MODEL KEPEMIMPINAN SITUASIONAL

 



 

Kepemimpinan situasional menurut Harley dan Blanchard adalah didasarkan pada saling berhubungan di antara hal-hal berikut :

1.      Jumlah petunjuk dan pengarahan yang diberikan oleh pimpinan,

2.      Jumlah dukungan sosioemosional yang diberikan oleh pimpinan,

3.      Tingkat kesiapan atau kematang para pengikut yang ditunjukan dalam melaksanakan ugas khusus, fungsi, tujuan tertentu.

            Konsep ini telah dikembangkan untuk membantu orang menjalan kepemimpinan dengan tanpa mementingkan perannya, yang lebih efektif di dalam interaksinya dengan orang-orang lain setiap harinya. Konsepsional melengkapi pimpinan dengan pemahaman dari hubungan antara gaya kepemimpinan yang efektif dan tingkat kematangan para pengikutnya. Dengan demikian, walaupun terdapat banyak variabel-variabel situasional yang lainnya mesalnya: organisasi, tugas-tugas pekerjaan, pengawasan daan waktu kerja, akan tetapi penekanan dalam kepemimpinan situasional ini hanyalah pada perilaku pimpinan dan bawahannya saja. Perilaku pengikut atau bawahan ini amat penting untuk mengetahui kepemimpinan situasional. Karena bukan saja pengikut sebagai individu bisa menerima atau menolak pimpinbannya, akan tetapi sebagai pengikut secara kenyataannya dap;at menentukan kekuatan pribadi apa pun yang dipunyai pemimpin.

A.    Gaya Dasar Kepemimpinan

            Dalam hubungannya dengan perilaku pimpinan ini, ada dua hal yang biasanya dilakukan olehnya terhadap bawahan atau pengikutnya, yakni: perilaku mengarahkan dan perilaku mendukung. Perilaku mengarah dapat dirumuskan sejauh mana seseorang pemimpin melibatkan dalam komunikasi satu arah. Sedangkan perilaku mendukung adalah sejauh mana seseorang pemimpin melibatkan diri dalam komunikasi dua arah.
Kedua norma perilaku tersebut ditempatkan pada dua poros yang terpisah dan berbeda. Dapat diketahui empat gaya dasar kepemimpinan.

1.      Gaya 1 (G1), Yaitu orientasi tugas tinggi dan orientasi hubungan rendah (instruksi). Gaya ini tepat diterapkan pada bawahan yang tingkatnya kesiapanya rendah (R1).

2.      Gaya 2 (G2), Yaitu orientasi tugas tinggi dan orientasi hubungan tinggi (konsultasi). Gaya ini tepat digunakan pada bawahan yang tingkat kesiapan rendah ke sedang (R2).

3.      Gaya 3(G3), Yaitu orientasi tugas rendah dan orientasi hubungan rtinggi (partisipasi). Gaya ini tepat digunakan pada bawahan yang tingkat kesiapan sedang ke tinggi (R3).

4.      Gaya 4 (G4), Yaitu orientasi tugas rendah dan orientasi hubungan rendah (delegasi).

Gaya ini tepat dilakukan pada bawahan yang tingkat kesiapan tinggi (R4).

B.     Perilaku Gaya Dasar Kepemipinan Dalam Pengambilan Keputusan

            Pada hakikatnya perilaku dasar pemimpin yang mendapat tanggapan para pengikutnya, sewaktu pemimpin tersebut melakukan proses pemecahan masalah dan pembuatan keputusan, maka empat gaya dasar yang diuraikan sebelumnya dapat diaplikasikan dan diidentifikasikan dengan suatu proses pengambilan keputusan tersebut.

Perilaku yang tinggi pengarahan dan rendah dukungan (G1) dirujuk sebagai instruksi karena gaya ini dicirikan dengan komunikasi satu arah. Perilaku pemimpin yang tinggi pengahan dan tinggi dukungan (G2) dirujuk sebagai konsultasi. Perilaku pemimpin yang tinggi dukungan dan rendah pengarahan (G3) dirujuk sebagai partisipasi. Perilaku pemimpin yang rendah dukungan dan rendah pengarahan (G4) dirujuk sebagai deligasi.

C.    Kematangan Para Pengikut

            Kematangan (maturity) dalam kepemimpinan situasional dapat dirumuskan sebagai suatu kemampuan dan kemauan dari orang-orang untuk bertanggung jawab dalam mengarahkan perilakunya sendiri. Kemampuan yang merupakan salah satun unsur dalam kematangan, berkaitan dengan pengetahuan atau keterampilan yang dapat diperoleh dari pendidikan, latihan atau pengalaman. Adapun kemauan unsur yang lain dari kematangan bertalian dengan keyakinan diri dan motivasi seseorang.

            Dalam kaitannya dengan tingkat kematangan seseorang dalam suatu organisasi tertentu perlu diingat bahwa tidak ada seorangpun yang mampu berkembang secara penuh (fully developed) atau sebaliknya dibawah garis kematangan (under developed). Dengan kata lain kematangan atau perkembangan bukanlah suatu konsep global, melainkan sebuah konsep tentang tugas spesifik. Dalam hubungan ini seseorang cenderung berada pada tingkat yang berbeda-beda yang tergantung atas fungsi, atau tujuan tertentu yang ditugaskan kepada mereka. Tiap tingkat perkembangan menunjukan kombinasi kemampuan dan kemauan yang berbeda seperti ilustrasi dibawah ini:

1.      Mampu dan Mau

2.      Mampu tetapi Tidak Mau atau Kurang Yakin

3.      Tidak Mampu tetapi Mau

4.      Tidak Mampu dan Tidak Mau atau Tidak Yakin

5.      M4 M3 M2 M1

Cloud Hosting Indonesia

            Instruksi adalah untuk pengikut yang rendah kematangannya. Orang yang tidak mampu dan mau (M1) memiliki tanggung jawab untuk melaksankan sesuatu adalah tidak kompeten atau memiliki keyakinan. Konsultasi adalah untuk tingkat kematangan rendah ke sedang. Orang yang tidak mampu tetapi berkeinginan (M2) untuk memikul tanggung jawab memiliki keyakinan tetapu memiliki keterampilan. Partisipasi adalah bagi tingakta kematangan dari sedang ke tinggi. Orang-orang pada tingkat perkembangan ini memiliki kemampuan tetapi tidak berkeinginan (M3) untuk melakukan suatu tugas yang diberikan. Delegasi adalah bagi timgkat kematangan yang tinggi. Orang-orang dengfan tingkat kematangan seperti ini adalah mampu dan mau, atau mempunyai keyakinan untuk memikul tanggung jawab (M4).

D.    Gaya Kepemimpinan

            Sebagaimana yang kita ketahui bahwa kepemimpinan itu adalah suatu proses untuk mempengaruhi kegiatan-kegiatan seseorang atau kelompok didalam usahanya untuk mencapai tujuan pada suatu situasi tertentu. Dan gaya kepemimpinan adalah suatu pola perilaku yang konsisten yang kita tunjukan dan sebagai yang diketahui oleh pihak lain ketika kita berusaha mempengaruhi kegiatan-kegiatan orang lain. Perilaku ini dikembangkan setiap saat dan yang dipelajari pihak lain untuk mengenal kita sebagai pemimpin, gaya kepemimpinan kita atau kepribadian kepimpinan kita. Pola umum yang biasanya terlibat antara perilaku yang berorientasi pada tugas atau perilaku hubungan atau beberapa kombinasi dari keduanya.

            Dua bentuk perilaku tugas dan hubungan yang merupakan titik pusat dari konsep kepemimpinan situasional. Perilaku tugas ialah suaatu perilaku seorang pemimpin untuk mengatur dan merumuskan peranan-peranan dari anggota-anggota kelompok atau para pengikut; menerangkaan kegiatan yang harus dikerjakan oleh masing-masing anggota, kapan dilakukan, dimana melaksanakannya, dan bagaimana tugas-tugas itu harus dicapai. Perilaku hubungan ialah suatu prilaku seorang pemimpin yang ingin memelihara hubungan-hubungan antarpribadi diantara dirinya dengan anggota-anggota kelompok atau para pengikut dengan cara membuka lebar-lebar jalur komunikasi, mendelegasdikan tanggung jawab, dan memberikan kesempatan pada para bawahan untuk menggunakan potensinya.

            Setelah diketahui du aspek pusat perilaku pemimpin yakni perilaku tugas dan hubungan diatas, maka dapat kita simpulkan gaya kepemimpinan yang baik itu misalnya pada suatu saat gaya tinggi tugas dan tinggi hubungan di pertimbangkan sebagai yang terbaik sementara rendah tugas dan rendah hubungan dipertimbangkan sebagai gaya yang terjelek. Pemimpin-pemimpin yang brrhasil adalah mereka yang bisa menyesuaikan perilaku dirinya sesuai tuntutan dari keunikan lingkungannnya. Dengan kata lain, kepemimpinan yang efektif atau tidak efektif itu sangat tergantung akan gaya perilaku yang disesuaikan dengan situasi tertentu.

Unlimited Hosting WordPress Developer Persona

-----------------------------------------------------------------------
Daftar Referensi

Thoha , Miftah, 2009. Kepemimpinan dalam Manajemen. Jakarta : PT. Rajagrafindo Persada
Badeni , 2013. Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi. Bandung : Alfabeta, CV

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama