MAKALAH
UNTUK
MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH
SISTEM
EKONOMI INDONESIA
“PEMBANGUNAN
EKONOMI DAERAH”
PROGRAM
STUDI : ILMU ADMINISTRASI BISNIS S1
DOSEN
PENGAMPU : SYAH AMIN ALBADRI, S.AB,M.A
DI
SUSUN OLEH
MUHAMAD
NUR ROHMADI
NPM.
161006963211035
SEMESTER
3
YAYASAN
SETIH SETIO
SEKOLAH
TINGGI ILMU ADMINISTRASI (STIA)
SETIH
SETIO MUARA BUNGO
TA
2017/2018
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas segala
kenikmatan yang telah allah berikan kepada saya, sehingga sampai saat ini saya
masih dapat menyelesaikan tugas makalah “Sistem Ekonomi Indonesia”, yang akan
membahas tentang Pembangunan Ekonomi
Daerah.
Sholawat serta salam
saya sampaikan kepada Nabi Besar Muhammad SAW. Yang telah membawa umatnya dari
zaman kegelapan menuju ke dalam zaman yang penuh dengan pengetahuan seperti
saat ini.
Terima
kasih saya sampaikan kepada :
1. Kedua
orang tuaku yang selalu mendoakan serta mendukung proses belajar mengajar
hingga sampai saat ini.
2. Dosen
pengampu Mata Kuliah Sistem Ekonomi Indonesia, Bapak Syah Amin Albadri,S.AB.,
M.A
3. Dan
semua keluarga serta sahabat – sahabatku yang selalu berupaya untuk memberikan
dorongan serta motivasi.
Muara
Bungo, 02 Desember 2017
Penyusun
Muhamad
Nur Rohmadi
DAFTAR ISI
Cover
KATA
PENGANTAR............................................................................
i
DAFTAR
ISI...........................................................................................
ii
BAB
I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang...................................................................................
1
1.2
Rumusan Masalah...............................................................................
2
1.3
Tujuan.................................................................................................
2
BAB
II PEMBAHASAN
2.1
Pengertian Daerah..............................................................................
3
2.2
Pengertian Pembangunan Ekonomi Daerah.......................................
3
2.3
Macam-macam Model Pembangunan Ekonomi
Daerah..................... 4
2.4
Pradigma Baru Pembangunan Ekonomi Daerah................................ 8
2.5
Strategi Pembangunan Ekonomi Daerah............................................
9
BAB
III PENUTUP
3.1
Kesimpulan..........................................................................................
13
3.2
Saran ................................................................................................... 13
DAFTAR
PUSTAKA
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dengan berlakunya undang-undang Nomor 22 tahun 1999 dan
telah di ubah menjadi Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Otonomi Daerah,
maka terjadi pula pergeseran dalam pembangunan ekonomi yang tadinya bersifat sentralistis,
mengarah pada desentralisasi, yaitu dengan memberikan keleluasaan kepada daerah
untuk membangun wilayahnya termasuk pembangunan dalam bidang ekonominya.
Masalah pokok dalam pembangunan daerah
terletak pada penekanannya terhadap kebijakan-kebijakan pembangunan yang
didasarkan pada ciri khas (unique value) dari daerah yang bersangkutan (endogenous
development) dengan menggunakan potensi sumber daya manusia, kelembagaan,
dan sumber daya fisik secara lokal (daerah). Orientasi ini mengarahkan kita
kepada pengambilan inisiatif-inisiatif yang berasal dari daerah tersebut dalam
proses pembangunan untuk menciptakan kesempatan kerja baru dan merangsang
peningkatan kegiatan ekonomi.
Ditinjau
dari aspek ekonomi daerah mempunyai pengertian :
1.
Suatu
daerah dianggap sebagai ruang di mana terdapat kegiatan ekonomi dan didalam pelosok ruang tersebut terdapat sifat-sifat yang
sama. Kesamaan sifat-sifat tersebut antara lain dari segi pendapatan perkapita,
sosial budaya, geografisnya, dan sebagainya. Daerah yang memiliki ciri-ciri
seperti ini disebut daerah homogen.
2.
Suatu daerah dianggap sebagai suatu ekonomi ruang apabila
daerah tersebut dikuasai oleh satu atau beberapa pusat kegiatan ekonomi. Daerah
dalam pengertian ini disebut daerah modal.
3.
Suatu
daerah adalah suatu ekonomi ruang yang berada di bawah satu administrasi
tertentu seperti satu propinsi, kabupaten/kota, pembagian administratif suatu
negara. Daerah dalam pengertian ini dinamakan daerah administrasi.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1
Apa Pengertian Daerah?
1.2.2
Apa Pengertian Pembangunan Ekonomi
Daerah?
1.2.3
Apa Saja Macam-macam Model Pembangunan
Ekonomi Daerah?
1.2.4
Bagaimana Pradigma Baru Dalam
Pembangunan Ekonomi Daerah ?
1.2.5
Apa Saja Strategi Pembangunan Ekonomi
Daerah?
1.3 Tujuan
1.3.1
Untuk Memahami Pengertian Daerah.
1.3.2
Untuk Memahami Pengertian Ekonomi
Daerah.
1.3.3
Untuk Mengetahui Macam-macam Model
Pembangunan Ekonomi Daerah.
1.3.4
Untuk Mengetahui Pradigma Baru Pembangunan
Ekonomi Daerah.
1.3.5
Mengetahui Strategi Pembangunan Ekonomi
Daerah.
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1 PENGERTIAN DAERAH
Dalam konteks pembagian administratif di Indonesia, adalah kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai
batas-batas wilayah yang berwenang mengatur dan mengurus urusan
pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri
berdasarkan aspirasi masyarakat. Daerah terdiri atas Provinsi, Kabupaten, atau Kota.
Sedangkan kecamatan, desa, dan kelurahan tidaklah dianggap sebagai suatu Daerah (daerah
otonom). Daerah dipimpin oleh Kepala Daerah (Gubernur/ Bupati/ Wali Kota), dan memiliki Pemerintahan
Daerah serta Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.
2.2 PENGERTIAN PEMBANGUNAN EKONOMI
DAERAH
Menurut Arsyad (2010: 374) pembangunan
ekonomi daerah adalah suatu proses dimana pemerintah daerah dan masyarakatnya
mengelola setiap sumber daya yang ada dan membentuk suatu pola kemitraan antara
pemerintah daerah dengan sector swasta untuk menciptakan suatu lapangan kerja
baru dan merangsang perkembangan kegiatan ekonomi (pertumbuhan ekonomi) dalam
wilayah tersebut.
Pembangunan Ekonomi Daerah
adalah suatu proses, yaitu suatu proses yang mencakup pembentukan
institusi-institusi baru, pembangunan industri-industri alternatif, perbaikan
kapasitas tenaga kerja yang ada untuk menghasilkan produk dan jasa yang lebih
baik, identifikasi pasar-pasar, alih ilmu pengetahuan, dan pembangunan perusahaan-perusahaan
baru.
Setiap upaya pembangunan
ekonomi daerah mempunyai tujuan utama untuk meningkatkan jumlah dan jenis
peluang kerja untuk masyarakat daerah. Dalam upaya untuk mencapai tujuan
tersebut, pemerintah daerah dan masyarakatnya harus secara bersama-sama
mengambil inisiatif pembangunan daerah. Oleh karena itu, pemerintah daerah
(beserta partisipasi masyarakatnya dan dengan menggunakan setiap sumber daya
yang ada) harus mampu menaksir potensi setiap seumber daya yang diperlukan
untuk merancang dan membangun perekonomian daerah.
2.3 MACAM-MACAM
MODEL PEMBANGUNAN EKONOMI DAERAH
Beberapa model pembangunan
wilayah ini sudah tersebar dalam berbagai literatur. Berikut ini akan dibahas 5
teori (model) pembangunan wilayah yang meliputi, Teori ekonomi basis, Teori
kutub pertumbuhan, Teori Pertumbuhan Akumulatif, Teori Lokasi, dan Teori
Dampask Aglomerasi (Stimson 2002).
1. Teori
Ekonomi Basis (Economic Base Thory)
Pendekatan basis memembagi perekonomian suatu
wilayah ke dalam dua komponen:
a. Komponen
non-basis, yaitu komponen perekonomian yang melayani masyarakat lokal (konsumsi
lokal).
b. Komponen
basis, yaitu komponen yang memproduksi barang dan jasa melayani permintaan
masyarakat luar wilayah (konsumsi ekspor).
Pembedaan kedua komponen tersebut dapat dipakai dalam
membuat evaluasi terhadap kebijakan ekonomi suatu wilayah. Wilayah non-basis
lebih banyak melayani segmen masyarakat lokal otomatis sebagian besar produk
akhir akan terserap pasar lokal. Sebaliknya wilayah basis sebagian besar produk
akhir diserap pasar luar wilayah. Menurut aliran ekonomi basis ada hubungan
antara ukuran sebuah kota dengan struktur industri. Kota besar lebih
mengandalkan komponen basis dari pada non-basis.
Pendekatan ekonomi basis percaya bahwa pertumbuhan
ekonomi suatu wilayah hanya akan terjadi jika komponen ekonomi basisnya
berkembang karena mempunyai efek multiplier yang besar. Pertumbuhan basis
ekspor suatu wilayah akan mendorong masuknya dana ke ekonomi lokal (wilayah).
Dana tersebut berasal dari penjualan produk akhir yang
diekspor ke luar daerah. Dana ini kemudian diterima pengusaha dan penduduk lokal
yang terlibat dalam proses produksi dan dibelanjakan di wilayah tersebut.
Konsumsi masyarakat terhadap produk lokal diharapkan akan merangsang tumbuhnya
usaha baru sehingga menciptakan peluang kerja
baru.
Dengan demikian sektor ekspor akan mendorong aktivitas ekonomi wilayah lebih
bergairah.
2. Teori
Kutub Pertumbuhan (Growth Pole Theory)
Teori
kutub pertumbuhan menganjurkan strategi pembangunan investasi harus dipusatkan
pada sektor tetentu yang dianggap menjadi motor penggerak pembangunan wilayah. Sektor
ini disebut sebagai sektor kutub pertumbuhan. Sektor yang dianggap sebagai
kutub pertumbuhan adalah sektor industri basis yang ada di wilayah tersebut.
Dalam pemahaman mereka ketika suatu kutub sektor ekonomi berkembang akan secara
otomatis membangun relasi dengan sektor lain sehingga berbagai sektor ekonomi
akan turut berkembang.
Prakteknya
pembangunan wilayah yang menggunakan strategi kutub pertumbuhan lebih
menguntungkan pusat perkotaan. Hampir semua infrastruktur dibangun di daerah
urban sehingga otomatis pemusatan industri juga di daerah perkotaan. Dampak
penyebaran tidak merata berakibat pada pembangunan yang tidak seimbang (unbalanced
development). Tentu ini menjadi masalah karena pasti akan terjadi
kesenjangan antar wilayah.
Kecemburuan
terjadi antar wilayah atau antar sektor dalam wilayah bersangkutan karena
strategi kutub pertumbuhan akan menciptakan wilayah atau sektor yang berhasil
maju dan wilayah atau sektor yang masih terbelakang (winners and
loosers).
Pada
umumnya wilayah perkotaan dengan sektor industri selalu lebih maju
daripada wilayah pedesaan yang mengandalkan sektor pertanian. Kenjangan antar
wilayah atau antar sektor mengantar kaum neoklasik melihat strategi kutub
pertumbuhan hanya melancarkan proses ekploitasi suatu wilayah terhadap yang
lain atau suatu sektor terhadap sektor yang lain.
3. Teori
Pertumbuhan Akumulatif (Accumulative Causation Theory)
Teori
pertumbuhan akumulatif lebih berorientasi pasar dengan membuat kebijakan dalam
rangka meningkatkan keunggulan kompetitif terhadap wilayah lain. Untuk itu
setiap kebijakan harus mampu menarik
modal, ketrampilan, dan kepakaran ke wilayah
tersebut. Teori ini memberi kesempatan setiap wilayah bersaing dengan wilayah
lain tanpa tenggang rasa. Misalnya, kebijakan wilayah tertentu menyebabkan
wilayah lain terbelakang bukan masalah.
Proses
semacam ini adalah alamiah dan tidak perlu dirisaukan. Model pertumbuhan
akumulatif memungkinkan suatu wilayah bertumbuh cepat jika menerapkan kebijakan
ekonomi yang tepat. Namun sebaliknya kebijakan yang keliru berakibat pada
merosotnya pertumbuhan ekonomi wilayah. Model ini memberi perhatian pada: stock
enterpreneur, proses pembelajaran, pendidikan, peningkatan kapasitas
kelembagaan, adopsi teknologi, dan perpindahan usaha.
4. Teori
Lokasi
Teori
lokasi muncul sebagai jawaban terhadap kelemahan teori ekonomi konvensional
yang mengabaikan lokasi dalam analisisnya. Salah satu pertanyaan penting adalah
mengapa kegiatan ekonomi terpusat di lokasi (daerah) tertentu? Penyebaran
kegiatan ekonomi yang tidak merata berakibat pada perbedaan kemakmuran antar
daerah.
Hipotesis
yang dikembangkan para ahli teori lokasi adalah para pelaku usaha mencari
lokasi yang menawarkan biaya minimal dan mencari lokasi yang menawarkan
kesempatan mendapatkan keuntungan maksimal (Dawkins 2003). Biaya yang dimaksud
meliputi biaya transpor, biaya tenaga kerja, dan biaya produksi lain. Secara
singkat mereka yang bergerak dalam dunia usaha cenderung menempatkan usaha
mereka dekat pasar jika biaya transportasi membawa produk akhir ke pasar lebih
besar dari biaya transportasi bahan baku ke tempat produksi.
Sebaliknya,
mereka akan menempatkan usaha dekat sumber bahan baku jika biaya transpor dan
biaya bahan baku perunit lebih tinggi daripada biaya transpor produk akhir ke
pasar. Dalam merancang strategi pembangunan wilayah teori lokasi sangat penting
dalam memahami keunggulan dan kekurangan sebuah lokasi bagi pengembangan
industri tertentu.
Teori
lokasi memungkinkan para penentu kebijakan mendapatkan alasan mengapa terjadi
konsentrasi industri tertentu di wilayah tertentu atau mengapa industri
tertentu menyebar di beberapa wilayah. Dengan memahami berbagai faktor penyebab
konsentrasi atau faktor penyebab penyebaran industri pemerintah daerah dapat
merancang strategi pembangunan dengan lebih baik.
5. Teori
Dampak Aglomerasi (Aglomeration Effect Theory)
Sebelum
membahas dampak aglomerasi ada baiknya kita perlu tahu apa yang dimaksud dengan
aglomerasi. Aglomerasi adalah konsentrasi usaha di wilayah tertentu
sehingga individu atau dunia usaha bisa mendapat keuntungan. Aglomerasi sering
terjadi di wilayah dengan konsentrasi penduduk yang tinggi. Aglomerasi
mempunyai dampak yang positif kepada jenis usaha tertentu seperti:
a.
Secara ekonomis aglomerasi memberi manfaat
kepada individu atau dunia usaha di wilayah dengan konsentrasi penduduk dan
konsentrasi usaha yang tinggi. Hal ini biasanya berlangsung di kota besar.
b.
Aglomerasi memungkinkan usaha besar menekan
biaya produksi karena mencapai skala ekonomi. Konsentrasi penduduk memungkinkan
dunia usaha berproduksi dalam skala besar sehingga bisa menekan ongkos.
c.
Konsentrasi penduduk dan jenis usaha di
wilayah tertentu memungkinkan dunia usaha dapat memanfaatkan barang dan jasa
lokal untuk kepentingan produksi produk akhir. Di sini
aglomerasi memungkinkan dunia usaha berproduksi secaa efisien baik biaya,
waktu, dan tenaga.
Aglomerasi usaha bisa terjadi secara alamiah namun dapat
pula direncanakan. Para penentu kebijakan perlu mengetahui dampak aglomerasi
terutama dalam pendirian dan pengembangan sentra industri. Banyak sentra
industri gagal karena para penentu kebijakan tidak memperhatikan asumsi dasar
aglomerasi usaha.
2.4 PRADIGMA
BARU PEMBANGUNAN EKONOMI DAERAH
1. Pengertian
Pradigma
Pradigma adalah kumpulan tata nilai yang membentuk pola
piker seseorang sebagai titik tolak pandanganya sehingga akan membentuk citra
subjektif seseorang mengenai realita dan akhirnya akan menentukan bagaimana
seseorang menanggapi realita itu.
2. Pradigma
Baru Pembangunan Ekonomi Daerah
Menurut Kuncoro, teori
pembangunan yang ada selama ini memang belum berhasil menguoas secara tuntas
mengenai kegiatan-kegiatan pembangunan ekonomi yang ada di daerah. Karena
itulah sangat penting untuk melakukan perumusan ulang paradigma baru perencanaan
pembangunan ekonomi daerah yang lebih komprehensif, diperlukan suatu sintesis
di antara berbagai pendekatan yang ada, sehingga bisa dihasilkan rumusan baru
tentang paradigma baru pembangunan ekonomi didaerah secara lebih tepat.
Paradigma baru pembangunan ekonomi daerah
mencakup hal berikut
a.
Pembangunan dilakukan
dengan mempertimbangkan potensi daerah bersangkutan, serta kebutuhan dan
kemampuan daerah menjalankan pembangunan.
b.
Pembangunan daerah tidak
hanya terkait dengan sektor ekonomi semata, melaikan keberhasilannya juga
terkait dengan faktor lainnya seperti sosial, politik, hukum, budaya, birokrasi
dan lainnya.
c.
Pembangunan dilakukan secara bertahap sesuai
dengan skala prioritas dan yang memiliki pengaruh untuk menggerakkan sektor
lainnya secara cepat.
Di era otonomi, pembangunan ekonomi haruslah dilakukan
secara serentak pada setiap sektor, walaupun untuk negara (daerah) berkembang,
pembangunan ekonomi tidak dilakukan secara serentak (unbalanced growth) yaitu
dengan menetapkan sektor unggulan, dimana sektor unggulan ini akan berimplikasi
kedepan (forward linkages) dan hubungan kebelakang (backward linkages).
KOMPONEN
|
KONSEP LAMA
|
KONSEP BARU
|
Kesempatan kerja
|
Semakin banyak perusahaan=semakin banyak peluang kerja
|
Perusahaan harus mengembangkan pekerjaan yang sesuai
dengan kondisi penduduk daerah
|
Basis pembangunan
|
Pengembangan sektor ekonomi
|
Pengembangan lembaga-lembaga ekonomi baru
|
Aset-aset lokasi
|
Keunggulan komparatif didasarkan pada aset fisik
|
Keunggulan kompetitif didasarkan pada kualitas
lingkungan
|
Sumber daya
pengetahuan
|
Ketersediaan
angkatan kerja
|
Pengetahuan
sebagai pembangkit ekonomi
|
2.5 STRATEGI
PEMBANGUNAN EKONOMI DAERAH
Secara umum strategi pembangunan ekonomi adalah
mengembangkan kesempatan kerja bagi penduduk yang ada searang dan upaya untuk
mencapai stabilitas ekonomi, serta mengembangan basis ekonomi dan kesempatan
kerja yang beragam. Pembangunan ekonomi akan berhasil bila mampu memenuhi
kebutuhan dunia usaha. Hal ini untuk mengantisipasi kemungkinan terjadinya fluktuasi
ekonomi sektoral, yang pada akhirnya akan mempengaruhi kesempatan kerja.
Secara
garis besar strategi pembangunan ekonomi daerah menurut Arsyad (1999) dapat
dikelompokan menjadi empat yaitu:
a. Strategi Pengembangan Fisik (Locality Or Physical
Development Strategy)
Melalui pengembangan program perbaikan kondisi
fisik/lokalitas daerah yang ditujukan untuk kepentingan pembangunan industri
dan perdagangan, pemerintah daerah akan berpengaruh positif bagi pembangunan
dunia usaha di daerah. Secara khusus, tujuan strategi pembangunan fisik ini
adalah untukmenciptakan identitas daerah/kota, memperbaiki pesona (amenity
base) atau kualitas hidup masayarakat, dan
memperbaiki daya tarik pusat kota (civic
center) dalam upaya memperbaiki dunia usaha daerah. Untuk mencapai
tujuan pembangunan fisik tersebut diperlukan alat-alat pendukung, antara lain :
a.
Pembuatan
bank tanah (landbanking), dengan tujuan agar memiliki data tentang
tanah yang kurang optimal penggunaannya, tanah yang belum dikembangkan, atau
salah dalam penggunaannya, dan sebagainya.
b.
Pengendalian
perencanaan dan pembangunan, dengan tujuan untuk memperbaiki iklim investasi di
daerah dan memperbaiki citra pemerintah daerah.
c.
Penataan
kota (townscaping), dengan tujuan untuk memperbaiki sarana jalan,
penataan pusat-pusat pertokoan, dan penataan standar fisik suatu bangunan.
d.
Pengaturan
tata ruang (zoning) dengan baik untuk meragsang perrtumbuhan
dan pembangunan ekonomi daerah.
e.
Penyediaan
perumahan dan pemukiman yang baik akan berpengaruh positif bagi dunia usaha, di
samping menciptakan lapangan kerja
f.
Penyadiaan
infrastruktur seperti: sarana air bersih, listrik, taman, sarana parkir, tempat
olahraga, dan sebagainya.
b. Strategi Pengembangan Dunia Usaha (Bussines
Development Strategi)
Pengembangan dunia usaha meruakan komponen penting dalam
pembangunan ekonomi daerah, karena daya tarik, kreativitas atau daya tahan
kegiatan dunia usaha merupakan cara terbaik untuk menciptakan perekonomian
daerah yang sehat. Untuk mencapai tujuan pembangunan fisik tersebut diperlukan
alat-alat pendukung, antaa lain:
a.
Penciptaan
iklim usaha yang baik bagi dunia usaha, melalui pengaturan dan kebijakan yang
memberikan kemudahan bagi dunia usaha dan pada saat yang sama mencegah
penurunan kualitas lingkungan.
b.
Pembuatan
informasi terpadu yang dapat memudahkan masyarakat dan dunia usaha untuk
berhubungan dengan aparat pemerintah daerah
yang berkaitan dengan peirjinan dan informasi rencana
pembangunan ekonomi daerah.
c.
Pendirian
pusat konsultasi dan pengembangan usaha kecil, karena usaha kecil perannya
sangat penting sebagai penyerap tenaga kerja dan sebagai sumberdorongan
memajukan kewirausahaan.
d.
Pembuatan
sistem pemasaran bersama untuk menghindari skala yang tidak ekonomis dala
produksi, dan meningkatkan daya saing terhadap produk impor, serta sikap
kooperatif sesama pelaku bisnis.
e.
Pembuatan
lembaga penelitian dan pengembangan (Litbang). Lembaga ini diperlukan untuk
melakukan kajian tentang pengembangan produk baru, teknologi baru, dan
pencarian pasar baru.
c. Strategi Pengembangan Sumber Daya Manusia (Human
Resources Development Strategy)
Strategi pengembangan sumber daya manusia merupakan aspek
paling penting dalam proses pembangunan ekonomi. Oleh karena itu, pembangunan
ekonomi tanpa dibarengi dengan peningkatan kualitas dan keterampilan sumber
daya manusia adalah suatu keniscayaaan. Pengembangan kualitas sumber daya
manusia dapat dilakukan dengan cara:
a.
Pelatihan
dengan sistem customized training, yaitu sistem pelatihan yang
dirancang secara khusus untuk memenuhi kebutuhan dan harapan siemberi kerja.
b.
Pembuatan
bank keahlian (skillbanks), sebagai bank informasi yang berisi data
tentang keahlian dan latar belakang oarng yang menganggur di daerah.
c.
Penciptaan
iklim yang mendukung bai perkembangan lembaga-lembaga pendidikan dan
keterampilan di darah.
d.
Pengenmbangan
lembaga pelatihan bagi para penyandang cacat.
d. Strategi Pengembangan Masyarakat (Community-Based
Development Strategy)
Startegi pengembangan masyarakat ini merupakan
kegiatan yang ditujukan untuk memberdayakan (empowerment) suatu
kelompok
masyarakat tertentu pada suatu daerah. Kegiatan-kegiatan
ini berkembang baik di Idonesia belakangan ini, karena ternyata kebijakan umum
ekonomi tidak mampu membetikan manfaat begi kelompok-kelompok tetentu.
Tujuan kegiatan ini adalah untuk menciptakan manfaat
sosial, seperti mislanya dengan menciptakan proyek-proyek padat karya untuk
memenuhi kebutuhan hidupatau untuk memperoleh keuntungan dari usahanya.
BAB
III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Pembangunan
ekonomi daerah adalah suatu proses di mana pemerintah daerah dan masyarakat
mengelola sumber daya-sumber daya yang ada dan membentuk suatu pola kemitraan
antara pemerintah daerah dengan sector swasta untuk mencitakan suatu lapangan
kerja baru dan merangsang perkembangan kegiatan ekonomi ( pertumbuhan ekonomi )
dalam wilayah tersebut.
Pradigma baru
pembangunan ekonomi daerah didasarkan kepada kemampuan perusahaan untuk
mengembangkan pekerjaan ( memberikan kesempatan kerja ) yang sesuai dengan
kondisi penduduk daerah. Untuk basis pembangunan tidak lagi berdasarkan sector
tetapi lebih pada pengembangan lembaga-lembaga ekonomi baru, dan pengalokasian asset-aset
didasarkan pada keunggulan kompetitif yang di dasarkan pada kualitas
lingkungan. Di samping itu juga sumber daya pengetahuan di jadikan sebagai
pembangkit pertumbuhan ekonomi daerah.
3.2 SARAN
Perlu
di perhatikan dalam melihat suatu teori mengenai pembangunan ekonomi daerah,
karena mungkin saja terdapat beberapa perbedaan menurut pendapat dari ahli.
DAFTAR
PUSTAKA
Arsyad,
Lincolin. 2010. Ekonomi Pembangunan: Edisi Ke-5. Yogyakarta: Unit
Penerbit dan Percetakan STIM YKPN.
https://id.wikipedia.org/wiki/Daerah ( Diakses pada 02 Desember 2017 )
http://mughits-sumberilmu.blogspot.co.id/2012/10/pengertiandefinisi-paradigma.html (
Diakses pada 02 Desember 2017 )
https://alisadikinwear.wordpress.com/2012/05/20/model-model-pembangunan-ekonomi-regional/ (
Diakses pada 02 Desember 2017 )
http://jantifornia.blogspot.co.id/2013/03/paradigma-baru-pembangunan-ekonomi.html (
Diakses pada 02 Desember 2017 )
http://himayanii.blogspot.co.id/2015/02/makalah-pembangunan-ekonomi-daerah.html (
Diakses pada 02 Desember 2017 )
Posting Komentar