KISAH INSPIRATIF, JURNALIS MUSLIM INDONESIA YANG PERNAH TERTEMBAK TENTARA YAHUDI

Salam Berbagi (SABEGI) Bagi Surya Fachrizal, menjadi wartawan bukan perkara soal menulis saja, melainkan menyebarkan nilai-nilai kebenaran. Surya adalah wartawan senior yang sudah 17 tahun malang melintang di dunia jurnalistik khususnya di media islam.

Dalam kurun 17 tahun, lulusan Institut Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (IISIP) Jakarta itu pernah meliput di negara-negara yang dilanda konflik seperti di Suriah dan Palestina serta Turki yang menjadi salah satu negara penampung korban konflik.

sahabatalaqsha.com

Palestina menjadi negara konflik pertama yang Surya liput. Ceritanya kala itu Surya yang masih bertugas sebagai wartawan Hidayatullah bersama salah seorang sukarelawan lembaga kemanusiaan di Indonesia dan puluhan warga negara asing lainnya berencana melintasi Gaza via laut dengan menggunakan kapal flotilla Mavi Marmara.

Dilansir umma dari sahabatalaqsha.com, Mavi Marmara dan lima kapal flotilla lainnya membawa banyak bantuan yang dibutuhkan rakyat Gaza seperti makanan, minuman, perlengkapan sekolah dan bahan bangunan. 

Enam armada kapal juga mengangut 688 orang dari 41 negara yang terdiri dari berbagai latar belakang profesi seperti pembela hak asasi manusia, mantan presiden, anggota-anggota parlemen, pemenang hadial Nobel perdamaian, diplomat, penulis, dan seniman.

Namun belum juga kapal yang Surya naiki sampai di Gaza, Angkatan Laut (AL) Israel mendatangi mereka. Mavi Marmara yang menjadi kapal terbesar dalam armada itu menjadi 'pelabuhan' pasukan AL Israel. Mereka kemudian memuntahkan peluru-peluru panas ke arah para penumpangnya dan melukai 189 orang tak bersenjata.

Dalam kejadian itu, sembilan warga sipil Palestina meninggal dunia di lokasi kejadian. Sementara puluhan lainnya terluka akibat granat yang diluncurkan oleh pasukan AL Israel. Surya menjadi salah satu korban tembak pasukan AL Israel. Dia tertembak di bagian dada. Namun, nyawanya masih selamat.

Tentang hal itu, Surya mengingat betapa beruntungnya ia bisa pergi ke negara yang tengah dilanda konflik. Dia tidak akan pernah melupakan momen bersejarah dalam hidupnya itu.

"Kesempatan yang menurut gue langka, gue bisa ketemu ulama besar dalam negeri atau luar negeri termasuk ke luar negeri, ke Turki, Yordania, Suriah, Palestina. Itu momen gue anggap beruntung, karena gue wartawan di media Islam," kata Surya saat ditemui umma di kawasan Jakarta Pusat, Jumat (6/2/2020).

Dia tidak pernah bermimpi sebelumnya menjadi seorang wartawan bisa membuatnya meliput ke negara-negara besar di dunia. Pilihan profesi Surya sebagai wartawan dia akui memang didorong karena rasa penasarannya sejak masih duduk di bangku SMA.

"Kalau gue memang penasaran, sih, dari SMA. Pengen coba di dunia jurnalistik kayak apa. Setelah lulus gue coba dan gue merasa ini tempat gue," ucapnya.

Namun dia menyadari jika bekerja di media Islam tidak akan membuatnya kaya harta. Sebab, gaji yang didapatkan di media Islam tidak sebesar di media-media mainstream.

Tetapi, lanjut Surat, seorang wartawan yang bekerja di media Islam memiliki kelebihan jika dibandingkan dengan wartawan di media mainstream yaitu menebar kebenaran, yang tidak semua media melakukan hal tersebut.

"Dan gue enggak masalah, sampai sekarang enggak kaya-kaya juga. Tapi gue alhamdulilah masih bisa terus menyebarkan informasi kebenaran," kata dia.

Surya yang kini bekerja di kantor berita Turki, Anadolu Agency, mengaku konten-konten berita yang ia produksi sebagai wartawan di media Islam bermanfaat untuk kantor berita internasional. Beberapa konten beritanya pernah dikutip media internasional seperti Aljazeera. Menurutnya, bekerja di media islam membuktikan konten pemberitaan bisa bersaing dengan media mainstream lainnya.

"Dengan semua pengalaman itu, selama ini yang gue kerjakan untuk media Islam yang dipandang sebelah mata ternyata bisa dipakai oleh media internasional sama Aljazeera English. Dan sekarang gue kerja di media Turki, karya-karya gue bisa dipakai untuk media-media lain. Dan itu Allah takdirkan karena gue kerja di media Islam," sambung dia.

Surya menambahkan bagi para jurnalis yang bekerja di media Islam jangan pernah patah semangat karena dipandang sebelah mata. Menurut bapak satu anak ini, bekerja di media Islam punya nilai lebih di mata Allah SWT.

"Enggak perlu lo ngeluh. Karena apa yang lo tulis setiap kalimat itu pahalanya besar, tulisan lo tulisan kebenaran, tulisan kebaikan, bukan tulisan yang menjerumuskan," pungkasnya.

Sumber : https://www.muslimummah.co

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama