8 TAHAP KEHIDUPAN RUMAH TANGGA (BAGIAN AKHIR)


COBA kita tengok selintas saja, teori Duvall dan Milller mengenai “8 Stages of The Family Life Cycle” Menurut Duvall dan Miller, kehidupan dan perkembangan sebuah keluarga, akan melalui delapan tahap, yaitu:

Tahap 5 : Keluarga dengan Anak Remaja/Family With Teenagers

Tahap kelima kehidupan sebuah keluarga dimulai ketika anak pertama mencapai umur 13 tahun, berlangsung sampai 6 atau 7 tahun kemudian ketika anak pertama berumur 19 atau 20 tahun. Suasana keluarga kembali berubah, karena mulai ada anak usia remaja di antara mereka, dimana pada tahap sebelumnya belum ada. Orangtua harus kembali belajar, bagaimana mendidik anak remaja. Pada saat yang sama, bisa jadi mereka masih tetap harus mendidik anak-anak lain yang masih sekolah SD dan TK.
Pada tahap kelima ini, orangtua harus mulai memberikan tanggung jawab serta pendidikan yang lebih baik guna mempersiapkan anak mencapai kedewasaan baik secara biologis maupun psikologis. Corak interaksi di antara suami dan istri, demikian pula corak interaksi antara orangtua dengan anak, termasuk interaksi antar-anak, sudah berubah lagi, dibandingkan pada empat tahap sebelumnya.

Anak usia remaja, yang sekolah SMP dan SMA, memiliki kepribadian dan karakter yang khas. Di Indonesia kita menyaksikan fenomena kenakalan remaja yang marak, yang menjadi salah satu persoalan yang harus dihadapi dalam keluarga.

Pada contoh keluarga di Indonesia, banyak anak usia SMP dan SMA yang belajar di sekolah boarding ataupun Pondok Pesantren. Ketika anak masuk asrama atau pesantren, artinya mereka sudah meninggalkan rumah sejak masa remaja. Interaksi dengan orangtua menjadi minim, dan bergenti dengan interaksi di asrama atau di pesantren. Kondisi keluarga pun mengalami perubahan, karena ada yang berkurang pada anggota keluarga. Meski demikian, orangtua tetap memiliki tanggung jawab mendidik anak remaja mereka yang tengah belajar di boarding school atau pesantren.

Tahap 6: Keluarga dengan Anak Dewasa/Launching Family

Tahap keenam dimulai sejak anak pertama meninggalkan rumah, berakhir pada saat anak terakhir meninggalkan rumah sehingga rumah menjadi kosong. Maka disebut sebagai Launching Family, karena ada peristiwa “pelepasan” anak meninggalkan rumah induk. Lamanya tahapan ini tergantung jumlah anak dan ada tidaknya anak yang belum berkeluarga serta tetap tinggal bersama orangtua.

Pada contoh anak tunggal, maka tahap keenam ini menjadi sangat pendek. Saat satu-satunya anak pergi meninggalkan rumah, maka suasana keluarga kembali tinggal suami dan istri saja, tanpa anak. Namun pada keluarga dengan sepuluh anak, maka tahap ini menjadi panjang. Fenomena di Indonesia, ketika anak sudah lulus SMA, sebagian dari mereka melanjutkan kuliah, baik D3, S1 serta lanjut S2 maupun S3. Ada yang harus pergi meninggalkan rumah karena kuliah di kota yang berbeda, ada pula yang tetap tinggal bersama orangtua karena kuliah di kota yang sama.

Sebagian lagi memilih langsung bekerja, baik di kota yang sama taupun di kota yang berbeda dari orangtua, tidak mengikuti studi lanjut ke perguruan tinggi. Namun, anak yang sudah dewasa, memiliki kebutuhan yang berbeda, dibanding pada tahap-tahap sebelumnya. Pada tahap keenam ini, mulai ada sangat banyak perubahan dalam komposisi keluarga. Ada yang berkurang, namun juga ada yang bertambah. Berkurang pada contoh anak lulus SMA yang pergi kuliah atau bekerja di kota lain, sehingga mereka meninggalkan rumah orangtua.

Namun ada saatnya bertambah, yaitu ketika anak sudah menikah. Setelah anak menikah, maka dalam keluarga ada status baru, yaitu anak menantu. Ditambah lagi ada relasi kekeluargaan yang baru, yaitu besan. Lahgi-lagi, ada perubahan corak interaksi, baik yang bersifat mengecil maupun membesar, menyempit maupun meluas. Bertambah lagi ketika anak yang sudah menikah sudah memiliki anak. Maka ada anak “baru” yang statusnya adalah cucu dalam keluarga inti. Perubahan ini sangat nyata, yang pada tahap sebelumnya belum ada. Hal-hal baru pada tahap ini adalah adanya menantu, besan dan cucu.

Maka anak-anak dalam keluarga ini pun mengalami perubahan karena mulai memiliki saudara baru bernama ipar, dan keluarga baru bernama kemenakan. Semua harus berusaha menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan ini.

Tahap 7: Keluarga Usia Pertengahan/Middleage Family

Tahap ketujuh dalam kehidupan sebuah keluarga dimulai saat anak yang terakhir telah meninggalkan rumah, dan tahap ini berakhir saat masa pensiun kerja atau salah satu dari suami atau istri meninggal dunia. Pada tahap sebelumnya, masih ada anak yang ikut bersama orangtua, pada tahap ini sudah tidak ada lagi anak yang tinggal bersama mereka. Semua anak sudah “meninggalkan” rumah, baik dalam artian fisik maupun dalam artian psikologis. Anak-anak sudah dewasa semua, sudah menikah, dan tinggal bersama keluarga barunya.

Pada beberapa pasangan, tahap ketujuh ini dianggap berat dan sulit dilalui karena adanya perubahan suasana kejiwaan akibat orangtua mulai memasuki usia lanjut. Ada sangat banyak hal yang berubah, dimulai dari peristiwa perpisahan dengan anak-anak, dimana anak-anak mulai membentuk keluarga sendiri dan memulai tahapan perkembangannya sendiri, hingga proses penuaan yang dalam beberapa kasus diserta perasaan gagal sebagai orang tua. Pada contoh keluarga berantakan, anak-anak berulah tidak seperti harapan orangtua, maka di masa ini orangtua merasakan kegagalan dalam mendidik anak.

Tahap 8: Keluarga Orangtua Usia Lanjut/Aging Family

Tahap kedelapan yang menjadi tahap terakhir dari perjalanan sebuah keluarga, dimulai ketika salah satu dari suami dan istri atau keduanya sudah mulai pensiun kerja, sampai salah satu atau keduanya meninggal dunia. Sebagian dari pasangan manula ini hidup berdua saja, karena sama sekali tidak ada anak atau cucu atau anggota keluarga lain yang tinggal bersama mereka. Namun banyak pula –pada contoh di Indonesia—yang memilih untuk tinggal bersama keluarga salah satu anak mereka.

Di negara-negara Barat, ketika pasangan sudah meninggal dunia, banyak yang memutuskan untuk tinggal di panti jompo sampai akhir usia. Pertimbangannya, daripada hidup sendiri dalam kondisi sudah tua dan lemah, lebih baik tinggal di panti jompo dimana ada perawat dan pangelolanya.
Di Indonesia, ada tradisi pertemuan keluarga pada momentum tertentu, seperti Idul Fithri atau Natal atau saat liburan bersama, dimana semua anak dan cucu mengunjungi orangtua atau kakek nenek mereka. Peristiwa ini adalah hiburan yang sangat menyenangkan pada pasangan manula, atau pada lelaki dan perempuan yang hidup sendiri karena ditinggal mati pasangan.

Nah dari teori Duvall dan Miller itu saja sudah bisa memberikan gambaran, bahwa kehidupan keluarga itu sangat dinamis. Tidak pernah berada dalam kondisi yang sama, terus menerus mengalami perkembangan dan perubahan. Oleh karena itu, pada setiap tahap kehidupan berumah tangga, semua orang harus bersedia untuk tetap belajar. Kita akan terus menerus belajar di sepanjang kehidupan berumah tangga. Itulah sebabnya butuh dicetak karakter pembelajar pada diri setiap orang.

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama