3 Gaya Kepemimpinan Ki Hajar Dewantara dalam Semboyan Pendidikan


Beilmin - Meski Ki Hajar lebih banyak berperan dalam dunia pendidikan bukan berarti gaya kepemimpinan-nya tidak dapat kita tiru dalam hal di luar pendidikan.Oleh karena itu mari kita simak bersama bagaimana gaya kepemimpinan beliau.

#1 Tulodho

Ing Ngarsa Sun Tulodho yang diartikan dalam bahasa Indonesia adalah Di Depan Menjadi Teladan. Menjadi Teladan, sebuah prinsip luhur yang selalu ditanamkan sebagai budi pekerti atau jiwa bangsa Indonesia.

Kita tahu betul, dalam hal menjadi teladan artinya ada orang lain yang akan melihat, memperhatikan dan mengulangi apa yang kita lakukan. Entah sebagai guru dalam ruang kelasnya, entah sebagai Ayah di depan anak istrinya, mungkin juga sebagai pemimpin atau atasan dalam lingkungan organisasi dan pekerjaan.

Segala tindak tanduk kita akan diperhatikan bahkan ditiru oleh mereka yang kita pimpin sebab kita nampak di depan mereka.

Jika orang-orang yang kita pimpin, kita ingin mereka menjadi seorang yang unggul, berdaya guna, berdampak baik bagi organisasi dan perusahaan maka berikanlah teladan yang sama terhadap mereka.

Teladan yang salah adalah sebuah arahan yang salahMeniru sesuatu yang salah tidak dapat di koreksi lewat sebuah perintah.

Menjadi pemimpin bukanlah sebuah posisi di mana memberi perintah dan yang lainnya melaksanakan. Keteladanan bukan sebuah teori yang diperintahkan.

Sekali lagi, mereka meniru Anda. Kepemimpinan dapat digambarkan sebagai sebuah amanah, di mana orang-orang yang dipimpin percaya pada pemimpin mereka.

Rasa percaya, rasa hormat, rasa segan, rasa kagum lahir dari sesuatu yang mereka lihat, dengar dan mereka amati tentang Anda.

Jika Anda telah memperoleh dukungan dan kepercayaan kawan sekerja Anda, maka keberhasilan mereka adalah keberhasilan Anda.

Visi dan nilai-nilai yang hendak Anda bangun akan didukung oleh tim Anda.

#2 Mangun Karsa

Dalam frasa Ing Madya Mangun Karsa yang artinya adalah Di tengah Membangun SemangatKarsa dapat diartikan juga sebagai kemauan, kehendak dan niat.

Sekarang kita melihat nilai kedua ini semakin jelas. Teladan yang Anda berikan akan terlihat dari karsa atau niat yang terbangun.

Bayangkan diri Anda yang terbangun di pagi hari dan memikirkan apa yang akan Anda lakukan di hari itu. Baik Anda sebagai pemimpin atau pun bukan. Semangat apakah yang muncul?

Rasa dan gairah Anda yang muncul itu adalah gambaran karsa yang Anda miliki. Itulah api semangat Anda.

Yah! Seperti Api. Jika Anda berada di tengah-tengah mereka yang Anda pimpin. Api akan menghangatkan mereka yang dingin.

Menjaga api yang Anda miliki untuk tetap menyala, tidak hanya sekadar menyala seperti bara yang sebentar akan padam.

Tetapi sebuah api yang membakar semangat, memberi dorongan, menimbulkan motivasi, menular-kan inspirasi. Anda berada di tengah mereka.

Mengapa harus berada di tengah jika Anda sudah berada di depan?
Seperti yang dapat kita contoh-kan dari kisah perjuangan Ki Hajar Dewantara yang merelakan gelar ningrat-nya demi bergaul dengan orang-orang yang perlu mengerti pentingnya nilai pendidikan dan visi kemerdekaan yang hendak dibangun.

Anda perlu hadir di tengah mereka untuk memberi Karsa
Di zaman ini, ada banyak hal yang dapat dilakukan untuk membangun niat dan semangat. Dimulai dari ke harmonis-an hingga pelatihan.

Ke harmonis-an akan membangun sinergi dari peran-peran atau bagian-bagian dari organisasi dan orang yang kita pimpin.

Sebab setiap tugas dan tanggung jawab yang diberikan, perlu diselesaikan dengan tepat. Apa yang dikerjakan seorang akan berpengaruh terhadap aspek lainnya.

Untuk dapat mengerjakan tugas itu dengan tepat adalah sebuah proses yang memiliki unsur-unsur seperti pelatihan, pengulangan, ujian, pelaksanaan dan mentoring.

Sebagai seorang pemimpin Anda tidak perlu mengerjakan semuanya seorang diri.
Percayakan tugas-tugas itu pada orang yang Anda percaya atau karyawan Anda. Sebab Anda perlu membangun pemimpin-pemimpin lainnya yang dapat membantu Anda.
Tanpa menghilangkan kehadiran Anda di antara mereka.

#3 Tut Wuri Handayani

Dalam bahasa Indonesia semboyan ini bermakna, Di Belakang Memberi Dorongan.
Anda tidak perlu bingung, Anda harus berpindah-pindah posisi sebagai pemimpin.
Tiga semboyan yang di cetus kan oleh Ki Hajar Dewantara, adalah sebuah keselarasan yang bertumbuh bersama dan saling mendukung satu sama lain.

Dorongan tanpa niat tidak akan menjadi sebuah dorongan, jika Anda memaksakannya, itu dapat dikatakan sebuah tarikan.

Apakah Anda sekarang membayangkan sedang menarik seekor keledai? Begitulah gambarannya.

Orang-orang yang Anda pimpin bukanlah kendaraan yang Anda pakai, asalkan sampai pada tujuan.

Mereka sama seperti Anda. Ada kalanya rasa lelah datang, rasa malas muncul, ketidak maju-an menimbulkan putus asa.

Namun dari apa yang telah terbangun sebelumnya Anda tetap tampil sebagai teladan. Jika lelah mereka adalah lelah Anda, maka sebaliknya giat Anda adalah giat mereka juga.

Pantang menyerah Anda adalah pantang menyerah-nya mereka. Dalam hal dorongan perlu kita per-jelas.

Sebuah dorongan yang efektif akan semakin mudah jika Anda mendorong pada hal yang tepat. Bukan seperti mendorong sebuah tembok yang kokoh.

Sementara tembok tidak bergeming, namun Anda telah menghabiskan banyak upaya untuk melakukan hal yang sia-sia.

Dorongan yang efektif adalah sebuah strategi.

Miliki rencana, agar apa yang hendak Anda dorong dapat bergerak sesuai harapan. Sebagai seorang ayah, Anda mendorong anak agar dapat lebih mandiri sebagai anak rantau.

Tentu sebagai orangtuanya ada kecemasan tersendiri, barangkali sang anak menghadapi kesulitan.

Namun selagi anak Anda masih dalam bimbingan Anda, di balik itu Anda tekun melakukan tugas Anda sebagai orang tua.

Dengan melatih anak Anda untuk terbiasa menemukan solusi dalam situasi sulit.
Dalam situasi-situasi tertentu anak Anda mungkin memerlukan bantuan Anda untuk mendorongnya kembali agar dapat bergerak.

Hal ini juga dapat Anda terapkan pada siswa atau tim kerja Anda, dengan mendorong nilai ter kuat yang mereka miliki.

Potensi yang terbesar ini yang Anda bangun, sehingga mereka terdorong untuk mengembangkan diri dan berdaya guna bagi lingkungan sekitar mereka.

Maka, ini seperti sebuah roda gigi, satu potensi yang bergerak akan menggerakkan potensi lainnya. Itulah efektivitas dorongan dengan strategi.

Sumber : https://www.finansialku.com/ki-hajar-dewantara/

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama