Salam Berbagi (SABEGI) Bahagia dan derita adalah dua kata yang saling bertolak belakang. Semua orang di dunia pasti menginginkan untuk bisa hidup bahagia. Namun ada beberapa yang mengatakan kebahagian itu sulit diraih. Benarkah demikian?
Ustaz Abdurrohman Djaelani mengatakan bahwa tak ada namanya orang baik akan selalu tersakiti dan sulit untuk menemukan kebahagiaan. Sebagai umat muslim, kita wajib meyakini bahwa Allah SWT tidak akan pernah mau melakukan keburukan kepada hamba-hamba-Nya.
“Pertama, pertanyaan orang baik selalu tersakiti dan sulit untuk bahagia, yang mengklaim seperti itu diri kita sendiri. Sejatinya, Allah memberikan ujian apapun kepada kita, itu sebetulnya sesuatu hal yang terbaik bagi diri kita. Allah tahu kapan waktu yang tepat untuk kita bahagia,” ujar Ustaz yang akrab disapa Bang Udjae ini kepada umma, belum lama ini.
Bang Udjae menjelaskan bahwa kata-kata selalu disakiti lalu kemudian sulit bahagia itu hanya ekspresi yang keluar dari dalam pikiran manusia. Menurutnya, pemikiran bahagia atau tidak itu hanya terletak dalam perasaan dan pikiran manusia itu sendiri.
“Kita harus bisa mengendalikan hati kita. Kita terima apa yang Allah SWT berikan, yakinkan bahwa apa yang Allah berikan kepada kita walaupun kelihatannya adalah sebuah kesulitan, tetapi itu adalah hal yang terbaik buat kita. Kita harus husnuzan kepada Allah,” lanjutnya.
Sehingga dengan seperti itu, kata Bang Udjae, kita senantiasa kanaah (menerima) semuanya. Misalnya, ada yang menyakiti kita, maka disitulah tempat kita untuk intropeksi diri sebagai seorang muslim.
“Apakah kita pernah melakukan kesalahan kepada orang lain? atau ini ujian dari dari Allah SWT? Kalau memang tidak ada yang salah dari diri kita, berarti ini ujian dari Allah. Sebab, Allah sayang sama kita. Tidak ada segala sesuatu yang Allah lakukan untuk membuat hamba-Nya tidak bahagia,” jelas Bang Udjae.
Bang Udjae juga mengingatkan agar kesulitan yang kita hadapi dapat dijadikan sebagai cambukkan untuk merubah diri kita menjadi pribadi yang jauh lagi di masa depan. Sikapi segala sesuatunya dengan positif, maka semuanya itu sebagai sebuah sarana untuk beribadah kepada Allah SWT dan sarana pahala atas apa yang kita alami.
“Maka dengan seperti itu insya Allah kita akan menjadi orang-orang yang dalam keadaan pahit, namun tetap bahagia. Bayangkan jika hal tersebut tak pernah terjadi dalam diri kita, kita juga tidak akan pernah merasa terpacu untuk lebih baik lagi,” tandasnya.
Sumber : https://www.muslimummah.co
Posting Komentar