Salam Berbagi (SABEGI) Bogor –
Pusat Konservasi Tumbuhan (PKT) Kebun Raya Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
(LIPI) atau kerap disebut Kebun Raya Bogor merupakan pusat penelitian dan pusat
konservasi ex-situ tumbuhan terbesar di Indonesia saat ini. Dengan luas area
sekitar 87 hektar, Kebun Raya Bogor memiliki koleksi tumbuhan sejumlah 12.531
spesimen, yang dikelompokkan ke dalam 3.228 jenis, 1.210 marga, dan 214 suku.
Kini, usia kebun raya di kota hujan tersebut menginjak 200 tahun pada 18 Mei
2017. Keberadaannya dari waktu ke waktu berperan penting bagi benteng terakhir
penyelamatan flora di negeri ini.
Kepala LIPI, Iskandar
Zulkarnain mengungkapkan, keberadaan Kebun Raya Bogor dari masa ke masa
setidaknya memiliki lima fungsi utama yang memberi manfaat bagi kehidupan
masyarakat secara luas. “Kelima fungsi ini adalah sebagai tempat konservasi
tumbuhan, penelitian, pendidikan lingkungan, wisata, dan jasa lingkungan.
Bahkan, juga berkontribusi dalam perekonomian masyarakat sekitar,” katanya.
Bila menilik sejarah panjang
dalam kontribusinya bagi negeri ini sejak 1817 silam hingga sekarang, Iskandar
menuturkan bahwa kiprah nyata Kebun Raya Bogor terlihat tajinya dalam beragam
bidang penelitian untuk penyelamatan flora di Indonesia. Ini tampak dari
banyaknya penemuan jenis baru tumbuhan, pengembangan kultur jaringan koleksi
anggrek dan kantong semar, mekarnya Rafflesia patma, dan masih banyak capaian
penting lainnya. “Intinya, Kebun Raya Bogor menjadi salah satu benteng terakhir
dalam penyelematan koleksi flora di negeri ini dan keberadaannya perlu dijaga
dan dilestarikan,” tegasnya.
Didik Widyatmoko, Kepala PKT
Kebun Raya LIPI menyambung bahwa fungsi yang diemban Kebun Raya Bogor tak hanya
sebatas itu, manfaat jasa lingkungan juga diberikan kebun raya ini. Misalnya
saja, Kebun Raya Bogor menjadi paru-paru kota dan lumbung air bagi wilayah
sekitarnya.
Selain itu, kehadiran kebun
raya tertua di Indonesia ini juga menjadi lokasi strategis dalam kegiatan
pendidikan lingkungan. Puluhan ribu siswa setiap tahun mulai dari TK sampai
Perguruan Tinggi datang ke kebun raya tersebut untuk belajar, khususnya bidang
biologi tumbuhan dan kehutanan. Fungsi lainnya yang terlihat bagi mayoritas
masyarakat luas adalah keberadaan kebun raya menjadi lokasi strategis untuk
berwisata atau berekreasi. Dalam kurun tiga tahun ke belakang, kunjungan ke
Kebun Raya Bogor sudah di atas 1 juta pengunjung tiap tahunnya.
Seiring perjalanannya yang
telah menginjak 2 abad, Didik katakan, peran Kebun Raya Bogor saat ini lebih
meluas lagi. Kebun raya ini menjadi induk bagi pengembangan kebun raya-kebun
raya daerah di Indonesia. Dan perannya pun menjadi signifikan dalam memperbaiki
kualitas lingkungan di Indonesia.
Kini dengan usia yang sudah
matang, Kebun Raya Bogor pun akan terus berkomitmen menjadi benteng konservasi
di Indonesia. Dan untuk menandai usia 200 tahun tersebut, pihak Kebun Raya
Bogor menandainya dengan menggelar berbagai kegiatan, seperti penandatanganan
Prasasti 2 Abad, Peluncuran Prangko 2 Abad Kebun Raya Bogor, Pameran
Perkebunrayaan (18-21 Mei 2017), KRB 200K Run (20-21 Mei 2017), Kegiatan
Pendidikan Lingkungan (19-21 Mei 2017), Sepeda Santai 2 Abad KRB (20 Agustus
2017), Seminar Internasional, Festival Seni dan Budaya, Harmoni dalam Seni,
Lomba Fotografi Kebun Raya, Lomba Olahraga Antar Kebun Raya, dan kegiatan
lainnya.
Sekedar mengingat kembali
sejarah Kebun Raya Bogor, perjalanan pendirian kebun raya tersebut dimulai dari
kehadirannya pada 18 Mei 1817 dengan nama 'sLands Plantentuin te Buitenzorg yang dipelopori oleh Prof. C.G.C
Reinwardt. Pada era 1880-1909, Dr. Merchior Treub sebagai kepala saat itu
membawa Kebun Raya Bogor berkembang menjadi lembaga penelitian alam tropis
terbesar. Tonggak penting lainnya terjadi pada 1950 saat Prof. Kusnoto
Setyodiwiryo menerjemahkan dan mengubah nama 'sLands Plantentuin te Buitenzorg menjadi Kebun Tumbuhan Negara yang
secara resmi bernama Kebun Raya Indonesia.
Sejarah selengkapnya bisa
dilihat di www.krbogor.lipi.go.id.
Sumber : https://www.kominfo.go.id
Posting Komentar