Pacaran dan Valentine? Wujud Pelampiasan Libido

Beipmin - Banyak yang bilang kalau bulan Februari identik dengan bulannya cinta. Apa sebab? Karena setiap tanggal 14 Februari lazim diperingati sebagai Hari Raya Valentine alias puncaknya hari kasih sayang. Benarkah demikian?

Remaja-remaja di Indonesia pun masih banyak yang terbawa arus untuk ikut-ikutan merayakan Valentine sekaligus menunjukkan rasa cintanya kepada pacar mereka masing-masing. Tidak sedikit di antara mereka menyandang status sebagai Muslim. Padahal di dalam agama Islam tidak dikenal hal-hal itu.

Pacaran, atau hubungan belum halal di antara dua insan manusia yang sedang jatuh cinta, jelas dilarang syariat Islam. Sebab kegiatan pacaran lebih cenderung kepada perilaku yang mendekati zina. 


Menanggapi hal ini, pendakwah Ustaz S Miharja menjelaskan wujud yang paling nyata dari kegiatan pacaran yaitu untuk menarik lawan jenisnya secara libido. 

"Seperti tampilan pakaian, wewangian, bertutur kata, sentuhan, tempat bertemu, berfoto, dan seterusnya menjadi pemicu libido ini," ujar Ustaz Miharja dalam pesan singkatnya kepada umma, Rabu (12/2/2020).

Selain itu, menurut Ustaz Miharja, pacaran juga ajang pamer dalam relasi sosial. "Inilah pacarku yang tercantik atau terganteng, kamu belum punya ya?" tuturnya.

Ustaz Miharja, mengatakan Allah SWT sudah menjelaskan yang berkenaan dengan hal ini bagi kaum laki-laki, dalam Al-Qur'an Surah An-Nur ayat 30:

قُلْ لِلْمُؤْمِنِينَ يَغُضُّوا مِنْ أَبْصَارِهِمْ وَيَحْفَظُوا فُرُوجَهُمْ

"Katakanlah kepada laki–laki yang beriman: "Hendaklah mereka menundukkan pandangannya dan memelihara kemaluannya."

Sedangkan bagi kaum perempuan, terdapat dalam ayat setelahnya, yaitu surah An-Nur ayat 31:

وَقُلْ لِلْمُؤْمِنَاتِ يَغْضُضْنَ مِنْ أَبْصَارِهِنَّ وَيَحْفَظْنَ فُرُوجَهُنَّ

"Katakanlah kepada wanita-wanita yang beriman: "Hendaklah mereka menundukkan pandangannya dan kemaluannya."

Ustaz Miharja menjelaskan, kedua ayat di atas mengisyaratkan kepada nonmahram harus menundukkan pandangan dan menghindari jebakan syahwat.

"Tidak boleh menampilkan diri menjadi pusat perhatian yang menggugah libido," ujarnya.

Hal ini juga tidak lepas dari merasa diri cantik atau tampan, serta mempunyai harta yang berlimpah.

"Bahaya umumnya, merasa diri super ganteng, super cantik, dandanan modis, kendaran mengilap, ketemuan di tempat syur yang menjadi panggilan hawa nafsu dan godaan setan. Aku punya pacar, aku dapat meluapkan cinta (libidois), Nauzubillah," tutur Ustaz Miharja.

Oleh karenanya, Rasulullah SAW berpesan dalam salah satu hadisnya :

لاَ يَخْلُوَنَّ رَجُلٌ بِامْرَأَةٍ إِلاَّ مَعَ ذِي مَحْرَمٍ

"Sekali-kali tidak boleh seorang laki-laki bersepi-sepi dengan seorang perempuan kecuali perempua itu bersama mahramnya." (HR. Al-Bukhari).

Ustaz Miharja menjelaskan, pesan ini menuntun agar hubungan antarlawan jenis hanya diperbolehkan sepanjang untuk niat taaruf dan segera menentukan tanggal pernikahan pada walinya. Bukan untuk meraih kesenangan syahwat di luar nikah.

"Bila belum berada pada waktu dan situasi yang tepat menikah, harus bersabar menahan bertemu lawan jenis. Dan hal ini berpahala besar karena merupakan jihad besar," pungkasnya.

Sumber : https://umma.id/s/amm6J3

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama