Pancasila itu sendiri, selanjutnya dengan pemahaman yang dimiliki oleh individu
atau masyarakat, akan diaktualisasikan dalam pola tingkah laku mereka
sehari-hari. Aktualisasi dan agregasi kepentingan yang dilakukan disesuaikan
dengan nilai-nilai yang diserap dan difahami oleh masyarakat. Jadi dengan
demikian proses penyerapan nilai-nilai poltik dalam politik Idonesia dapat
diamati sebagai berikut : terjadi proses penurunan nilai-nilai dari pemerintah
dengan system yang ada dan terjadi penyerapan nilai-nilai Pancasila oleh
masyarakat Indonesia. Disamping itu
terjadi pula proses
pembelajaran
sosial dengan cara penyesuaian nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila yang
dikaitkan dengan pola tingkah laku politik individu atau masyarakat. Adaptasi terhadap nilai-nilai
tetap berlangsung selama ada upaya pembelajaran atau penurunan nilai-nilai dari pemerintah atau
dari masyarakat terhadap individu atau sebaliknya.
Hal yang perlu diingat bahwa sosialisasi politik amat terkait
dengan kebudayaan politik yang juga pada akhirnya akan mempengaruhi partisipasi
politik. Demikian halnya partisispasi politik sangat dipengaruhi oleh Status
Sosial Ekonomi (SEE) seseorang. Bagi
masyarakat Indonesia yang mayoritas masih berada dalam kelompok SEE rendah dan
kurang mampu untuk membiayai pendidikan, tidak membawa pengaruh banyak terhadap
perkembangan terhadap orientasi politiknya kepada arah yang lebih baik. Dengan
Sistuasi demikian, kemungkinan yang akan terjadi adalah kebudayaan yang
parokhial, dimana individu tidak mengetahui sama sekali mengenai proses-proses
politik dari struktur maupun fungsi
politik. Hal itulah yang sekarang juga masih terjadi di Indonesia.
Dalam penyerapan nilai-nilai, adalah merupakan hal yang wajar jika
masih terdapat upaya penyerapan nilai-nilai dari genarasi ke generasi dengan cara-cara
yang konvensional. Penyerapan terhadap nilai-nilai dengan kondisi masyarakat
yang demikian dilakukan dengan cara yang pelan-pelan serta memerlukan waktu
yang sangat panjang. Bagaimana mungkin seseorang dengan kebudayaan parokhial,
dapat menyerap nilai-nilai dengan baik tanpa mengerti apa yang harus dilakukan
dengan situasi yahg terjadi dalam perpolitikan Indonesia. Terdapat dua bentuk
pemikiran utama yang ingin disampaikan oleh nilai Pancasila kepada masyarakat
Indonesia yang majemuk dengan kompleksitas permasalahan sebagai sebuah bangsa,
yaitu pengembangan konsep kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan/perwakilan dan proses pengambilan keputusan berdasarkan
musyawarah dan mufakat.
Dalam konsep yang pertama terkandung pemikiran bahwa tidak mungkin
sebuah bangsa yang demikian besar memiliki keterwakilan masing-masing untuk
memeberikan pendapat atau suara. Dengan jumlah penduduk yang demikian besar ada
kepentingan-kepentingan yang diakomodir untuk merefleksikan keinginan
masyarakat melalui perwakilan-perwakilan yang akan melakukan agregasi
kepentingan
di lembaga-lembaga perwakilan. Nilai politik yang terkandung dalam konsep
diatas adalah bahwa kedaulatan berada ditangan rakyat. Sedangkan nilai politik
yang terkandung dalam konsep yang kedua adalah, pertimbangan/keputusan
dilakukan dengan melakukan pemufakatan dari berbagai golongan masyarakat secara
minoritas maupun mayoritas yang hasilnya akan menjadi keputusan bersama. Dengan demikian sistim politik demokrasi Indonesia
berdasarkan kepada kedaulatan rakyat yang disalurkan melalui badan
konstitusiaoal rakyat tertinggi yakni MPR, didalamya terdapat DPR yang berisi
wakil-wakil rakyat dan badan-badan tinggi lainnya.
Jika diamati, selama masa Orde baru sikap perwakilan tak sempat
terwujud bahkan masih diperdebatkan oleh publik politik. Cukup beralasan jika
banyak kalangan justru mempertanyakan peran dan fungsi parlemen Orde Baru :
Absahkan parlemen mengklaim diri sebagai wakil rakyat? maklum proses
pembentukan dan eksistensi Dewan itu selama masa Orde Baru dinilai bertentangan
dengan prinsip-prinsip keterwakilan.
Kedua, jalur komunikasi secara bottom up – masyarakat dapat
menyerap nilai-nilai kemudian menyumbangkan nilai-nilainya kepada sistem politik atau kepada
masayaratnya sendiri. Mungkin saja proses penyerapan tersebut tidak terjadi
secara langsung melainkan ditampung kemudian diteruskan kembali pada saat
terjadinya proses sosialisasi. Dalam bagian ini ide yang akan disampaikan adalah
bahwa terjadi penurunan nilai-nilai akibat adanya keinginan masyarakat terhadap
perubahan situasi yang kemudian dihimpun dan menjadi kebudayaan politik bangsa
Indonesia. Perlu diperhatikan bahwa penurunan nilai-nilai juga terjadi secara
horizontal, antara individu dan individu, individu dan masyarakat yang
berimplikasi terhadap penurunan nilai-nilai secara vertikal.
Agen-agen Sosialisasi Politik dalam Sistem Politik
Indonesia adalah merupakan
lembaga-lembaga yang sudah terinternalisasi dalam masyarakat. lembaga-lembaga tersebut adalah keluarga,
kelompaok bemain (peer group)/ kontak politik langsung, teman sekolah, dan
media masa. Seorang individu tersosialisasi di bidang politik tidak hanya
melalui satu sarana saja. Seorang individu dapat tersosialisasi politik melalui
berbagai macam sarana yang ada. Berbagai sarana yang
ada itu dapat dialami oleh seorang individu dalam proses
sosialisasi secara bersama-sama. Hal seperti ini sangatlah mungkin karena hidup
seseorang tidak hanya didalam suatu lingkungan yang tertentu saja, tetapi yang
bersangkutan juga hidup didalam berbagai lingkungan lainnya secara
bersama-sama.
BAB
IV
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Sosialisasi politik merupakan satu
proses untuk menanam sikap-sikap dan nilai-nilai politik dari peringkat
kanak-kanak sehingga peringkat dewasa dan setelah dewasa pula mereka
direkrutkan dengan peranan-peranan tertentu. Sosialisasi politik juga merupakan
adalah proses yang berlangsung lama dan
rumit yang dihasilkan dari usaha saling mempengaruhi di antar kepribadian
individu dengan pengalaman-pengalaman politiknya yang relevan. Dalam sosiologi
politik terdapat beberapa agen
sosialisasi yaitu keluarga, teman sebaya, sekolah, media massa , pemerintah,
dan partai politik. mekanisme pelaksanaan sosialisasi ada lima yaitu Imitasi ,
Instruksi, Desiminasi , Motivasi dan Penataran.
Masa remaja merupakan masa peralihan
dari anak-anak menuju dewasa. Pada masa ini seseorang akan mengalami perubahan
baik di dalam maupun di luar dirinya. Oleh karena itu sosialisasi politik
sangat penting bagi remaja, dalam hal ini yaitu sosialisasi politik mengenai
nilai-nilai luhur Pancasila seperti menghormati orangtua, gotong royong,
kerukunan, musyawarah, dan tanggungjawab sebagai warga negara. Sosialisasi
politik bertujuan untuk menumbuhkan rasa patriotisme kepada masyarakat.
sejak masa anak-anak hingga dewasa
dan menjadikan masyarakat lebih berpartisipasi didalam sistem politik sehingga
sistem politik di dalam negara menjadi lebih baik. Melalui sosialisasi politik,
individu-individu diharapkan mau dan mampu berpartisipasi secara bertanggung
jawab dalam kehidupan politik
Oleh karena itu hakikat sosialisasi
politik adalah adalah proses pembelajaran, penumbuhan, dan pewarisan nilai,
keyakinan, atau prinsip yang memiliki signifikasi dengan politik dari waktu ke
waktu, dari generasi ke generasi.
4.2 SARAN
Proses sosialisasi politik secara
khusus adalah sebuah proses komunikasi . proses sosialisasi memerlukan dua
pihak yang menyampaikan dan mentransmisikan nilai-nilai, sikap kegotong royongan, kesatuan dan
persatuan. Dari uraian singkat diatas kami
segenap penulis menyarankan kepada agen-agen sosialisasi politik ntuk membantu
melaksanakan peranya untuk mensosialisasikan politik dikalangan anak-anak
hingga remaja agar ikut bekerjasama dalam politik dikalangan anak-anak hingga
remaja agar ikut bekerjasama dalam mensukseskan sistem politik yang terbentuk
agar berjalan dengan lancar.
Keluarga juga sebagai agen
sosialisasi menjadi faktor penting penentu karakter anak, dan di dalam keluarga
pula lah anak-anak belajar dan anak – anak menerima sosialisasi politik yang
baik , setidaknya para keluarga dan teman-teman sebaya dan juga lingkungan
menjadi faktor anak mendapat kan sosialisasi politik tersebut. Sehingga kedua
pihaksaling bekerjasama dalam mensosialisasikan politik agar tercipta sistem
politik yang partisipatif dan juga dekokratis.
Dalam mensukseskan sosialisasi politik juga di sarankan agar
peerintah turun tangan secara langsung dalam mensosialisasikan politik kepada
generasi muda agar masyarakat memiliki jiwa bertanggungjawab kepada negara. Dan
kepada para generasi muda diharapkan mampu menerima sosialisasi yang diberikan
agar sistem politik dalam negeri dapat berlangsung dengan baik.
DAFTAR
PUSTAKA
BUKU
Budiarjo,
miriam. 2009. Dasar-dasar Ilmu Politik .
Jakarta : PT.Gramedia Pustaka Utama.
H.I, A. Rahman.
2007. Sistem Politik Indonesia.. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Pros.Dr.Damsar
. 2010. Pengantar Sosialisasi Politik. Jakarta: Kencana Pranadamedia Group.
Rush, Michael
dan Althoff, Philip. 2003. Pengantar Sosiologi Politik. Jakarta: Rajawali.
Setiadi, Elly M
dan Kolip, Usman. 2013. Pengantar Sosiologi Politik. Jakarta: Kencana
Pranadamedia Group.
JURNAL
AIRLANGGA,
DHIVA, Jurnal sosial dan politik Sosialisasi tentang pengetahuan keagamaan oleh
orang tua beda agama kepada anaknya ( studi deskriptif di surabaya), Didownload
dari journal.unair.ac.id/filer PDF/, diakses pada senin, 09-02-2015, pukul
20:25 Wib
Aini, Nur
Ratnasari, peran komunikasi antarpribadi sebagai pencegah terjadinya konflik
pada hubungan persahabatan remaja di samarinda,volume 2 , nomor 1 2014:290-304. Didownload dari
http://ejournal.ilkom.fisip-unmul.ac.id/site/wp-content/uploads/2014/02/jurnal
ratna upload (02-24-14-07-28-22).pdf, diakses pada selasa, 10-02-2015, pukul
16:00 Wib
Carvallo, Yahya
Elisabeth Prillia, Hubungan Dukungan Sosial Teman Sebaya Dengan Depresi Pada
Remaja Yang Mengalami Bullying, Didownload dari
http://psikologi.ub.ac.id/wp-content/uploads/2014/11/JURNAL-fix.pdf, diakses
pada selasa, 10-02-2015, pukul 16:25 Wib
Hardiyanti dan
Pawito, Sosialisasi Politik Di Kalangan Remaja Tepian Kota, Didownload dari
journalkommas.com/docs/jurnal%20HARDIYANTI.pdf, diakses pada senin, 09-02-2015,
pukul 14:25 Wib
Ku Samsu Ku
Hasnita, 2007, Pemupukan Semangat Patriotisme Melalui Proses Sosialisasi
Politik,
Posting Komentar